Duke Arland.
Seorang Duke yang dingin dan kejam. Selama menikah, dia mengabaikan istrinya yang sangat menyayanginya, hingga sebuah kejadian dimana dirinya harus berpisah dengan istrinya, Violeta.
Setelah kepergian istrinya, dia bertekad akan mencari istrinya, namun hasilnya nihil.
......
Violeta istri yang sangat mencintai suaminya. Selama pernikahannya, ia tidak di anggap ada, hingga sebuah kenyataan yang membuatnya harus pergi dari kediaman Duke.
Kenyataan yang membuatnya hancur berkeping-keping. Violeta yang putus asa pun mencoba bunuh diri, sehingga jiwa asing menemani tubuhnya.
Lima tahun kemudian.
Keduanya di pertemukan kembali dengan kehidupan masing-masing. Dimana keduanya telah memiliki seorang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petunjuk
Tidak sampai di depan pintu perbatasan, Viola menyingkapi gorden di sampingnya, mulutnya menganga melihat beberapa pengawal. "Apa itu pengawal dari kediaman Duke? aku harus melindungi kedua anak ku, ya harus." Gumam Violeta.
"Berhenti, kami ingin memeriksa sesuatu." Violeta semakin menegang, ia merapalkan seluruh doanya agar salah satu pengawal itu mengurungkan niatnya.
"Mia, kamu keluar cegah mereka, aku akan melakukan sesuatu agar mereka tidak mengenali ku," ucap Violeta yang di angguki oleh pelayan Mia. Wanita itu turun mencegah salah satu pengawal, kemudiaan berbicara dengan sang pengawal seraya melirik ke dalam kereta.
"Pelayan Mia," Violeta turun seraya menutupi sebagian wajahnya dengan sapu tangan. "Ada apa ya?"
Sang pengawal itu pun menatap aneh ke arah wajah Violeta, dahinya di penuhi bintik-bintik merah. "Ada apa dengan wajah nona?"
"Saya terkena penyakit menular," ujarnya seraya melirik pelayan Mia yang malah melongo. Dia mengkedipkan salah satu matanya dengan samar-samar.
"Ah, benar. Nyonya kami sudah seminggu terkena gatal-gatal, makanya kami datang kesini untuk mencari pengobatan." pelayan Mia menopoli perkataan Violeta agar sang pengawal tidak curiga.
"Maaf nyonya, silahkan pergi." Sang pengawal itu pun bergidik ngeri, ia tak bisa membayangkan wajahnya jika tertular dan mengerikan.
"Kereta di belakang itu, kereta anak saya,"
Sang pengawal mengangguk, lalu mempersilahkan Violeta dan pelayan Milea memasuki keretanya untuk melanjutkan perjalanannya.
Violeta dan pelayan Milea akhirnya bernafas lega, rencana mereka berjalan sempurna. Satu hal yang mereka pastikan, pengawal itu sangat bodoh. Semua orang yang memasuki Kota Hunderbugh terlebih dulu sudah di periksa. Seandainya Violeta memiliki penyakit, dan bintik-bintik itu terlihat dari awal dia tidak akan di perbolehkan memasuki kota Hunderbugh.
Violeta menghapus lipstik yang berwarna merah itu, yang di jadikan bintik-bintik kecil di wajahnya. Selang beberapa saat, wajahnya sudah kembali seperti semula.
Bersih, tanpa polesan make up dan bersinar.
Tepat jam tujuh malam, kereta yang di tumpangi oleh Violeta dan kedua anaknya telah sampai. Mereka pun turun dengan wajah lesu, bergelut dalam pikiran masing-masing.
"Alfred, Aleta."
Kedua anak yang berbeda jenis itu membalikkan tubuhnya, keduanya telah berjalan lebih dulu karena sudah merasa lelah. Seharian ini mereka tidak istirahat sama sekali. Biasanya mereka akan beristirahat sebentar, mampir ke salah satu Restaurant.
Violeta berjongkok, kecupan manis mendarat di dahi mereka. Kemudian di susul pelukan hangat darinya. "Ibu sangat menyayangi kalian, maaf kalian pasti terkejut kan dengan kepulangan mendadak ini. Padahal kalian sudah mendapatkan teman baru," ujar Violeta. Padahal hatinya memang berniat menjauhkan mereka.
"Tidak apa Ibu, lagi pula kita sudah bosan di sana. Kita memang ingin pulang, benar kan kak." Aleta menggenggam tangan sang kakak."
"Benar, Bu. Aku bosan di sana."
Violeta merasa ada sesuatu yang tidak benar, aneh sekali. Padahal, Aletalah yang sangat bersikeras ingin tinggal lebih lama di sana. Mungkin karena ikatan batin mereka.
"Ya sudah, kalian istirahat, mimpi indah. Maaf ibu tidak mengantarkan kalian."
"Mia, siapkan air hangat untuk mereka." Perintah Violeta.
"Baik Nyonya."
Alfred dan Aleta pun mengecup kedua pipi Violeta secara bersamaan, mereka hampir melupakan rutinitas malam mereka. Setiap malam, sang ibu mengecup di dahi mereka dan mereka membalasnya dengan kecupan di pipi Violeta.
Violeta memegangi dahinya yang terasa penuh oleh pikiran Duke. Seharian ini ia sibuk dengan ketakutan.
Sedangkan di sisi lain.
Duke Aland baru sampai di sebuah rumah, seharian ini ia mencari keberadaan Violeta, setidaknya dia masih memiliki petunjuk, sebuah toko gaun di Roos More. Setelah menyelidiki semuanya, ternyata benar, pemilik toko itu atas nama Violeta dan ia sudah menemukan tempat tinggal mereka. Rumah berlantai dua, jauh dari ibu kota. Ada kebun ubi ungu, wortel dan jagung. Baru ia tahu, kisah unik dari istri pertamanya. Dia sangat menyukai berkebun, oh pantaskah seorang Duchess berkebun. "Apa dia sangat menutupi semua identitasnya demi aku. Apa yang aku sukai, dia akan menyukainya dan apa yang tidak aku sukai, dia tidak akan menyukainya." Beruntungnya tidak ada siapa pun di sana, tidak ada pengawal yang menjaga kediaman itu.
"Tuan, silahkan. Kami sudah selesai membuka pintunya."
Duke Aland mengangguk, ia memutar tubuhnya, lalu memasuki pintu kediaman sederhana itu. Ekor matanya menyapu setiap ruangan itu, ada satu lukisan yang membuatnya tubuhnya gemetar dan panas dingin, sebuah lukisan Viola dan kedua anak yang tadi pagi bertemu dengannya. Tangannya semakin gemetar saat menyentuh satu lukisan itu,
"Periksa semua kediaman ini!"
akoh mampir Thor