Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10. Film Dewasa
10
Keyra memeluk Ken seperti seseorang yang hampir tenggelam dan akhirnya menemukan pegangan.
Pelukannya kencang, terlalu kencang untuk ukuran “pelukan sebelum tidur”.
Ken mengusap punggungnya perlahan.
“Ayo, Keyra… sudah malam. Kamu harus tidur,” bisiknya lembut.
Tapi Keyra menggeleng keras di dadanya, suaranya bergetar.
“Belum… jangan lepas dulu…”
Ken menghela napas kecil.
Ia tetap memeluk.
Ia tetap sabar.
Setelah beberapa menit, ia mencoba menuntun Keyra masuk kamar.
“Come on, sweetheart. Om antar kamu ke ranjang...”
Namun saat Ken membimbingnya ke tepi kasur, Keyra tiba-tiba mencengkeram ujung kaos Ken dan menariknya mendekat.
Terjadi begitu cepat…
“Keyra, tunggu...”
Kaos Ken tertarik cukup kuat, dan karena Ken tidak siap, tubuhnya kehilangan keseimbangan.
Brukk...
Ken jatuh tepat menimpa tubuh Keyra di atas ranjang.
Keyra terkejut.
Ken juga membeku.
Sejenak, dunia benar-benar berhenti.
Lengan Ken berada di kedua sisi kepala Keyra, menahan beban agar tidak menindihnya.
Napas mereka terlalu dekat.
Wajah mereka berada hanya beberapa centimeter.
Keyra menatapnya, kaget, tapi tidak menjerit.
Justru… ia kelihatan tidak berniat menggeser diri. Bahkan ia senang bisa berada dalam posisi demikian bersama Ken.
Ken menunduk, napasnya tertahan.
Suara hatinya memukul dadanya sendiri.
“Keyra…”
Nada Ken serius, hampir panik.
“…kamu harus lepaskan kaosku.”
Namun Keyra justru menggenggam kain itu lebih erat, bukan untuk menarik Ken lagi, tetapi seolah takut Ken kabur.
“Aku cuma nggak mau Ken pergi,” bisiknya.
Ken menutup mata, mencoba memulihkan akal sehatnya.
“Sweetheart, situasi begini… nggak boleh.”
Ia berusaha menjaga suara tetap lembut.
“Satu hal yang perlu kamu ketahui, sedekat apapun kita. Kita tidak mempunyai hubungan darah dan ... Kita hanyalah dua orang asing yang...”
Keyra menggigit bibir, tidak membantah… tapi juga tidak langsung melepas kaos Ken.
Ken akhirnya menarik napas lega, lalu perlahan memindahkan berat tubuhnya, bangkit setengah duduk sambil tetap menahan bahu Keyra agar tidak terbentur.
“Hey…” Ken menatapnya, mata cokelatnya lembut sekaligus tegas.
“Aku di sini. Aku nggak pergi.”
Ia menyentuh pipi Keyra dengan sangat hati-hati.
“Kamu nggak perlu narik aku kayak gitu.”
Keyra akhirnya melepaskan cengkeramannya.
Kaos Ken kusut di bagian dada, tapi ia tak mempedulikannya.
“Aku takut kamu berubah pikiran lagi besok,” suara Keyra kecil sekali.
Ken tersenyum tipis sedih, namun penuh kasih.
“Aku akan pergi setelah kamu tidur.”
Ia merapikan rambut Keyra.
Keyra menatapnya lama… sebelum akhirnya mengangguk.
Ken perlahan membantu Keyra berbaring dengan benar, menarik selimut sampai ke dada gadis itu.
Ia memastikan Keyra nyaman, lalu duduk di tepi ranjang.
“Sekarang tidur. Om tunggu sampai kamu benar-benar terlelap.”
Keyra menggenggam tangan Ken, lebih lembut kali ini.
“Kamu janji?”
Ken membalas genggaman itu, hangat.
“Janji.”
Lampu temaram membuat kamar Keyra tampak lebih teduh.
Ken masih duduk bersandar di kepala ranjang, mencoba memastikan gadis itu tertidur.
Tapi Keyra tidak tidur.
Ia menggenggam selimut dengan erat, tubuhnya bergetar halus, bukan kedinginan, tapi menahan sesuatu yang lebih dalam.
Sebuah luka lama yang selalu muncul setiap kali ia merasa ditinggalkan.
Ken menghela napas. “Keyra… coba tidur ya? Besok sekolah.”
Tidak ada jawaban.
Yang ada hanya tarikan napas yang semakin tersengal… sampai akhirnya terdengar suara kecil, pecah, seperti benang tipis yang putus.
“Ken…”
Ken segera menoleh. “Iya, sweetheart?”
Keyra menutup wajahnya dengan kedua tangan, suaranya tersendat.
“Aku… ingat Daddy dan Mommy…”
Jeda.
Hening berat menelan ruang.
Ken langsung merasa seluruh tubuhnya menegang.
Ia tahu itu, ia tahu betul luka itu.
Luka yang selalu ia coba tutupi dengan kebiasaan baru, dengan tawa, dengan kedekatan pada Ken.
Tapi malam ini… luka itu muncul untuk alasan lain.
Ken memindahkan posisinya, hendak menenangkan dari jarak aman.
Namun sebelum ia sempat bicara, Keyra memandangnya dari sela jari, air mata menetes di pipi.
“Kamu akan pergi juga, ‘kan… suatu hari?
Sama seperti mereka?”
Nada suara itu patah.
Terlatih untuk menyentuh simpati.
Terlatih untuk menggugah.
Bukan palsu, Keyra memang sedih, tapi ia jelas menggunakan kesedihan itu untuk menarik Ken mendekat.
Ken memejamkan mata sejenak.
“Keyra…”
suara Ken lembut tapi lelah.
“Jangan pakai rasa sedihmu untuk...”
Tapi Keyra langsung duduk, memeluk dirinya sendiri, menangis semakin keras.
“Aku nggak punya siapa-siapa lagi!
Ken satu-satunya!”
Tangisannya menembus semua pertahanan Ken.
Karena itu benar.
Karena Keyra memang hanya punya dia.
Dan Keyra tahu itu.
Ia tahu Ken selalu luluh kalau sudah begini.
Ken akhirnya mendekat.
Perlahan, hati-hati, tapi tetap mendekat.
Saat jarak tinggal satu nafas, Keyra langsung meraih Ken, memeluknya erat, menyandarkan wajah di dada pria itu.
“Aku takut…
Aku takut kamu bosen.
Aku takut kamu pergi.
Aku takut kamu menyesal ngerawat aku…”
Ken memejamkan mata, merasakan dada Keyra bergetar karena tangis.
Tangan Ken terangkat, ragu satu detik, lalu ia menepuk punggung Keyra pelan.
Ia menyerah pada pelukan itu.
Karena ia tahu Keyra butuh itu.
Karena ia tahu luka itu nyata.
Tapi ia juga tahu Keyra memanfaatkan luka itu.
“Dengar…” Ken bersuara pelan, nyaris berbisik.
“Sweetheart, kamu bukan beban. Kamu bukan kesalahan. Om di sini karena Om yang mau.”
Keyra mencengkeram kaos Ken lebih erat.
“Kalau Ken beneran mau…”
suara Keyra serak, manipulatif namun tetap menyakitkan,
“…peluk aku. Jangan pergi.”
Ken menunduk, menghela napas, tak berdaya menghadapi air mata itu.
Ia merengkuh Keyra… lebih erat dari sebelumnya.
“Om di sini,” ucapnya pelan.
“Om nggak pergi. Om janji.”
Keyra terisak, tapi pelukannya perlahan berubah… bukan sekadar sedih, tapi melegakan.
Karena ia mendapat apa yang ia inginkan.
Perhatian Ken.
Kedekatan Ken.
Sentuhan Ken.
Ken sadar itu.
Dan justru itulah yang membuat ia gelisah.
.
Pagi itu rumah sunyi. Keyra sudah berangkat sekolah, meninggalkan aroma parfumnya yang samar masih tertinggal di udara.
Saat Ken melihat pintu kamar Keyra terbuka, ia spontan ingin menutupnya. Kebiasaan kecil yang ia lakukan selama bertahun-tahun.
Begitu ia masuk, Ken terdiam.
Kamar itu… berantakan.
Selimut acak-acakan, bantal jatuh ke lantai, laptop terbuka di atas tempat tidur, padahal tadi malam semuanya tertata rapi.
Ken menghela napas panjang, hendak merapikan sedikit sebelum menutup pintu.
Tangannya secara tidak sengaja menyentuh touchpad laptop.
Layar menyala.
Dan detik berikutnya, darah Ken langsung dingin.
Wajahnya memucat. Ia mundur selangkah, jantungnya berdetak keras.
Yang ia lihat justru daftar film-film dewasa di sebuah aplikasi online, memberi cukup petunjuk tentang apa yang Keyra tonton tadi malam.
Bukan hal yang pantas untuk anak seusianya.
Ken segera meng-uninstall aplikasi itu, menutup layar cepat-cepat, napasnya kacau.
“Keyra… apa yang sedang kau lakukan pada dirimu…?” bisiknya, lebih seperti gumaman putus asa.
Ia duduk di pinggir tempat tidur Keyra, menatap ruangan yang berantakan, mencoba merangkai semuanya:
• perubahan sikap Keyra
• kedekatan berlebihan
• godaan halusnya
• dan sekarang… ini.
Rasanya seperti seseorang memukul ulu hatinya.
Bagian dari dirinya ingin marah.
Bagian lainnya justru… khawatir luar biasa.
Karena ini bukan lagi soal “Keyra menggoda”.
Ini pertanda bahwa Keyra sedang mencari jawaban dengan cara yang bisa melukai dirinya sendiri.
Ken menutup wajah dengan kedua tangan.
Untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa kehilangan kendali.
“Aku harus bicara dengannya…” katanya lirih.
Tapi bagaimana?
Bagaimana ia harus menghadapinya tanpa menyakiti?
.
YuKa/ 301125
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