Bersabarlah membaca awal kisah ini yang bikin darting, tapi percayalah akan ada pelangi setelah badai, serta akan indah pada waktunya. Eyaaaa.
Follow akun IG ku dulu ya @dindin_812, atau FB : Aililea. Makasih🥰
Farzan berusaha lepas dari sang istri—Grisel yang tak mau memiliki anak serta sering menuduhnya berselingkuh. Awalnya berusaha mempertahankan karena baginya pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu sakral.
Hingga Farzan bertemu dengan Sandra—janda cantik yang berumur lebih tua darinya. Kebaikan hati Sandra, membuat Farzan jatuh hati, hingga dirinya akhirnya memutuskan pernikahan dengan Grisel.
Lantas, apakah Farzan bisa lepas dari Grisel, serta mendapatkan wanita pujaan hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan tak penting
Farzan akhirnya duduk bersama Sandra dan Chila. Mereka bersiap makan bersama dengan hidangan yang sudah tersaji.
“Jadi Chila memang selesai sekolah pada jam segini?” tanya Farzan.
“Ya, aku biasa langsung menjemputnya dan mengantar pulang setelah mengajaknya makan siang,” jawab Sandra dengan senyum kecil di wajah.
Farzan mengangguk, kemudian menoleh Chila yang terlihat kesusahan memotong daging miliknya. Sandra juga menyadari jika putrinya itu kesusahan, hendak mengambil piring Chila untuk membantu memotong, tapi siapa sangka jika Farzan sudah mengambil piring gadis kecil itu terlebih dahulu.
“Biar aku potongkan,” kata Farzan dengan senyum hangat di wajah.
Sandra cukup terkejut karena Farzan sangat perhatian pada putrinya, melihat bagaimana pria itu membantu memotongkan daging milik Chila. Dia lantas menoleh ke arah sang putri, melihat gadis kecil itu tersenyum dan terus memperhatikan Farzan.
“Sudah, sekarang kamu tinggal makan saja.” Farzan menggeser piring berisi daging yang sudah dipotong ke arah Chila.
Chila sangat senang, lantas menusuk potongan itu dan memberikan ke piring Farzan. Dia pun kemudian fokus makan setelah memberi potongan daging pada Farzan.
Farzan terkejut melihat apa yang dilakukan Chila. Sandra juga terperangah karena tak biasanya putrinya itu mudah memberikan sesuatu pada seseorang.
“Chila, ini buat kamu saja. Makan yang banyak agar sehat dan cepat besar.” Farzan ingin mengembalikan potongan daging itu ke piring Chila.
Sandra mencegah tangan Farzan yang hendak mengembalikan potongan daging itu, membuat pria itu berhenti mengulurkan tangan ke piring Chila dan kini menatap pada Sandra.
“Jangan dikembalikan atau dia akan marah!” Sandra melarang Farzan. “Dia memberikan itu sebagai tanda terima kasih karena Anda sudah membantu, jadi terimalah agar dia senang,” imbuhnya menjelaskan.
Farzan terkesiap dengan penjelasan Sandra, kemudian menatap Chila yang sedang fokus makan. Dia sedikit mendekatkan wajah ke arah Chila, sebelum kemudian bertanya, “Chila memberi ini karena ingin berterima kasih?”
Chila tidak menoleh Farzan, hanya mengangguk dan terus memasukkan potongan daging ke mulut.
Farzan kini paham. Dia lantas memasukkan daging yang diberi Chila ke mulut dan memakannya, menunjukkan jika dirinya juga berterima kasih karena telah diberi. Chila melirik Farzan yang memakan pemberiannya, sebelum kemudian kembali fokus pada makan siangnya lagi.
Sandra senang karena sepertinya Chila kembali menemukan seseorang yang bisa membuat gadis kecil itu nyaman, tapi juga tak berharap banyak jika putrinya bisa mendapatkan teman, mengingat jika dirinya belum mengenal Farzan lama dan bisa saja mereka bertemu juga karena kebetulan semata.
“Apa perusahaan tempat Anda bekerja dekat dengan daerah sini?” tanya Sandra di sela makan.
“Ya, beberapa blok dari sini,” jawab Farzan, menatap sekilas pada Sandra sebelum kemudian kembali fokus makan. “Tadi sebenarnya tidak sengaja melihat Chila duduk, jadi aku berpikir untuk menghampiri,” imbuhnya kemudian seraya menoleh ke arah Chila.
Sandra mengangguk, kemudian memasukkan makanan ke mulut lagi.
“Apa kamu ….” Farzan ingin bertanya sesuatu, tapi terhenti karena ponselnya berdering. Dia pun memilih merogoh ponsel di saku celana, lantas melihat siapa yang menghubungi. Ekspresi wajah yang awalnya terlihat begitu senang itu kini berubah, sedikit tak senang ketika melihat nama yang terpampang di layar.
Sandra memperhatikan serta menyadari perubahan ekspresi wajah pria itu, tapi dirinya juga tak ingin bertanya karena tentu tak berhak tahu, sehingga Sandra memilih tetap fokus makan seraya memperhatikan Chila makan.
Farzan sendiri mau tidak mau akhirnya menjawab panggilan itu. Ia menjawab dengan nada malas.
“Halo,” sapanya begitu menempelkan ponsel ke telinga. Farzan menggosok kening saat mendengarkan seseorang bicara dari seberang panggilan.
“Baiklah,” ucapnya kemudian dan langsung mengakhiri panggilan itu.
“Panggilan kantor?” tanya Sandra ketika melihat Farzan sudah selesai bicara.
“Telepon tidak penting,” jawabnya, mematikan daya ponsel dan memasukkan ke saku.
Sandra mengangguk kecil, lantas melanjutkan makan karena dirinya harus segera mengantar Chila pulang dan kembali ke perusahaan.