Raina harus rela menyewakan rahimnya demi membiayai pengobatan putranya yang menderita gagal ginjal pada seorang konglomerat bernama Adry dan istrinya Nita.
Selidik punya selidik ternyata pria itu adalah ayah dari anaknya. Leon akhirnya diperebutkan oleh Adry dan Raina hingga akhirnya Raina mengalah untuk memberikannya seorang bayi lagi asal Leon tidak diambil Adry.
Menukar seorang anak, demi kehidupan satu anaknya yang lain. Akankah seorang ibu tega melakukannya?
Area dewasa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menahan Perasaan
Raina hendak menyalakan starter motor matik miliknya untuk menjemput Leon di sekolah. Namun, sebuah mobil berhenti di sisi jalan depan rumahnya membuat dia kembali mematikan mesin motor. Raina turun dari motor.
Leon lalu turun dari sisi belakang mobil lalu disusul oleh Nita dan Ardi. Anak itu langsung berlari ke arah Raina.
Satu mobil lain berhenti di belakangnya dan Roy serta satu orang wanita berpakaian resmi turun dari kendaraan itu mengambil berbagai bingkisan yang dihias cantik.
"Bu, tadi aku bertemu dengan Om dan Tante ini di depan sekolah," seru Leon senang. Raina mengusap rambut Leon dan tersenyum. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Adry dan Nita seolah mengatakan ada apa ini?
Nita datang menyalami Raina dan mencium kedua pipinya. "Kami datang untuk melamarmu," katanya setengah berbisik membuat mata Raina membelalak menatap Adry.
"Sebenarnya tidak perlu seperti ini," ucap Raina menyatukan alisnya tidak senang.
"Kita bicarakan di dalam," ucap Nita.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah itu dan duduk di kursi tamu. Roy dan manager Nita duduk berdiri di belakang majikannya setelah meletakkan berbagai bingkisan seserahan itu.
"Leon kau ganti baju dulu," kata Raina pada putranya.
"Aku akan membuatkan kalian minum," ucap Raina.
"Biar Angel dan Roy saja yang membuatkan," kata Adry cepat.
Angel menarik kedua alisnya ke atas memandang ke arah Roy. Namun dia bisa apa jika yang sudah berbicara Chairman dari perusahaan besar. Wanita itu hanya menghela nafas panjang saja. Ini pekerjaan asisten atau pelayan bukan manajer besar sepertinya.
"Baiklah, di mana dapurnya?" tanya Angel dengan menarik ke dua bibirnya membentuk simpul senyum yang dipaksa.
"Kau masuk saja dan berjalan lurus nanti ada pintu yang menuju ke dapur."
"Okey," ucap Angel lalu berjalan masuk ke dalam dapur.
Raina lalu kembali duduk menghadap ke arah Nita dan Adry.
"Apa ini dan kenapa harus membawa seperti ini?" tanya Raina.
"Bukankah kau ingin menikah terlebih dahulu? Karena itu aku membawa beberapa bingkisan untuk acara lamaran sebelum pernikahan."
Nita menghela nafas yang terasa berat menatap suaminya. "Tidak ada yang rela suaminya menikah lagi, walau itu untuk sandiwara saja!" ungkapnya.
"Aku tahu karena itu aku hanya ingin formularitas saja, tidak betulan, tidak menginginkan hal ini bahkan hanya dalam benakku. Aku tidak ingin mengambil kesempatan dari masalah mu itu," ucap tegas Raina.
Nita tertawa kecil. "Aku suka dengan sikapmu yang blak-blakan. Hal itu membuatku percaya untuk meminjamkan suamiku untuk sementara saja." Nita mengangkat dua jari tengah dan telunjuk serta menggerakkan bersamaan.
"Aku hanya menggunakan itu sebagai perisai dari gunjingan orang luar bukan dalam arti aku ingin suamimu itu," ucap Raina tegas.
"Aku mengerti."
"Kalian membicarakanku seperti tidak ada aku saja," sindir Adry melipat tangan di perut. Seperti biasanya satu kaki pria itu ditumpangkan ke kali lainnya dan punggungnya tegak bersandar di sandaran kursi.
"Maaf Sayang, kami hanya membicarakan ini dari hati ke hati," ucap Nita lembut sembari meletakkan tangannya di atas paha suaminya hal itu sempat terlihat oleh Raina. Dia menyadari jika mereka adalah pasangan yang sangat sempurna dan saling melengkapi.
"Oh, ya setelah membaca hasil cek kesehatanmu yang menyatakan bahwa kau sehat maka kami setuju untuk menggunakan rahimmu untuk kami pinjam. Istilahnya, gestational surrogacy, yaitu sewa rahim saja."
"Untuk itu kami memberikanmu beberapa surat perjanjian untuk kau tanda tangani sebelumnya." Nita mengulurkan tangan pada Roy yang telah mengambil beberapa berkas dari tas kerja milik pria itu. Surat-surat itu lantas diambil Nita dan diserahkan pada Raina.
"Kau baca dulu isi surat perjanjian ," ucap Nita.
Raina mulai membacanya satu persatu.
"Cara dilakukannya adalah ibu pengganti dihamili melalui inseminasi buatan dengan ****** pasangan pria. Saat hamil, sel telur istri dan ****** suami menjalani fertilisasi in vitro, dan embrio yang dihasilkan dapat ditanamkan pada sang surrogate mother. Biasanya dalam prosedur yang dijalankan, ibu pengganti akan menyerahkan semua hak pada orangtua aslinya."
"Di sini menjadi sesuatu yang mengganjal dalam hatiku, apa rasanya jika saat itu terjadi. Berbulan-bulan anak itu dalam diriku tiba-tiba kalian bawa pergi begitu saja," ungkap Raina.
"Namun, apa boleh buat? Aku harus menyerahkan satu anak untuk keselamatan anak yang lainnya," lanjutnya membuat Adry melihatnya dengan ekspresi yang sulit untuk dimengerti.
"Aku tahu, aku pun harus menyerahkan suamiku agar aku bisa mempunyai keturunan," sambung Nita dengan nada yang keberatan.
Adry memegang tangan Nita dan menatapnya dengan penuh kasih sayang membuat Raina harus membuang muka melihat pemandangan yang membuat hatinya iri.
"Kita disini berkorban perasaan dan karena itu kita harus saling memahami perasaan masing-masing," ucap Adry. "Aku tidak ingin menduakan Nita tetapi apa boleh buat, hanya ini satu-satunya cara untuk mendapatkan anak."
Raina tersenyum kecut lalu menarik nafasnya panjang karena dadanya mulai terasa sesak. Mereka bertiga lalu terdiam. Di saat itu Leon masuk ke ruang tamu.
"Bu, aku mau makan?" tanya anak itu yang sedang merasa lapar.
"Tante Nita membawakanmu banyak makanan. Roy tolong ambilkan," kata Adry tetapi diiringi tatapan tidak mengerti oleh Nita.
"Tadi Roy mengusulkan untuk membeli banyak makanan untuk Leon jadi kami sempat membelinya sebelum menjemputmu," bisik Adry lirih.
Roy lalu berjalan cepat ke arah luar untuk mengambil jajanan serta makanan cepat saji untuk Leon. Sebenarnya untuk Leon dan ibunya karena Adry membeli banyak.
"Nak, kemarilah," panggil Adry melambaikan tangan ke arah Leon. Leon lalu berdiri mendekat ke arah Adry, pria itu lalu menarik anak itu duduk di sampingnya.
"Ibumu akan menikah dengan Om, apa boleh?" tanya Adry. Leon lalu menatap ibunya dan Adry bergantian lalu menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kau memperbolehkannya?"
"Karena aku ingin ibu punya teman selain aku yang bisa membuat ibu tertawa bahagia," ucap Leon jujur membuat mata Raina memerah karena terharu. Ternyata anaknya memikirkan tentang hal ini.
"Kau anak yang pengertian sekali," puji Adry.
"Aku hanya tidak ingin ibu hidup sendiri jika aku tiada nantinya," lanjut Leon membuat Raina meneteskan air matanya dan Adry membuka matanya lebar. Dadanya merasa panas dan sesak mendengar pernyataan itu. Seketika dia memeluk tubuh Leon erat dalam dadanya.
"Jangan katakan itu, kau akan baik-baik saja. Kita akan cari dokter terbaik untuk kesembuhan mu," ucap Adry dengan suara parau membuat heran Raina dan Nita secara bersamaan.
"Namun, kebanyakan orang yang sakit sepertiku akan meninggal," ungkap Leon. Hati Adry terasa teriris mendengarnya. Dia merenggangkan pelukannya dan menangkup pipi Leon dengan dua tangannya untuk bisa menatap wajah Leon.
Setengah mati dia menahan diri agar air mata itu tidak terjatuh dan agar tidak terlihat terlalu peduli dengan Raina atau anaknya. Namun, dia tidak bisa menahan perasaannya lebih jauh lagi.
