NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:419
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pikiran River

Safma dan River kini berada di tangga menuju lantai dua, "Kamu mau tahu pekerjaan ku dilantai dua?"

Mengangguk mengiyakan, River mengikuti jalan Safma. "Apakah disini kamu bekerja sendiri atau ada karyawan yang akan datang nanti?"

Tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya kemudian. "Sebenarnya tempat ini adalah hobi-hobiku, yang merangkak jadi pekerjaan untuk diriku sendiri."

"Contohnya?"

"Handcrafted or handmade, apapun itu namanya. Aku suka kesendirian, jadi ya beginilah hobi ku, jauh dari keramaian dan bersama orang."

Kemudian Safma menjelaskan semua hobinya dari melukis, menulis, menjahit dan membuat sabun - parfum mandiri juga lilin aromaterapi.

"Disini aku menemukan ketenangan dan kedamaian," langkahnya terhenti pada ruangan menjahit dan melihat meja dengan kotak besar disana.

"Ini apa?" Tanya River penasaran menunjuk kotak didepannya.

Jari Safma menggulirkan layar sentuh lalu menunjukkan gambar yang baru saja ia ambil tadi.

"Woah!" Kagum River tercetak jelas.

"Tadi malam aku membuatnya, pesanan anak konglomerat asal Dubai," menaik-turunkan alisnya. "Disana pasarku untuk hal ini, apalagi aku tergabung dalam grup chat anak konglomerat di beberapa negara walaupun aku bukan anak konglomerat, aku mengambil posisi sebagai store handmade."

"Luar biasa." Kagum River dengan bertepuk tangan.

"Terimakasih banyak."

"Aku tidak menyangka kamu sekeren ini, pantas saja tadi malam aku melihat gaji karyawan kamu melebihi gaji rata-rata UMR dikota ini."

Agak kaget, "Kamu tau UMR dikota ini?" Heran Safma melongo.

Tersenyum dengan menampilkan deretan giginya yang putih, "Aku penasaran saja, karena di negara asalku dan di Indonesia kan beda nominalnya, aku heran tadinya ketika melihat angka yang banyak di salary yang kamu kirimkan tadi malam. Lalu aku searching sampai pada penjelasan tentang istilah UMR dan nominalnya. Kenapa lebih tinggi dari tempat ku bekerja dulu? Dan berkali lipat dari gaji UMR ibukota Indonesia?"

Sadar dan paham maksud River, Safma terkekeh kecil, "Mereka bekerja padaku dapat uang dan aku mempekerjakan mereka agar dapat meringankan pekerjaanku sekaligus mengurangi jumlah pengangguran. Simbiosis mutualisme."

"Hal mengejutkan apalagi dimasa depan untuk membuatku berkali-kali kagum padamu?" Gumam River menatap Safma penuh damba.

"Oh, sebentar!" Safma melangkah ke laci dan mengambil meteran untuk mengukur tubuh River. "Kemari lah, aku akan mengukur dirimu untuk membuat seragam kerja kamu."

Mengangguk, River berjalan kearah Safma dan Safma mulai mengukur dan menulis sesuai dengan apa yang dilihatnya.

Namun waktu seakan berjalan lambat bagi River, saat Safma mengukur lebar bahunya dengan menaiki kursi tempat biasanya Safma duduk. Jantung River berdetak kencang bahkan sampai River menahan nafas mati-matian karena terlalu dekat.

Bagaimana tidak menahan nafas, Safma saja saat mengukur lebar lehernya terlalu dekat sampai hembusan nafas terasa dilehernya, jujur itu membuat bulu kuduk berdiri bagi River.

Lalu kedua tangan River dibentangkan, Safma kini mengukur lebar pinggang River dari belakang dengan serius, namun tidak dengan River yang ketar-ketir karena terasa seperti dipeluk oleh Safma dari belakang.

Kaku

Kemudian mengukur pinggul, River tanpa sadar meneguk salivanya berat, beberapa kali melirik bawah dengan hawa panas dingin. Walaupun begitu sebenarnya pemuda itu berusaha berfikir positif, ditengah pikiran negatif yang melanda.

