Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Gelombang panas yang mencekik menggulung sepanjang Beverly Hills, menekan udara menjadi selimut lembap yang berat. Langit Los Angeles di awal senja itu terasa kelabu, seolah menahan napas, mengisyaratkan bahwa ketenangan hanyalah ilusi yang rapuh.
Lana Croft terbangun, jantungnya berdetak kencang seperti drum yang dipukul liar.
"Duh..."
Dia berada di atas kasur king size yang lembut, yang harganya mungkin setara dengan biaya kuliahnya selama empat tahun. Cahaya sore menyelinap dari jendela panorama, menembus tirai sutra dan menari di atas lantai marmer putih. Aroma lavender lembut memenuhi kamar tidur bergaya mid-century modern yang didominasi warna emas dan krem.
Ini di mana?
Bola matanya yang jernih, sebiru safir dan tampak seolah memancarkan seribu bintang kecil, menyapu setiap sudut ruangan asing itu. Bukankah seharusnya ia sedang tidur di ranjang asramanya yang berderit, siap menghadapi ujian akhir di NYU besok? Kenapa ia tiba-tiba berada di mansion yang menjeritkan kekayaan tanpa batas ini?
JLEB!
Rasa sakit yang tajam menghantam tengkoraknya. Seolah-olah sebuah hard drive eksternal dipaksa masuk ke otaknya, memuntahkan data dan memori-memori yang mengerikan.
Lana tersentak. Dia bukan Lana yang ia kenal. Dia—ia—telah masuk ke dalam novel yang baru saja ia baca di kereta bawah tanah, sebuah novel apokaliptik zombie yang berjudul: "The Radiant Survivor."
Lebih parahnya lagi, ia tidak bertransmigrasi menjadi Chloe, sang tokoh utama yang akan menjadi ratu di akhir zaman. Ia masuk ke dalam tubuh Lana Croft—sang antagonis yang nasibnya berakhir tragis.
Lana Croft. Usia 19 tahun, mahasiswi tahun kedua UCLA yang dijuluki "Campus It Girl." Pewaris tunggal dari raksasa teknologi dan ikon mode yang tewas dalam insiden pesawat pribadi dua tahun lalu. Kaya, cantik luar biasa, tetapi juga manja dan menyebalkan.
Dalam alur cerita novel, Lana si antagonis adalah gadis biasa tanpa bakat supernatural. Dalam kekacauan awal kiamat, wajahnya yang terlalu memancing perhatian membuat ia hampir mengalami pelecehan seksual oleh para penyintas bejat, sebelum akhirnya diselamatkan oleh Chloe. Chloe, sang pahlawan sejati, memperoleh kekuatan ruang dimensi "Divine Orchard"—sebuah ruang penyimpanan hidup yang bisa menumbuhkan tanaman ajaib—klise, tetapi sangat efektif.
Lana si antagonis lalu bergabung dengan kelompok Chloe. Dalam sebuah baku tembak brutal dengan gerombolan zombie, seorang pria muncul bak dewa perang. Dialah Kael—sang male lead—sosok karismatik dengan mata dingin yang langsung mencuri hati antagonis itu.
Antagonis tersebut lantas terobsesi. Ia melakukan segala cara: mulai dari merengek dengan suara manja hingga memanipulasi situasi, hanya untuk mendapatkan perhatian Kael, yang sayangnya hanya membalas dengan rasa jijik.
Sementara itu, Chloe dan Kael, yang sejalan dalam ketangguhan dan moralitas, melewati rintangan demi rintangan dan akhirnya jatuh cinta.
Dipenuhi cemburu yang membakar, Lana si antagonis akhirnya mencoba mendorong Chloe ke jurang saat misi penjelajahan. Kael, yang muak dengan perilaku toksik itu, tidak memberi ampun. Dia menangkap antagonis yang mengkhianati kelompoknya, menyeretnya, dan melemparkannya ke dalam kumpulan zombie yang menggeram. Akhir yang mengerikan: dimakan perlahan, penuh rasa sakit yang tak terbayangkan.
Mengingat akhir itu, Lana yang baru di tubuh ini merasakan dorongan kuat untuk muntah.
"Aku harus keluar! Aku harus kembali!" Ia melompat dari ranjang dan berlari menuruni tangga menuju dapur mewah di lantai dasar.
Matanya tertuju pada rak pisau baja di konter batu granit. Ia meraih pisau chef yang tebal, ujungnya terasa dingin dan tajam di tangannya. Ia mengangkatnya, mengarahkannya ke pergelangan tangan kirinya yang halus.
