NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman
Popularitas:27.7k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Bagja dan Galuh pergi ke butik di kota dengan naik mobil milik keluarga pria itu. Perjalanan memakan waktu hampir satu jam. Mobil melaju di jalan berliku dengan pemandangan sawah, rumah-rumah panggung dari kayu dan bambu, hingga memasuki jalan kota yang lebih ramai dan bangunan lebih modern. Sepanjang perjalanan itu, suasana dalam mobil justru dingin membeku.

Tidak ada percakapan, tidak ada tawa, hanya suara mesin dan deru angin dari kaca mobil yang sedikit terbuka. Bagja beberapa kali berusaha mencairkan suasana. Dia mencoba mengajak Galuh ngobrol soal lagu yang sedang diputar di radio, tapi jawaban Galuh hanya satu kata, “Diam.”

Ketika Bagja besarkan suara radio sedikit untuk mengisi sepi, Galuh malah menekan tombol dan mematikannya. Hening kembali merajai. Bagja menoleh sebentar ke arah wanita di sampingnya. Calon istrinya itu duduk dengan wajah cemberut, menatap keluar jendela seolah sedang menghitung jumlah pepohonan yang dilewati.

“Ya ampun, nikah aja belum, suasananya udah kayak nonton film horor begini,” batin Bagja sambil menghela napas panjang.

Bagja merasa Galuh marah soal tadi. Ketika dia akan memasangkan sabuk pengaman, dikira mau menciumnya.

Begitu sampai di butik, mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya dengan rambut disanggul rapi. Senyumnya hangat, seperti sudah terbiasa menyambut pasangan calon pengantin. Di dalam butik, gantungan pakaian penuh warna dan desain memenuhi ruangan. Ada kebaya, gaun modern, sampai baju adat dari berbagai daerah.

“Bu Kania sudah bilang kalian boleh memilih tiga atau empat baju pengantin,” ujar wanita itu, yang memperkenalkan diri sebagai Bu Laras.

“Itu terlalu banyak. Satu saja cukup,” ucap Galuh dengan nada pelan tak bersemangat.

Bagja menoleh cepat, matanya sedikit melotot. “Sudah, kamu nurut saja apa kata ibuku,” bisiknya dengan suara nyaris seperti peringatan.

Galuh mendengus, ingin sekali membalas dengan komentar pedas, tetapi dia menahan diri. Tempat asing, orang asing, kalau dia bikin ribut di sini, bisa-bisa menjadi tontonan gratis. Jadi, dengan ogah-ogahan, dia mencoba beberapa pakaian, dari kebaya merah marun, gaun putih berenda, sampai kebaya putih untuk dikenakan saat ijab kabul.

Bagja memperhatikan dengan seksama. Ada perasaan aneh di dadanya. Setiap kali Galuh keluar dari ruang ganti dengan baju berbeda, jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Meski wanita itu terlihat tidak antusias, di mata Bagja, Galuh tetap terlihat cantik, bahkan sangat cantik.

Akhirnya, setelah drama kecil dan bujukan Bu Laras, mereka sepakat memilih tiga baju pengantin. Galuh keluar dari butik dengan wajah letih.

“Kita makan dulu, aku lapar,” ucap Bagja, mencoba mencairkan suasana. “Kamu mau makan apa?”

“Mie ayam yang ada di pinggir jalan, itu.” Galuh menunjuk gerobak biru yang mangkal di bawah pohon rindang.

Bagja sempat ingin mengajaknya ke restoran, tapi melihat sorot mata Galuh yang sudah “jangan-lawan-gue”, dia memilih mengalah.

Mereka duduk di bangku panjang sederhana terbuat dari kayu. Lalu meja yang alasnya sudah memudar warnanya. Aroma kaldu ayam dan bawang goreng menyeruak, membuat perut siapa pun mendadak keroncongan.

“Mang, tambah satu lagi!” seru Galuh sambil melambaikan tangan.