Dan mengukur bagian tubuh lainnya, hingga dirasa cukup. Setelah selesai, Safma mulai mengambil kain yang diperlukan dan mulai memotongnya sesuai ukuran. Sedangkan River sendiri ikut membantu tapi bingung mulai darimana karena tidak paham.

"Kamu duduk saja, aku bisa sendiri."

Pasrah, River diam ditempatnya sambil duduk di kursi plastik merah.

"Apa kamu juga membuat seragam semua pegawai kamu? Mengukur mereka sendiri?" Tanya River penasaran.

Menggelengkan kepalanya, "Hanya seragam pegawai toserba sebelah saja, untuk seragam lainnya aku pasrahkan pada konveksiku."

"Kenapa?"

"Ingin saja."

"Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan hal ini. Berapa banyak bahasa yang kamu bisa?"

"Kurang tahu."

"Kalo gak ganggu pekerjaan kamu sekarang, coba sebutkan apa saja."

Terlihat Safma fokus pada mesin jahitnya, "Indonesia, Jawa, Lampung, Sunda, Ngapak, terus--"

"Itu bahasa negara mana?" Potong River.

"Itu bahasa daerah di Indonesia bukan negara."

"Oh, lalu?"

"Arab, Melayu, Mandarin, Hangul, France, Spanish, Inggris, juga bahasa hati udah itu aja." Jabar Safma sembari fokus pada pekerjaan yang ia tangani.

Suara tepukan tangan dari River membuat Safma mendongakkan kepalanya, "Kenapa? Apakah kamu tahu? Hal seperti ini sudah biasa bagi kami, tahu sendiri di Indonesia punya bahasa suku daerahnya masing-masing. Apalagi setiap daerah seperti didesa saja bisa memiliki beberapa suku, seperti disini contohnya, ada orang yang memakai bahasa Lampung, Jawa, ngapak, Sunda sama Bali. Jadi udah gak heran rata-rata masyarakat Indonesia berbakat dalam hal bahasa, percaya atau tidak, orang Indonesia setidaknya mustahil hanya bisa satu bahasa walaupun toh sekedar bahasa dasar. Ditambah setiap satu bahasa terkadang punya dialek yang berbeda." Menjelaskan dengan bangga.

"Aku baru tahu, pengetahuan kamu banyak juga ya."

"Yah, anggap kamu selain bekerja disini juga belajar tentang Indonesia. Tapi jangan sampai kamu buat konten berbau Indonesia hanya karena target pasarmu disini ya! Nyari viewer disini? No! Aku sering temui konten kreator yang fake proud tentang Indonesia padahal dibelakang nyinyir tuh orang. Dan keselnya tuh netizen Indonesia itu terlalu baik tau gak walaupun dikenalnya sebagai netizen bar-bar, tetep aja kemakan sama konten kreator modelan begitu." Curhat Safma dengan wajah masam.

Suara mesin jahit menambah lantunan curhatan Safma. "Dan tahu tidak? Aku bingung akan satu hal, ada anak bangsa sendiri bisa go internasional eh dihujat loh sama sebagian oknum hatred, sedangkan orang luar aja dibangga-banggakan sebegitu nya. Tidak habis pikir aku dengan oknum seperti itu, malah saat di nasehati bilangnya apa kamu tahu apa? Terlalu over proud, anehkan? Dan mereka si oknum itu malah mendewakan orang luar hingga sukses. Padahal menurutku sih talenta dan visualnya sama saja, bahkan better."

River mengangguk paham, "Mengerikan juga ya, hampir sama seperti di sana untuk tipe netizen bar-bar nya."

"Yah, mereka si oknum itu terlalu over proud dan mendewakan orang luar, lupa akan negara sendiri juga punya anak emas. Banyak sebenarnya, tapi yang sering ada dilayar tv hanyalah berita sensasi dan kontroversial, tidak ada yang menarik. Berbeda dengan asalmu yang pasti sudah diblacklist oleh semua yang berhubungan dengan artis or selebnya, disini artis atau bahkan orang biasa yang seperti itu pasti sudah masuk televisi dan podcast YouTuber. Lucunya banyak yang menonton." Safma terkekeh geli.

