Psikopat Gila Jatuh Cinta

...\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=...

Keempat bujang itu langsung pulang menuju markas mereka dengan perasaan tidak enak dan hati dongkol semuanya berkumpul di ruang tamu.

"Ngapain itu cewek cariin Barra sih!" Tanya Gabriel dengan wajah dongkol.

"Minta penjelasan Barra dulu baru kasih tahu tentang cewek itu di sekolah tadi. Apa Barra kasih dia harapan atau bagaimana!" Usul Wildan.

"Gue setuju" Ujar Leonardo.

"Gue juga" Jawab Bastian.

"Ya udah Wil hubungi Barra suruh ke markas" Ucap Gabriel.

Wildan menghubungi Barra panggilan pertama masuk tapi belum ada jawaban dari Barra. Hingga akhirnya Wildan menghubungi Eddy karena Wildan yakin Barra kini bersama dengan Eddy.

Pada panggilan pertama masuk dan langsung terhubung pada Eddy.

"Ada apa Wil?" Ujar Eddy mengangkat ponselnya.

"Apakah kamu bersama tuan muda!" Tanya Wildan pada Eddy.

"Hmm... Dia lagi bicara dengan manajer keuangan ada sedikit masalah di pabrik" Ungkap Eddy.

"Hmm....baiklah, Aku akan menghubunginya lima menit lagi tolong sampaikan padanya ini urgent" Ungkap Wildan.

"Oh baiklah, akan aku sampaikan!" Jawab Eddy lalu mematikan sambungan telepon itu.

Sementara di tempat lain yaitu kantornya Barra sedang berbicara dengan Aditya yang merupakan manajer keuangan di perusahaannya saat ini.

"Jadi bagaimana menurutmu Aditya!" Tanya Barra.

"Untuk mengubah lagi produk yang akan segera di luncurkan saya rasa hal itu akan memakan waktu dan biaya yang besar pak" Ungkap Aditya pada Barra.

"Tidak masalah yang penting kamu urus semuanya pastikan jangan ada lagi pengkhianat di dalam perusahaan ini" Ucap Barra.

"Baiklah pak akan saya kerjakan bersama tim yang lain" Ucap Aditya pada Barra.

"Baiklah, Saya harap kamu dan tim mu mampu mengerjakannya tepat waktu dan bayar upah lembur semua pekerja pabrik sesuai regulasi perusahaan" Ucap Barra.

"Baik pak, terimakasih atas perhatiannya pak" Ungkap Aditya.

"Ya Aditya, kamu boleh kembali ke ruangan mu terimakasih atas laporan dan kinerja mu selama ini" Ucap Barra.

"Iya pak, sudah menjadi bagian dari tanggung jawab saya pak. Kalau gitu saya permisi" Ucap Aditya meninggal ruangan direktur.

Setelah Aditya keluar dari ruangan itu, Eddy langi angkat suara kepada Barra.

"Wildan menghubungi ku dia kan menelpon mu kembali ada urusan urgent katanya" Ungkap Eddy.

Barra mengambil ponselnya ia melihat ada dua panggilan dari Wildan yang tidak terjawab olehnya. Ia Segara menghubungi Wildan menayangkan hal apa yang membuat Wildan menghubunginya.

"Ada apa Wil, aku baru selesai?" Tanya Barra.

"Anak-anak minta Lo untuk ke Markas sekarang ada hal yang mau kita bahas dengan lo" Ucap Wildan.

"Baik setelah makan siang, gue akan kesana" Balas Barra.

Eddy tiba-tiba mendekati Barra kembali, ia segera memberikan informasi yang telah ia dapatkan dari bawahannya.

"Barra, ada kabar bagus dari Ethan" ungkap Eddy.

"Katakan apa kabar bagusnya?" Sahut Barra.

"Nyonya Anne Wales akan ke Indonesia minggu depan" Ucap Eddy.

Barra menyeringai dengan sangat misterius, Ia sudah menanti kesempatan ini. Barra meminta Eddy mengatur waktu untuknya bisa bertemu langsung dengan nyonya Anne.

