Steven adalah seorang CEO perusahaan besar dipaksa menikah dengan gadis desa karena Stevan menabrak calon suami wanita tersebut.
Apa yang akan dilakukannya? padahal dia sudah mempunyai tunangan dan dalam waktu dekat dia akan menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusul Ana
Cahaya Matahari tembus dari balik kaca kamar membuat Stevan terbangun dari tidur nya. Ia mengerjakan matanya kemudian pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Semalam Stevan memilih menginap di apartemen nya dibandingkan tidur di hotel dengan Stella, tak peduli jika itu adalah malam pengantin mereka, dia terlalu kecewa dengan Stella.
Setelah membersihkan diri dan berpakaian rapi ia bergegas pulang ke rumah orang tuanya, hatinya merasa tidak sabar untuk pulang seperti ada magnet yang menariknya selalu merindukan rumah dan ingin segera cepat pulang. Ana!. nama itulah yang selalu berada dihatinya, entah kapan nama Stella hilang dari hatinya ia pun tidak tahu, yang pasti di hati nya saat ini hanya ada nama ana. Mungkin ia terlambat menyadari nya, namun ia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.
Mobil Stevan pun sudah sampai di rumah, ia langsung memasuki rumah dan itu membuat mama Inggrid kaget.
"Stev, ada apa pagi pagi kesini? bukankah seharusnya kalian menikmati hari sebagai pengantin baru?" Namun Stevan tidak menjawab pertanyaan mama nya dan langsung menuju ruang makan. Perutnya sangat lapar karena dari semalam ia tidak makan. Bisa saja sih dia membeli makanan, namun ia tidak berselera, ia ingin makan masakan ana.
"Lho tuan!" kaget bik Wati melihat Stevan yang sudah duduk di kursi menyantap sarapan.
"Stev, apa ada Masalah antara kalian?" tanya mama Inggrid lagi yang masih penasaran dengan putranya.
"Nanti aku jelaskan ma, aku lapar banget." jawabnya sambil mengunyah. Mata nya sekalian meneliti dapur mencari sosok yang ia pikirkan dan rindukan.
"Ana mana bik? apa dia sudah ke kampus?" tanya nya pada bik Wati.
"Ana pulang kampung tuan."
Deg
Jantung Stevan berdetak dan darahnya seperti membeku mendengar ana pulang kampung, ia meletakkan makanan nya tidak selera lagi untuk sarapan.
Disisi lain, Stella baru bangun dari pelukan Bryan, setelah Stevan menolaknya semalam ia memilih menemui Bryan dan melampiaskan hasratnya bersama Bryan.
"Kamu mau pulang kemana sekarang?" tanya Bryan memeluk Stella dari belakang. Stella yang sudah rapi dan wangi membuat Bryan betah dalam pelukannya.
"Aku akan ke rumah nya, pasti dia sedang di sana sekarang." Jawab Stella memejamkan mata menikmati elusan Bryan di leher belakangnya. Kemudian ia berbalik dan kini wajahnya berhadapan dengan Bryan.
"Apa sebaiknya kamu tinggalkan saja Stevan, dan hiduplah bersama ku." ucap Bryan mengecup bibir Stella.
"Bry, kamu kan tau dari dulu aku cintanya sama Stevan, aku mau menjadi istrinya seorang saja." Stella menangkup pipi Bryan memberi penjelasan.
"Oke, baiklah." Bryan kemudian pergi ke kamar mandi dan meninggalkan Stella yang masih berdiri mematung.
Melihat Bryan ke kamar mandi Stella langsung menyambar tas nya dan bergegas pergi menuju rumah keluarga Stevan.
"Stevan" teriak Stella saat memasuki rumah keluarga Stevan. Ternyata kamu disini sayang." Stella menghampiri Stevan di ruang makan.
"Stell" sapa mama Inggrid.
"Hy ma" balas Stella tersenyum, bukannya salam Stella hanya membalas seperti sapaan terhadap teman saja.
"Sungguh tidak ada sopannya" batin mama Inggrid sembari melihat penampilan Stella dari atas hingga bawah, mama Inggrid menggeleng melihat penampilan Stella yang begitu sexy, ia sebenarnya tidak suka dengan Stella, namun ia menghargai pilihan putranya.
Stella langsung duduk disamping Stevan dan bergelayut di lengan Stevan namun dengan cepat Stevan menepisnya.
