Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Rayuan Om Black.
Kesal dengan Oppung nya, Bang Harra langsung mengemasi barang-barangnya. Mama Wening tak bisa berucap apapun atas kemarahan putranya. Jangankan Mama Wening, Ayah pun diam seribu bahasa. Kali ini Oppung memang begitu menjengkelkan.
"Mamak minta maaf, mungkin Oppung tidak bermaksud seperti itu."
"Saya tau, saya paham usia tua terkadang suka bertingkah aneh-aneh. Apalagi usia Oppung sudah di atas tujuh puluh tahun. Tapi saya tetap tidak bisa menerimanya, Mak. Jantung saya ini berdebar tidak beraturan. Semalam Gita nyaris di sambar ular, sekarang Gita tenggelam dan di sengat ubur-ubur. Tidak ada kah yang paham perasaan saya????? Apakah saya berlebihan kalau saya mencemaskan istri saya??? Istri sendiri, Mak. Bukan istri orang." Suara Bang Harra sampai menggema mengisi seluruh ruangan.
"Ya sudah, bawalah istrimu. Ayah mengerti posisimu saat ini." Jawab Ayah Aga.
Bang Harra langsung mengangkat tasnya dan membawa Gita yang sebenarnya masih belum begitu sehat.
"Nak, apa tidak mau tunggu sebentar lagi? Gita belum sehat betul." Kata Mama Wening.
"Saya tangani nanti."
Mama Wening sudah menduga hal ini akan terjadi. Beliau segera menyiapkan obat-obatan khusus untuk Gita.
"Bawa obat ini, berikan pada Gita kalau sakitnya kambuh. Kamu tau kan, kalau Gita punya asma."
Dunia Bang Harra kembali serasa terhantam dan runtuh. Ia sungguh tidak tau istrinya itu memiliki riwayat sakit yang tidak pernah ia ketahui selama ini.
"Kamu tidak tau?" Tanya Mama Wening lagi.
Tak banyak bicara, Bang Harra segera mencium tangan Mama dan Ayahnya kemudian naik ke dalam mobil. Memang tadi Bang sudah meminta anak buahnya untuk mengantarnya hingga ke bandara.
...
"Kasihan Oppung." Kata Gita.
"Jadi macam mana yang kau mau?? Kembali kesana dan kau buat sekutu dengan Oppung???" Bang Harra mulai panas jika sudah membahas masalah Oppungnya. "Kau tidak pernah paham bagaimana stressnya Abang perkara semalam, sesak di dada mikir kau tenggelam. Sumpah kepala Abang rasanya mau pecah karena kau, sayang....."
Seketika ucap tersebut terhenti. Bang Harra yang sadar akan ucapannya seketika memalingkan wajah. Pipi Gita pun memerah. Semua mendadak menjadi salah tingkah.
Lama semakin lama, Bang Harra tidak bisa menahan perasaannya.
"Gita.. Bisakah kita bicara serius? Sejak pertama kita jumpa, saya jatuh cinta sama kau, dek. Saya benar sayang sama kau."
"Gita nggak mau punya pacar orang seberang." Jawab Gita singkat saja. Jujur dirinya tidak begitu menyukai gaya bicara Bang Harra yang menurutnya terasa mengganjal dan gatal di telinga.
"Kenapa? Yang tidak kau sukai hanya pacar orang seberang, kan?? Bukan suami."
"Ya sama saja, Gita nggak suka. Abang kalau marah sangat kasar, wajahnya nggak welcome, nggak bisa senyum, sangar, kaku, dingin, nggak bisa di ajak negosiasi, kulitnya gelap............."
"Ya sudah.. semua aib dan dosa Abang yang punya. Setidaknya Abang masih punya tinggi badan, bisa menolong anak kita dari mamanya yang hanya setinggi mug. Hidung Abang masih mancung, nggak semepet tombol bel." Kata Bang Harra santai.
"Satu lagi......" Kini mata Gita berkaca-kaca. "Gita ini sudah rusak dan hamil anak orang. Masih banyak gadis baik-baik di luar sana. Abang tidak perlu mengorbankan diri demi kotoran di jalan seperti Gita. Setelah anak ini lahir, kita pisah..!!"
Wajah datar itu tidak berubah. "Bagus betul bibir kau. Sesempurna itukah Abang di matamu??"
"Tapi, Bang............."
"Bukan hak kita manusia menilai manusia lain. Kita manusia juga tidak akan paham mengapa Tuhan melabuhkan perasaan yang dalam pada setiap manusia. Kotor itu adalah bagian dari pikiranmu, tapi bagi Abang.. Kamu adalah bidadari nyasar, di hati Abang."
Gita terperangah sejenak hingga akhirnya tersenyum dalam tangis mendengarnya.
"Dari tadi senyum kan manis kali di pandang. Cantiknya istri Om Black ini, makin cantik kalau tak merajuk." Bang Harra terus menatap wajah Gita.
Bang Harra memang terpana, ia terpesona melihat seorang Gita. "Kau tau.. Parasmu selalu terbayang-bayang dalam pikir Abang. Tak sempat Abang tidur, makan tak enak, duduk tak jenak." Oceh Bang Harra menyeka air mata Gita. Entah bualan atau memang nyata dari dasar hatinya yang terdalam.
"Gombal."
Bang Harra ikut tersenyum tipis mendengarnya. "Di gombalin om lorengnya Gita, masa nggak suka."
"Abaaaang, jangan begitu. Itulah kenapa perempuan suka salah sangka sama tentara. Abang banyak mulut." Omel Gita.
"Dimana pula salahnya? Abang gombalin istri sendiri. Kalau tak suka ya Abang gombalin saja istri tetangga."
"Abaaaaaaang." Teriakan Gita begitu nyaring. Seketika tenaganya pulih karena jengkel mendengar ocehan Bang Harra. Cakarnya pun menancap di sana sini.
"Baah.. Ngeri kaliii induk mujaer ini kalau marah."
"Jangan bawa logat Abang yang itu, Gita nggak sukaaaa..!!!!!!" Omel Gita.
"Hasiankuu, sayaaaaaaang." Goda Bang Harra.
Gita terus mencubit pinggang Bang Harra yang bahkan nyaris tidak ada lemaknya sedikitpun tapi yang pasti, pipinya merah semerah tomat.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