Setelah makan siang benar saja Barra memenuhi permintaan sahabat-sahabatnya. Barra di temani Eddy datang ke markas masih menggunakan setelan jas yang tadi ia kenakan ke perusahaan.

"Duduklah Barra, kami ingin mendengarkan penjelasan mu mengenai kejadian di sirkuit kemarin malam" Ucap Leonardo.

Barra duduk dan langsung mengambil sekaleng minuman dingin yang di sediakan oleh maid di meja ruang tamu itu. Barra meneguk minuman dingin itu sebelum memulai menjelaskan pada sahabat-sahabatnya.

"Tidak ada alasan khusus gue cuma mau tahu bagaimana kehidupan dia setalah ninggalin gue itu aja nggak lebih" Terang Barra.

"Lo yakin hanya itu, dan Lo nggak kasih harapan sama itu cewek matre" Ucap Gabriel yang kali ini buka suara.

"Yakin... Ya kali gue jatuh di lubang yang sama" Balas Barra.

"Dan lo tahu kenekatan itu cewek hari ini nyamperin sekolah dan dia nyariin lo" Ucap Gabriel.

"Hah nyariin gue" Barra juga tampak kesal mendengar Winda mulai nekad.

"Itulah yang kami khawatirkan bos, Kalau Arlleta tahu gimana sama hubungan lo sama dia bos" Ungkap Bastian kali ini membuka suaranya.

"Setelah apa yang dia lakukan di masa lalu dengan mudah dia mau dekatin lo lagi Barra, Hati-hati jangan main hati gue orang pertama yang akan bawa Arlleta jauh dari lo kalau lo sampai nyakitin dia" Peringatan Leonardo.

"Maksud lo apa Leon" Sahut Barra.

"Gue nggak ngebelain lo Barra ataupun membenarkan yang lo katakan itu Leonardo yang gue mau kalian jangan berantem selesaikan masalah Winda jangan sampai Arlleta salah paham" Ungkap Wildan menengahi perdebatan.

"Lo udah selidiki dia kan Wil" Ucap Barra.

"Udah hasilnya akan di kirim ke email gue nanti gue kabarin lo apa yang di dapat bawahan gue" Balas Wildan kembali.

"Baiklah gue akan selesaikan masalah gue tapi gue mohon jangan ikut campur gue akan selesaikan dengan cara gue sendiri" Ucap Barra.

"Hmmm kami percaya sama lo" Ungkap Gabriel yang di anggukkan oleh Leonardo dan Bastian.

Barra berpamitan pulang tentu di antar oleh Eddy. Barra tidak habis pikir kenapa Winda kembali lagi di kisah hidupnya. Dulu wanita itu telah meninggalkannya karena tampilan sederhana Barra. Padahal Barra hanya ingin menguji kesetiaan dan kesabaran Winda dalam menghadapi dirinya tapi sayang Winda tetaplah Winda ingin hidup enak dan tidak mau terlihat biasa-biasa saja di hadapan teman-temannya.

Sementara Barra saat itu sedang menyembunyikan identitasnya karena sedang mengelabui ayah dan saudara tirinya. Barra tidak mau terlihat memiliki semua kekayaan yang di wariskan padanya karena memang ayah dan saudara tirinya mengincar hal itu.

Tapi dengan tega Winda memutuskan hubungan dan bilang pada Barra ia sudah memiliki ruangan yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang tidak di miliki oleh Barra.

Seakan di hina dan di rendahkan Barra saat itu hanya mampu diam. Ia ingin melihat sejauh mana Winda akan melukai hatinya. Dan hal itu membuat Barra berubah menjadi Barra yang seperti sekarang. Ia tidak mau lagi di rendahkan apalagi di remehkan oleh seorang terlebih orang itu adalah Winda cinta pertamanya tapi ia sudah mengubur jauh kenangan itu dalam pikirannya.

...****************...

...****************...

...****************...