“Siap, Neng!” jawab tukang mie ayam itu dengan semangat.

Bagja hanya bisa menggeleng. Dia tahu betul, kalau Galuh sedang marah atau mood-nya jelek, pelampiasannya hanya satu, makan yang banyak.

Tiba-tiba terdengar suara lembut menyapa, “Eh, Bagja, bukan, ya?”

Galuh dan Bagja menoleh bersamaan. Seorang wanita berdiri di dekat gerobak. Rambut panjang digerai, wajahnya masih sama seperti dulu—cantik dengan senyum menawan.

“Wulan?” Bagja mendongak, sedikit terkejut.

“Iya, ini aku.” Senyumnya mengembang, lalu ia menoleh ke Galuh. “Eh, ini Galuh, bukan?”

“Iya,” jawab Galuh datar, walau tetap membalas senyum. Dalam hatinya, sudah muncul tanda bahaya.

Wulan dulu adalah idola sekolah SMA Negeri 1. Semua murid tahu kalau dia menyukai Bagja, meski cintanya bertepuk sebelah tangan.

Galuh tahu semua sejarah itu. Kini, melihat Wulan muncul di hadapan mereka membuat Galuh menyiapkan jurus cadangan kalau-kalau pertemuan ini berubah jadi drama telenovela.

“Neng, ini mie ayamnya.” Tukang mie ayam menyerahkan mangkok besar ke Galuh.

“Makasih, Mang,” jawabnya. Ia lalu menatap mangkok penuh itu. “Sepertinya ini terlalu banyak.”

“Sini, kasih ke aku sebagian,” ujar Bagja sambil menarik mangkok. Dia tidak peduli tatapan Wulan yang terus memperhatikan mereka.

Wulan, yang sejak tadi menahan tanya, akhirnya tak kuasa menahan diri. “Ka-kalian berpacaran?” suaranya lirih, penuh ketidakpercayaan.

Senyum licik muncul di bibir Galuh. Inilah saatnya. “Tidak. Aku calon istrinya.”

Wulan terperanjat. Matanya membesar, wajahnya pucat seketika. Seakan dunia runtuh di hadapannya.

Bagja sendiri nyaris tersedak. Dia tidak menyangka Galuh akan se-blak-blakan itu. Namun, di sisi lain, ada kebahagiaan yang menggetarkan dadanya. Galuh mengakuinya di depan orang lain.

"Wah, tidak menyangka, ya, kalian akan menikah," ucap Wulan yang merasakan sakit di dadanya.

"Itulah rahasia Ilahi. Kita tidak akan pernah tahu," balas Bagja sambil menggenggam tangan Galuh.

Usai makan, Bagja mengajak Galuh jalan-jalan sebentar keliling kota. Mobil mereka melintasi taman kota. Anak-anak kecil berlarian, pedagang es krim berteriak menawarkan dagangan.

“Melihat taman kota, jadi ingat dulu pernah tawuran di sana,” celetuk Galuh sambil tertawa kecil. “Lawan STM tempat Max sekolah lagi.”

Max, nama itu seperti duri menusuk hati Bagja. Dia memilih pura-pura tidak mendengar.

Tak lama, Galuh menunjuk sebuah warung kecil. “Eh, bisa mampir dulu ke warung Mak Iroh, enggak? Itu warung legendaris. Tempat nongkrong aku sewaktu SMA dulu.”

Bagja langsung tahu. Warung itu bukan sekadar warung. Itu tempat Galuh sering nongkrong dengan Max. Hatinyapun panas, cemburu. Dia pura-pura tidak dengar, terus melajukan mobil.

“Hei, Bagja! Apa kamu budeg?” Galuh menoleh, kesal.

“Eh, ada apa?” Bagja menanggapi dengan wajah polos.

“Sudahlah! Aku mau pulang. Enggak seru jalan-jalan sama kamu.” Galuh menyilangkan tangan di dada, wajah cemberut.

Bagja menghela napas, merasa kalah. “Kenapa aku gampang banget kalah kalau sudah sama dia?” gumamnya dalam hati.

***

Malam itu, keluarga Bagja datang ke rumah Galuh. Suasana ramai memenuhi ruang makan. Bu Kania dan Mama Euis begitu antusias membicarakan pesta pernikahan. Mulai dari tema dekorasi sampai pilihan menu katering.

Sementara Pak Dhika dan Pak Wira malah asyik membahas perkembangan pembangunan desa. Obrolan mereka lebih serius, membicarakan jalan baru dan anggaran pemerintah. Kebetulan ayahnya Bagja itu pegawai pemerintah kota.

Di tengah keramaian itu, Galuh duduk dengan wajah datar. Earphone kecil menempel di telinganya, walkman kesayangan diputar dengan volume cukup keras. Musik jadi pelarian dari semua obrolan yang tak ingin ia dengar.

Bagja duduk di seberangnya, memperhatikan diam-diam. “Kenapa Galuh jadi pendiam begini? Apa lagi panas dalam, ya?” batinnya, bingung sekaligus khawatir.

1
Susi Akbarini
Aamiin..

❤❤❤❤😍😙😗
Susi Akbarini
ya ampunn..
teeharu...
❤❤❤😍😙😙😭😭😘
Esther Lestari
semangat thor....
semoga yg baca semakin banyak....
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Eva Karmita
Alhamdulillah semoga rejekinya Bagja dan Galuh lancar ya Mak aamiin 🤲🤲
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Esther Lestari
Semangat buat 4 sekawan yang sudah mau jadi relawan
Noor hidayati
amin kak othor semoga pembacanya makin banyak
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️🤲🤲
total 1 replies
Abel Incess
pasti rame Thor soalnya seru bngt ceritanya
🌸Santi Suki🌸: aamiin 🤲
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut makin seru
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
sryharty
semoga sukses ka
🌸Santi Suki🌸: 🤲🤲🤲🤲🤲
total 1 replies
Dinda Putri
semangat thoooorrr lanjut
🌸Santi Suki🌸: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
edelweis🌻
aminn kak semoga dpt rezeki lancar.aminn
🌸Santi Suki🌸: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Noor hidayati
semangat buat para relawan yang membantu para korban bencana tanpa pamrih,semangat buat galuh,bagja,ryan dan dewa dalam menolong sesama yang sedang mengalami musibah💪💪💪💪💪
Tutuk Isnawati
top bgt
🌸Santi Suki🌸: makasih
total 1 replies
Hary Nengsih
jadi 4 sekawan yg berjuang menolong
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍👍
total 1 replies
Noor hidayati
betul kuncinya itu jujur satu sama lain,dan terbuka tidak menutup nutupi masalah apapun,harus didiskusikan bersama
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍 bener
total 1 replies
Sugiharti Rusli
sejatinya ga ada rumah tangga yang sempurna yah, yang ada saling menghargai satu sama lain dan tahu perannya masing" dan turunkan ego,,,
🌸Santi Suki🌸: bener 👍
total 1 replies
Sugiharti Rusli
dan Galuh walo dia sedikit bar" dan keras kepala, setelah menikah dia bisa menempatkan dirinya sebagai seorang istri dan menghormati Bagja sebagai suami
Sugiharti Rusli
semoga mereka nanti bisa lebih saling mengisi dan memahami yah, walo mereka tidak mengenal pacaran
Sugiharti Rusli
tapi salut sih sama karakter Bagja, walo dia sedikit jail walo karena sejatinya dia sangat suka sama Galuh, dia bukan pribadi yang mau menang sendiri biarpun Bagja anak tunggal sih
Sugiharti Rusli: betull banget
total 2 replies
Sugiharti Rusli
dan Bagja, walo dia seorang suami yang berhak menegur sang istri, dia bisa tidak melakukannya sambil marah" yang berakibat mereka nanti saling menyakiti
Sugiharti Rusli: nah itu, dia dah tahu banget kan karakter bininya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!