Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipecat
Satu permasalahan sudah selesai, Eliana mengira tidak ada masalah lainnya dan bisa menjalani harinya seperti biasanya lagi tapi peraturan yang ada mulai membuat hidupnya dalam kesulitan. Hari ini, semua rekan kerja menjauhinya. Tidak ada lagi yang menyapa rekan wanita sekalipun. Mereka semua mulai menjauhinya bahkan tidak menjawab saat Eliana bertanya. Eliana mulai tertekan, dia seperti orang asing di antara rekan yang sudah dia kenal dengan baik.
Eliana hanya bisa menghela napas, memang dia yang salah sesak awal jadi dia harus menerima konsekuensinya. Sekarang dia benar-benar tidak memiliki sahabat lagi. Dia sendirian di tempat kerja bahkan tidak ada yang memperdulikan dirinya.
Keadaan itu tentu telah diketahui oleh sang manager yang mendapatkan banyak keluhan dari para pekerja yang mulai membenci Eliana. Kata-Kata miring sudah diiberikan untuk Eliana oleh sebab itu Eliana dipanggil oleh sang manager setelah jam makan siang selesai karena para pekerja mulai terasa terganggu dengan keberadaannya.
Eliana tidak mengerti sama sekali, dia sudah berada di dalam ruangan managernya. Rasa was-was memenuhi hati, entah kenapa dia merasa ada yang tidak beres. Oleh sebab itu dia berada di dalam ruangan itu. Semoga saja bukan masalah besar yang menyebabkan dirinya dipecat karena dia sangat membutuhkan pekerjaan itu.
"Kenapa kau memanggilku, Sir?" tanya Eliana setelah sang manager masuk ke dalam.
"Seharusnya kau tahu, Eliana," sang manager menarik kursi dan duduk di hadapannya. Matanya menatap Eliana dengan tajam, Eliana semakin merasakan firasat buruk.
"Apa aku sudah membuat kesalahan, Sir?" tanya Eliana lagi.
"Apa kau benar-benar tidak tahu Eliana, tau kau pura-pura tidak tahu?! Kau menjadi gunjingan oleh para pekerja, mereka berkata kau sudah tidak bersahabat dan tidak bisa diajak kerja sama lagi," ucap Sang manager.
"Aku tidak seperti itu, Sir. Aku tidak bermaksud menjauhi mereka dan aku masih bisa diajak untuk bekerja sama," Eliana mencoba membela diri karena dia melakukan hal itu bukan atas keinginannya.
"Tapi mereka semua mengeluh tentang dirimu dan mereka mengatakan kau terlalu sombong dan tidak bisa diajak bekerja sama lagi. Menurutmu, apa yang harus aku lakukan, Eliana?"
"Aku tidak seperti itu Sir, sungguh. Aku akan meperbaiki semuanya jadi jangan pecat aku," pinta Eliana memohon.
"Aku harus mengambil keputusan itu, Eliana. Aku harus memecat dirimu dari pada aku kehilangan semua pekerja sehingga restoran ini tutup karena tidak ada pekerja sama sekali!"
"Tolong jangan pecat aku, Sir. Aku akan keluar dan berbicara dengan mereka. Aku berjanji tidak akan mengabaikan mereka lagi, aku akan bekerja dengan benar dan aku pun akan akan bekerja sama dengan mereka. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Sir," pinta Eliana memohon.
"Maaf, Eliana. Aku ingin semua pekerja yang ada di restoran ini kompak. Sekalipun kau keluar dan berbicara dengan mereka, mereka tidak akan mau dekat denganmu lagi, Eliana. Jika kau tidak percaya maka kau bisa mencobanya. Mereka tidak akan menganggapmu sama lagi seperti kau yang dulu."
Eliana Hanya bisa menunduk sambil menahan air matanya saja. Akhirnya, dia dianggap arogan dan dibenci oleh rekan kerjanya. Tidak heran mereka membenci dirinya dan menganggap dirinya sombong juga tidak bisa diajak bekerja sama lagi, semua itu karena dia harus mengikuti peraturan yang ada agar dia tidak melanggar lagi.
"Ini gaji dan bonusmu, kau sudah bisa pulang dan tidak perlu datang lagi besok."
Mendengar apa yang diucapkan oleh sang manager, air mata yang Eliana tahan jatuh sudah. Eliana mengangkat wajah dan menatap sang manager dengan tatapan berkaca-kaca, apa tidak ada keringan sama sekali untuknya?
"Aku mohon, Sir. Berikan keringanan untukku," pintanya.
"Maaf, Eliana. Aku tidak bisa membantu karena mereka semua akan mogok bekerja. kau tahu kerugian yang akan ditanggung oleh bos jika hal itu terjadi, bukan? Aku akan dipecat jika aku tidak melakukan tindakan."
Eliana menghapus air matanya, sepertinya mau tidak mau dia harus menerima keputusan itu karena dia tidak bisa bersikap egois. Dia harus memikirkan posisi managernya apalagi yang tidak menyukainya bukan satu orang saja. Amplop uang diambil, Eliana hanya bisa pasrah menerima pemecatan dirinya.
"Aku minta maaf, Sir. Terima kasih sudah mempekerjakan aku di sini," Eliana berusaha tersenyum, tapi sesungguhnya dia sedang menahan kesedihan di hati. Mata pencaharian yang dia miliki satu-satunya kini sudah tidak ada lagi. Padahal tidaklah mudah mencari pekerjaan apalagi dengan pendidikannya yang pas-pasan.
Eliana keluar dari ruangan manager, dia langsung menjadi pusat perhatian rekan-rekannya dan menjadi bahan gunjingan para rekan yang memang sudah tidak suka dengannya. Eliana menunduk dan melangkah pergi, nasibnya benar-benar buruk ahir-akhir ini tapi dia hanya bisa bersabar dan menerimanya dengan lapang dada.
Barang-Barang yang dia miliki dibereskan, dia akan mencari pekerjaan sebelum waktunya pergi ke rumah itu untuk menjalani tugasnya. Apa yang terjadi akhir-akhir ini membuat kepalanya sakit. Satu masalah pergi, satu masalah lagi datang. Rasanya permasalahan dalam hidupnya hilir mudik berganti dan tiada henti.
Sang manager pun terpaksa memecatnya karena para pekerja lain mengancam akan mogok bekerja jika Eliana tidak dipecat. Semua terlihat senang karena Eliana yang sombong dan angkuh sudah tidak bekerja bersama dengan mereka lagi. Eliana yang Malang, karena perjanjian membuatnya dianggap sombong dan angkuh oleh mereka.
Eliana pergi mencari pekerjaan di cafe atau restoran fastfood namun dia tidak menemukannya. Eliana mulai putus asa, sudah dia duga tidak akan mudah. Ke mana dia harus pergi sekarang? Dia tidak mungkin ke rumah itu begitu cepat karena belum waktunya.
Dari pada dia diluar dan menyia-nyiakan waktu yang ada, lebih baik dia pergi ke rumah sakit menemani ibunya. Dia harus memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin sebelum waktu kebersamaan mereka sudah tidak ada lagi. Eliana membelikan makanan untuk ibunya. Walau dia harus berhemat dengan uang gaji dan bonus yang dia dapat sebelum mendapat pekerjaan baru tapi dia ingin membelikan makanan untuk ibunya.
Ibunya sangat heran karena mendapati Eliana begitu cepat kembali, tidak biasanya Eliana begitu cepat kembali seperti itu. Eliana tersenyum, berusaha menyembunyikan apa yang sedang dia rasakan. Kegelisahan dan kesedihan, dia sembunyikan dengan rapat. Tiba-Tiba dia jadi ahli melakukan hal itu.
"Kenapa kau sudah kembali, Eliana?" tanya ibunya curiga.
"Aku hanya sedentar saja, Mom. Setelah mengantar makanan ini dan menyuapi Mommy aku akan pergi lagi," dustanya.
"Apa tidak masalah kau pergi di saat jam kerja?" tanya ibunya.
"Aku sudah meminta ijin, jadi Mommy tidak perlu khawatir."
"Baiklah, Mommy hanya takut terjadi sesuatu dengan pekerjaanmu."
"Mommy tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, aku hanya ijin sebentar saja. Sekarang nikmati makanan yang aku beli, Mommy pasti suka," Eliana duduk di sisi ibunya dan mengeluarkan makanan yang dia bawa.
"Terima kasih, Sayang. Kau benar-benar membuat Mommy bahagia," ibunya tersenyum, Eliana juga tersenyum. Dia memang tidak mau mengatakan pemecatan dirinya karena dia tidak mau membuat ibunya sedih sehingga kesehatannya menurun.
Eliana menyuapi ibunya makan, setidaknya rasa sedih dan gelisah terbayarkan setelah melihat senyuman ibunya. Baginya ibunya adalah penyemangat dirinya untuk menjalani hari dan untuk menyemangati dirinya untuk berjuang agar dia tidak menyerah dan setiap kali dia putus asa, dia akan mengingat jika dia tidak boleh menyerah dan harus bersemangat untuk kebahagiaan ibunya.