Haruskah aku bunuh diri saja? Kalau aku mati, mungkin aku kembali ke duniaku!
Namun, ketakutan akan kegagalan membekukannya. Bagaimana jika ia mati dan jiwa aslinya lenyap? Itu akan sia-sia.
Pikirannya kalut. Dunia zombie adalah neraka. Ia tidak akan selamat di sini. Tangannya gemetar, dan ujung pisau yang tajam itu secara tidak sengaja menggores jari telunjuk kanannya.
"Aduh! Sial!"
Rasa sakit, meski hanya luka kecil, membuatnya meringis. Tubuh baru ini, terawat sempurna, rupanya sangat sensitif terhadap rasa sakit. Darah merah pekat segera merembes. Sambil menahan isak tangis antara kesakitan dan keputusasaan, ia mendekatkan jarinya yang terluka.
Tanpa sengaja, setetes darah itu jatuh tepat di atas cincin perak berukiran rumit yang melingkari jari manisnya. Cincin itu, yang ia anggap sebagai perhiasan peninggalan Ibunya, tiba-tiba bersinar redup dan menghisap tetesan darah itu dengan rakus.
WUUUSH!
Seketika, dapur mewah itu menghilang.
Lana kini berdiri di tengah sebuah ruangan berpanel kayu hangat, menyerupai kabin ski mewah di Aspen. Ada sofa kulit chesterfield, perapian batu, dan di sisi kanannya, terdapat dapur mini dengan peralatan baja nirkarat. Tangga spiral elegan menuju ke lantai atas. Tidak ada jendela, tetapi cahaya lembut dan stabil memancar dari langit-langit, menerangi semuanya.
Di mana ini lagi?!
Ia melihat piyama sutra merah mudanya, yang masih utuh. Luka di jarinya masih ada. Tetapi cincin peraknya—hilang! Di jari manisnya kini terukir tato sementara berwarna perak, berbentuk bunga edelweiss, elegan dan misterius.
Jantung Lana berdebar gila. Sebagai penggemar novel fantasi garis keras, ia langsung tahu: Ruang Dimensi!
Keluar!
Ia kembali ke lantai dapur mansionnya.
Masuk!
Ia kembali ke kabin kayu hangat itu.
"Ya ampun! Ini... ini benar-benar tiket lotre!" Lana melompat-lompat kegirangan, rasa sakit dan ketakutan akan akhir cerita yang mengerikan seolah terbang. Ruang penyimpanan! Ini adalah garis hidupnya!
Prioritas utama: Cek tanggal.
Ia keluar, kembali ke kamar tidur, dan meraih iPhone terbarunya. Setelah membukanya dengan pemindaian wajah, ia melihat tanggal di layar: 15 Juli 2XXX.
Dalam novel itu, The Radiant Survivor, wabah zombie meletus sekitar pertengahan September, saat mahasiswa kembali ke kampus untuk tahun ajaran baru, mengubah UCLA dan sekitarnya menjadi mimpi buruk.
Dua bulan!
Ia punya waktu hampir dua bulan untuk menimbun persediaan, berlatih fisik, dan membuat rencana untuk menghindari Kael dan nasibnya yang mengerikan!
Pertama, ia harus menguji ruangnya. Apakah waktu di dalamnya diam? Apakah ia bisa menyimpan barang-barang yang mudah rusak?
Lana kembali ke dapur, merebus air, dan menuangkannya ke dalam cangkir kopi termal. Ia mencatat waktu, lalu masuk ke ruang dimensi.
Ia menjelajahi kabin kayu yang ternyata hanyalah bagian teratas dari sebuah kompleks besar. Di lantai bawah, ada gudang besar yang tak berujung dan dingin, seperti ruang pendingin raksasa. Fasilitas di dalam kabin itu menakjubkan: air mengalir, listrik stabil, bahkan kamar mandi di lantai dua dilengkapi sauna dan hot tub air panas! Ini lebih seperti penthouse perlindungan daripada sekadar gudang.
Setelah setengah jam menjelajah di dalam, ia kembali ke basement dan menyentuh cangkir kopi. Airnya masih sangat panas, seolah baru saja ia tuang.
Lana tersenyum lebar. Ruang ini mungkin tidak sehebat Divine Orchard milik Chloe, tapi ini adalah Benteng Pribadi miliknya.
Ia punya misi: Bertahan Hidup. Dan kali ini, ia akan menulis ulang skripnya sendiri. Ia tidak akan menjadi makanan zombie, dan ia pasti akan menghindari si Kael bermata es itu. Tidak ada lagi obsesi, hanya ada Persiapan untuk Kiamat.
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu