Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.
Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.
"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.
"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora
Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.
Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.
Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Pengejaran
Ckiittt!!!!!
Decitan suara dari ban mobil nyaring di dengar, mengapa tidak, kendaraan yang Narendra bawa di hadang secara tiba-tiba oleh mobil lain di depannya. Ingin memundurkan lagi mobilnya, sayangnya di belakang pun di hadang mobil lain.
"Sial, kita di hadang."
"Itu artinya kita Ketahuan, Bang." Zae pun menyadari hal itu, memperhatikan kedua mobil didepan dan dibelakang mereka.
Narendra menatap Naqeela, istrinya masih tertidur akibat obat tidur bius. "Kamu tunggu disini, jangan keluar dan jangan tinggalkan kakak kamu sendiri."
"Terus kamu mau kemana Bang? Lawan mereka seorang diri, gitu?"
"Terpaksa sampai bantuan datang, saya yang akan lawan mereka."
Zae kaget, mana mungkin Narendra mau melawan 8 orang pria berbadan besar yang sudah keluar dari dalam mobil, sementara mereka cuman bertiga.
"Jangan gila deh, Bang. Mereka bahaya."
"Jauh lebih bahaya kakak kamu." Dan Narendra pun memberanikan diri keluar dari dalam mobil.
"Bang! Bang Rendra!" sayangnya panggilan Zae tidak di dengar. "Gue gak bisa membiarkan dia berjuang sendirian, gue harus bantu dia."
Matanya sempat melirik kakaknya sebelum keluar mobil.
"Serahkan gadis itu!" todong salah satu anak buah Seto.
"Tidak bisa!"
"Mau lawan kami, hah?"
"Tentu, karena saya tidak akan membiarkan istri saya kalian bawa."
"Banyak omong! Serangggg!!!"
Narendra berlari ke tempat luas agar memudahkan dia melawan. Disaat Narendra berkelahi, Zae pun turun membantu kakak iparnya.
Zae menerjang salah satu dari mereka. "Ayo lawan gue! Jangan main keroyokan."
Meski dia tidak terlalu pandai berkelahi, Zae akan berusaha membantu kakak iparnya.
"Zae apa yang kamu lakukan?"
"Membantumu, Bang."
Narendra tak sempat bicara lagi karena ia terkena pukulan.
Sementara di dalam mobil, Naqeela mulai sadar dari tidurnya. "Hhmmm pusing sekali kepalaku."
Dia bergumam, mengerjap menggelengkan kepalanya berharap rasa pusing nya cepat hilang.
"Ini dimana?" Untuk sesaat Naqeela belum menyadari adik dan suaminya sedang berkelahi. Setelah beberapa saat barulah dia mengedarkan pandangannya ke luar jendela mobil.
"Zae! Mas Narendra!" Baru menemukan objek pandangan langsung syok atas kenyataan dihadapannya.
Dari dalam ia melihat perkelahian itu, terlihat dua mobil datang, turun beberapa orang dan membantu Narendra.
"Kalian lama." Narendra sempat kesal orang-orangnya datang terlambat.
"Maaf Pak."
Dan perkelahian itu terus berlanjut sampai beberapa orang mulai tumbang dari pihak Fadhil.
Dari jauh Fadhil menyaksikan perseteruan itu dari dalam mobil.
"Ada bantuan datang Bos, anak buah kita mulai kewalahan melawan." Dia berkomunikasi lewat telpon.
"Saya gak mau tahu, kamu harus habisi dia sekarang juga!"
"Tapi ..."
"Tembak Narendra dan anak buahnya! Lakukan perintah saya atau saya hancurkan keluarga kamu?"
"Jangan! Baik saya akan lakukan itu." Fadhil tak ingin keluarganya menjadi korban, terlebih ia mempunyai adik perempuan yang bisa saja menjadi sasaran.
Selepas sambungan telepon terputus, dengan terpaksa dia mengambil senjata yang diberikan Seto, mengarahkannya pada Narendra terlebih dulu.
Sayangnya pergerakan dia diketahui oleh Naqeela yang tak berhenti memperhatikan setiap sudut.
Matanya terbelalak. "Itu Fadhil! Siapa yang akan dia ..." Arah pandangannya mengikuti kemana benda itu diarahkan. "Mas Narendra! Dia mau menyakitinya."
Dia tidak bisa berdiam diri, tidak ingin adiknya ataupun Narendra kenapa-kenapa, turun dari mobil berlari cepat menghalangi.
Tanpa Fadhil sadari dari arah lain pun ada orang yang bersiap menarik pelatuk.
Narendra terpental ketika orang itu berhasil menendangnya.
"Sial, kalian tidak mau menyerah juga."
"Mas Narendra awasss!" Teriakan Naqeela membuat Narendra dan Zae teralihkan.
Bertepatan dengan suara tembakan menggema.
Dorrr...
"RENDRA!!!" teriakan itu menggema, Narendra menoleh namun tubuhnya lebih dulu dipeluk oleh Naqeela.
Naqeela terdiam saat seseorang juga memeluknya dari belakang, ia juga merasakan sesuatu mengalir di bagian pundak Narendra menetes ke bagian tangannya.
Mata Narendra dan Naqeela saling berpandangan.
"Mas, kamu ..." Dia berada diantara dua orang, didepannya Narendra dan dibelakangnya ternyata Wulan sedang memeluknya.
"Re-rendra, Qeela," lirih Wulan entah datang dari mana.
Sebelumnya Wulan sempat mendengar Seto menyuruh orang menculik Naqeela, ia syok mengetahui rencana keji dari suaminya. Ia juga tak percaya suaminya berbuat seperti itu. Hingga akhirnya mengikuti Seto tanpa disadari oleh sang suami.
Rencana mengikuti membawa Wulan ke tempat putranya di kepung. Ia yang melihat Seto mengarahkan senjata pada sang putra berteriak memanggil putranya.
Demi melindungi sang putra, Wulan berlari ingin menyelamatkan, sayangnya satu peluru mengenai dia berasal dari senjata yang Seto pegang. Satu lagi mengenai pundak Narendra berasal dari senjata milik Fadhil.
"KEJAR MOBIL MEREKA!!" Pak Miko menyadari adanya orang lain disekitar mereka, dan ia langsung mencari darimana arah tembakan itu berada.
Dua mobil dari arah berlawanan melarikan diri dan langsung di kejar oleh anak buah Miko.
Zae berlari mendekati mereka, membantu menahan tubuh Wulan agar tidak terjatuh, pun dengan Narendra yang juga sudah mulai tak bisa menahan tubuhnya.
"Mama!" Ditengah rasa sakit yang menimpanya, Narendra berusaha menahan diri.
"Cepat panggil ambulance!!!" pekiknya panik.
"Mas kamu berdarah." Naqeela juga merasakan hal yang sama, panik saat melihat luka di pundak Narendra semakin banyak mengeluarkan cairan merah.
Narendra meliriknya sekilas lalu kembali menatap mamanya. "PAK MIKO BURUAN BAWA MAMA KE RUMAH SAKIT!"
***********
Dua kendaraan melaju dalam kecepatan sedang menuju rumah sakit. Narendra berada satu mobil dengan Naqeela dan Zae sedangkan mamanya bersama Miko.
"Zae cepetan bawa mobilnya. Mas Rendra terluka." Ia duduk disamping Narendra, mencoba menahan agar darahnya tidak mengalir.
Sesekali Zae melirik lewat spion. "Ini sudah cepat Kak." Untungnya dia bisa membawa mobil sebab dia pernah bekerja menjadi mengantar barang selama 2 bulan di sekitar rumahnya.
"Kamu tenangkan diri, saya tidak apa-apa." Meski bicara seperti itu nyatanya ia merasakan lemas.
"Gimana gak kenapa-kenapa, kamu terluka karena aku, Mas. Zae cepetan!"
"Aku sudah berusaha Kak, tapi aku takut belum punya SIM nanti di tilang gimana?"
"Ini jalan hutan, Zae! Ngebut aja gak akan ada yang tilang kamu selama belum sampai ke perbatasan kota!" kata Naqeela serius.
Zae mengangguk, ia menambahkan kecepatannya sesekali melihat spion. Dahinya mengernyit saat ada mobil dari belokan mengejarnya.
"Ada mobil lain mengikuti kita dari belakang." Ia menyadari hal itu.
Narendra langsung duduk tegap memperhatikan ke belakangnya. "Sial, dia mobil Seto."
"Apa!" Naqeela terkejut.
"Terus sekarang kita harus kemana? Ke rumah sakit?" tanya Zae.
Belum juga Narendra menjawab mobil di belakangnya sudah menyalip mobil mereka. Zae yang tidak pandai mengendarai syok dan ia malah banting setir ke pembatas jalan tepat berada dijembatan.
"Zaeee!! Awass!!" pekik Naqeela saat didepannya ada pembatas jalan.
"Saya tidak akan membiarkan kalian hidup. Jika saya dipenjara kalian harus mati! Kalau tidak kita sama-sama akan mati, Hahahha."
Ini gila, Seto memberi jarak ke samping, kemudian semakin memepetkan mobilnya ke mobil Narendra, kembali berulang kali ia lakukan.
"TIDAKKK!!!" pekik Naqeela kala mobil yang mereka tumpangi dengan mudah terbalik melewati pembatas jembatan.
Brukkkk.
Byurrr.