"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"
"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."
Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.
Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?
Yang baca wajib komen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu keluarga
Ruli begitu khawatir dengan keadaan gadis itu. Sejak tadi dia tidak bergerak sama sekali. Ruli mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali dia menoleh ke arah Nara yang ada di belakangnya. "Kenapa bisa sakit segala sih? Perasaan tadi malam baik-baik saja." Gerutu Ruli.
Sesampainya di rumah sakit, Ruli menggendong Nara sampai ke ruang IGD. "Tolong, dia pingsan," kata Ruli memberi tahu para perawat yang bertugas.
Salah seorang perawat memeriksa keadaan Kristal lalu memasangkan infus padanya. Tak lama kemudian dokter umum yang bertugas datang memeriksa.
"Sepertinya dia anemia, terlihat dari wajahnya yang pucat. Apa dia sedang hamil?" tanya dokter tersebut.
Ruli menjadi gugup ketika akan menjawabnya. "Tidak, Dok. Dia belum menikah," jawab Ruli.
"Oh saya kira anda suaminya. Ternyata kalian belum menikah." Wajah Ruli menjadi kemerahan saat mendengar ucapan dokter yang berhijab itu.
"Sebaiknya dia dirawat di sini dulu sampai sembuh, ya. Sudah kabari keluarganya?" Ruli diam saja.
Di saat seperti ini akankah Ruli menghubungi keluarganya. Sebenarnya dia ragu dengan informasi yang diberikan oleh anak buahnya. Namun, Ruli tidak akan tahu kebenarannya jika tidak mencoba mencari tahu sendiri.
Lalu setelah memastikan Nara dipindahkan ke ruangan rawat pasien, Ruli mengumpulkan keberanian untuk menemui keluarga Kristal.
"Gilang, hari ini saya tidak ke restoran. Kamu handle semua pekerjaan." Perintah Ruli pada Gilang melalui sambungan telepon.
Setelah itu dia mengendarai mobil menuju ke rumahnya. "Nak, bagaimana keadaan Nara? Kenapa ku tinggal sendirian di rumah sakit" Tanya Lira yang khawatir.
"Aku harus mencari keluarganya, Ma."
"Keluarganya?"
Ruli mengembuskan nafasnya kasar. "Sebenarnya Nara bukan gadis biasa, Ma," ungkapnya pada sang ibu.
"Mama tahu," sela sang ibu. Ruli jadi mengerutkan keningnya.
"Dari pertama kali dia datang ke sini, mama tahu dia bukan orang miskin yang butuh pekerjaan sebagai asisten kamu." Sang ibu berkata sambil mencolek hidung Ruli.
"Mama cuma menebak atau..."
"Mama tahu dari mana?" Apakah ibunya juga mencari tahu asal-usul Nara? Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala Ruli.
"Mama tahu dari kalung yang dia pakai. Tidak semua orang memakai kalung sembarangan seperti itu karena mama juga punya merk yang sama. Selain itu, mama mencium bau parfum mama di badan Kristal setiap kali mama dekat dengannya. Sekarang mama jadi tahu kenapa kamu tanya merk parfum mama waktu itu. Dari awal kamu juga suka 'kan sama Nara?" Lira menyilangkan tangannya.
Wajah Ruli memerah ketika ibunya membahas hal itu. Dia tidak bisa menyembunyikan hal itu dari ibunya. Entah sejak kapan Ruli mulai menyukai gadis itu. Yang jelas dia selalu ingin dekat-dekat dengan Nara.
Tak mau berlama-lama menjadi bahan ejekan ibunya, Ruli naik ke lantai atas. "Ma, aku harus ganti baju lalu aku akan menemui keluarganya."
"Mau apa? Mau melamar anaknya?" Ledek sang mama.
"Mama," protes Ruli. Lira malah tertawa melihat ekspresi wajah putra sulungnya itu.
Ruli masuk ke dalam kamarnya lalu memilih setelan jas yang pas untuknya. "Kenapa jantungku berdebar. Benar kata mama aku seperti akan melamar anak gadis orang." Ruli sampai senyum-senyum sendiri membayangkannya.
Usai memakai setelan jasnya laki-laki itu berdiri di depan cermin. "Bismillah." Dia menarik nafas lalu menghembuskan dengan perlahan untuk mengurangi rasa groginya.
Tak lama kemudian Ruli turun dengan setelan jas yang rapi. "Hari ini kamu rapi sekali, biasanya hanya memakai kemeja saja."
"Aku hanya ingin memiliki kesan yang baik di mata mereka, Ma. Setidaknya mereka percaya kalau informasi yang aku sampaikan tentang kondisi Kristal saat ini bukanlah omong kosong belaka."
"Jadi namanya Kristal?" Ruli mengangguk.
"Namanya cantik seperti orangnya," puji sang mama.
Setelah itu Ruli pamit dan kini dia menuju ke hotel J&B milik Jaden.
...Cerita Jaden bisa kalian simak di My Beloved Partner ya....
Namun, Jaden sedang ke luar negeri. Saat ini Alex yang memimpin sementara waktu. Ruli menemui resepsionis. "Apa saya bisa bertemu dengan Pak Jaden?" Tanya Ruli pada pegawai resepsionis itu.
"Apa anda sudah buat janji sebelumnya?" tanya resepsionis tersebut.
Ruli menggelengkan kepalanya. Dia sedikit kecewa tapi dia berusaha agar orang tua Kristal tahu keadaan putrinya itu.
"Saya ingin menyampaikan sesuatu mengenai putrinya?" Ruli benar-benar tidak bisa menyembunyikan niatnya lagi.
Tanpa dia sadari Alex mendengar ucapan laki-laki di depannya itu. "Siapa kamu?" tanya Alex dengan nada dingin dan ekspresi wajah datar. Dia berjalan mendekat ke arah Ruli.
Ruli tampak tenang dan berusaha tidak menunjukkan ekspresi wajah gugup di depan Alex. Ruli yakin dia saudara kandung Kristal.
"Apa kamu mengenal Kristal?" tanya Alex pada laki-laki yang belum dia ketahui namanya itu.
"Saya mengenalnya. Dia ada di rumah sakit sekarang," jawab Ruli. Alex mencari kebohongan di mata pemuda itu tapi dia tak menemukannya.
"Apa? Apa yang terjadi pada adikku?" tanya Alex sambil mencengkeram kerah kemeja Ruli.
Ruli terkejut mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Alex tapi dia berusaha menahan diri. Ruli menurunkan tangan Alex dengan perlahan. "Bisakah anda tidak emosi seperti ini? Saya hanya ingin memberi tahu kepada keluarganya."
"Antar aku sekarang juga ke rumah sakit tempat Kristal dirawat." Ruli mengangguk. Dia berjalan lebih dulu. Mereka menggunakan mobilnya masing-masing.
Di dalam mobil, Alex menghubungi ibunya. "Ma, aku menemukan Kristal. Bisakah mama menyusulku?"
"Ada apa, Lex?"
"Aku menemukan Kristal, Ma."
"Benarkah?" Sang ibu terdengar bahagia mendengar anak bungsunya ditemukan.
"Aku akan kirimkan alamatnya."
Sesampainya di rumah sakit, Ruli mengajak Alex ke ruang dimana Kristal dirawat. Alex masuk lalu dia mendekat ke arah Kristal. Saat ini Kristal sudah siuman.
Mata Kristal mengembun ketika melihat abangnya tengah berada di hadapannya. "Apakah ini mimpi?" tanya Kristal.
Alex memeluk adik kesayangannya itu. "Dasar gadis bodoh. Kenapa harus kabur dari rumah segala sih?" Alex tidak bermaksud menyalahkan adiknya tapi dia kesal karena Kristal tersinggung pada omongannya waktu itu.
"Aku hanya ingin membuktikan kalau aku bukan gadis manja, Bang," ucapnya di tengah tangisannya."
Ruli terharu menyaksikan kedekatan antara Kristal dan abangnya.
Tak lama kemudian Alex mendapatkan telepon dari ibunya. Kemudian Alex keluar untuk menjemput Berlian. "Ma, Kristal ada di ruangan ini."
Berlian masuk lalu memeluk anaknya dengan erat. "Ma, aku susah bernafas," keluh Kristal.
"Mama tidak akan melepaskanmu. Nanti kamu kabur lagi meninggalkan mama." Wanita paruh baya itu berderai air mata menumpahkan kerinduannya pada putrinya.
Kristal melirik pada Ruli yang sedari tadi memperhatikannya. "Ma, aku ingin kenalkan seseorang pada mama."
.
.
.
Kira-kira Kristal memperkenalkan Ruli sebagai apanya ya? Pacar atau bos tempat dia bekerja?
Dukung terus ya novel aku ini dengan cara like, favorit atau komen.