"Sayang. kamu kok gitu?" ucapnya manja dan kembali bergelayut di lengan Stevan, dan sekali lagi Stevan juga menepisnya bahkan Stevan langsung bangkit dari kursinya.
"Stev, kamu kenapa sih? dari semalam kamu tuh aneh, main pergi aja dimalam pengantin kita." ucap Stella tidak terima.
"Kamu masih bertanya kenapa?" balas Stevan geram, matanya menatap menghunus kearah Stella. Mama Inggrid hanya diam memperhatikan anak dan menantu nya, dia tidak mau ikut campur masalah rumah tangga anaknya, jika itu hal yang besar barulah ia akan mencampurinya.
"Lebih baik kamu pergi dari sini".
"Bagaimana aku pergi. Stev, aku ini istri kamu asal kamu lupa, kita baru saja menikah semalam."
"Jika kamu tidak mau pergi, maka aku yang akan pergi." Stevan langsung pergi meninggalkan Stella dan mama nya diruang makan.
"Stev"
"Stev". Teriak Stella kompak dengan mama Inggrid namun Stevan tetap melangkahkan kakinya.
Kemarin malam saat Stevan pergi, ia merasa bersalah dengan Stella. Tidak seharusnya ia meninggalkan Stella, biar bagaimanapun dia sudah menjadi istrinya. Jadi stevan kembali memutar mobil untuk kembali. Namun saat hendak memasuki areal apartemen, ia melihat Stella berjalan keluar dan memasuki mobil. Ia penasaran dan mengikuti kemana mobil itu membawa Stella.
Mata Stevan membulat saat melihat Stella memasuki unit apartemen dan disambut oleh seorang pria, ia tidak jelas melihat siapa pria itu.
Wajah Stevan memerah menahan amarah, hatinya sungguh sakit merasa ia tidak dihargai sebagai laki-laki. "Kamu bermain di belakangku Stella, apa selama ini kamu selalu bermain di belakangku? " Gumam Stevan geram.
Stevan kembali ke mobilnya, bayangan stella disambut pria dalam apartemen menari di benaknya. "Berengsek" umpatnya marah sembari memukul setir mobil. Ia marah bukan karena cemburu, tetapi ia merasa bodoh sudah ditipu oleh Stella, ia merasa pria paling bodoh.
"Stella! sebenarnya ada apa? dan Stevan pergi di malam pengantin kalian. Apa Masalah kalian sebenarnya?" tanya mama Inggrid tidak sabar jika hanya diam tidak mengetahui Masalah pasangan baru itu.
"Ma, Stevan pergi disaat malam pertama kami. Gak tahu apa sebabnya" Keluh Stella.
"Apa?" mama Inggrid sungguh kaget.
"Kok bisa? Apa kamu melakukan kesalahan hingga membuat Stevan tidak mood? " Selidik mama inggrid.
"Gak ada kesalahan kok, dia nya aja ynag aneh" Jawab Stella geram sebab teringat akan kejadian tadi malam.
"Ya udah ma, aku kekamar kami dulu yah." pamit Stella, dan memerintahkan teh Mina membawa kopernya kekamar Stevan.
"Bik, tolong bawakan koper saya."
"Baik non." teh Mina menarik koper Stella dan membawanya kekamar Stevan.
Seperginya Stella mama Inggrid langsung terduduk menghela nafas, tidak habis fikir ia bisa mempunyai menanti seperti Stella.
"Stev,stev." mama Inggrid memijit pelipisnya.
Stevan menelusuri jalan melajukan mobilnya, tidak tahu hendak kemana,ia sungguh pusing dibuat Stella. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Andre. Tak butuh waktu lama panggilannya langsung diangkat.
"Ndre, siapkan tiket ke Medan."
"Ngapain lo ke medan? apa ada deadline yang aku lupakan?" tanya Andre bingung.
"Gue mau nyusul istri gue."
"Ma..maksud lo, nyusul ana?"
"Cepetan gak pake lama." Stevan langsung mematikan panggilannya.
Setelah mendapat tiket keberangkatan Medan, Stevan langsung menuju bandara.
.
.
Hallo readers 🥰🥰 giamana? suka gak?
Nantikan kisah seru antara Stevan dan ana yah😊
Tolong follow akun othor ya, dan jangan lupa tinggalkan jejaknya dan beri juga vote nya ya agar othor semangat nulisnya,karena dukungan para readers ibarat vitamin buat othor🥰🥰