"Benarkah?" Kaget River.

"Hem, kenapa? Tertarik?" Canda Safma dengan smirk diwajahnya.

Seolah berfikir, River mengetuk dagunya dengan lirikan mata keatas, "Jujur sih iya, tapi itu tidak keren."

"Dasar!" Kesal Safma mendengus.

"Kamu inget gak drama China yang berjudul admiststorm of love, yang dimainkan sama Zhao jinmai dan Wulei?" Tanya Safma beralih topic.

"Oh, yang pernah kita tonton waktu di apartemen kamu itu?"

"Hem."

"Kenapa?"

"Kita waktu itu liat behind the scene juga kan?"

"Benar, ah aku jadi ingat adegan romantis mereka, sayang sekali aku jomblo saat menontonnya. Andai bersama pacarku pasti langsung aku praktekkan bersama dia." Ngelantur saja River nih.

"Kamu mabuk?" Heran Safma.

Menggelengkan kepalanya seakan berkata tidak, "Tidak, aku tidak bisa minum alkohol."

"Bullshit! Pertama kali kita bertemu kamu mabuk tuh." Ejek Safma dengan wajah jutek.

Terkekeh geli, kejadian itu tidak akan membuat hatinya sakit karena ia sadar tindakannya dulu itu bodoh. Apalagi dibuat sindiran oleh Safma, River akan tertawa konyol, "Maksudku saat disini, aku gak yakin disini ada minuman alcohol atau ber."

Mata Safma menyipit seakan menyelidiki bahasa tubuh pemuda itu, "Jika ada?"

"Ya mungkin minum walaupun dikit." Membuat bentuk dengan jari jempol dan jari telunjuk hampir bersentuhan.

"Hem. Aku lupa akan peraturan untuk tetap tinggal disini, yaitu dilarang berjudi, minum alcohol, dan melakukan sex bebas disini." Peringat dari Safma tak main-main dengan menekan setiap kata dari mulutnya.

"Siap! Eh, tadi soal behind the scene, kenapa mereka bisa melakukannya se alami itu ya? Beda cerita kalau aku yang jadi tokoh utama pria, ah, aku pasti bisa langsung jatuh cinta karena lawan mainnya saja Zhao jinmai yang benar-benar memiliki wajah yang cantik, imut dan manis, haha setiap main drama akan cinta lokasi aku." River tertawa dengan guyonannya sendiri.

Safma malah menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "Pantas saja kamu tidak ditakdirkan jadi artis, kamu tidak profesional." Cibir Safma.

"Ah, aku bisa melatih hal itu." Angkuh River membuat Safma mual.

Wajah Safma meringis melihat tingkah laku River yang ada saja menghayal nya. "Hentikan itu!"

Langsung cemberut, River memajukan bibirnya sok imut. "Jahat banget sih, matahin khayalan orang. Huhuhu sedihnya ... Ternyata aku sudah ditolong oleh iblis wanita huhuhu ..."

"Aku tidak tahu jika kamu tidak bisa diselamatkan mentalnya," iba Safma menatap wajah River.

River ikut menatap Safma untuk beberapa menit dan mereka tertawa bersama dengan candaan yang mereka ucapkan.

"Kamu berbakat dalam akting gilamu."

"Tentu saja, sekarang aku mau akting kissing scene, mau ikut main?" Tawar River dengan godaan wajah yang ew menurut Safma.

Ganteng-ganteng gila. Pikir Safma.

"Sama tembok sana!" Acuh Safma bergidik geli.

"Tidak kenyal-- ups!" Menutup mulutnya dengan kedua tangan seraya melotot.

"Apa maksud dari perkataanmu?" Selidik Safma menatap tajam River.

Sedangkan River meneguk salivanya berat, seolah sedang berfikir akan kata apa yang akan ia jawab.

"Apa maksud dari perkataanmu Yang River?" Ulang Safma penuh penekanan juga menguarkan aura yang membuat bulu meremang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!