SEAN DAN SAFIRA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebelas
nunggu gak gaesssss?? wkwkwk sabar yakss. maap gak bisa nepatin janji, padahal sudah berusaha update banyak tapi dirikuh mager ternyata.
happy reading, cekidottt!!!
****
Sean sibuk menekan-nekan layar ponselnya yang berada di tangan. Sudah hampir beberapa hari ini Arabella, kekasihnya tidak bisa dihubungi, selama itu juga dirinya merasa gelisah. Ia merindukan gadis itu, ia rindu tubuhnya, senyumannya, matanya, wanginya, bahkan seluruh yang ada pada Bella, ia sangat merindukannya.
Pertengkaran mereka tempo hari membuat Bella menjauhi Sean, gadis itu butuh waktu, tapi sampai kapan? Sean sungguh dibuat bingung dengan sifat gadisnya itu. Sedari tadi saat jam makan siang, Sean kembali berusaha menghubungi kekasihnya, lama tidak ada jawaban, sampai akhirnya suara yang ia rindukan itu pun terdengar.
"Iya, Yan?"
Senyum simpul Sean menghiasi wajahnya. Ia merindukan suara ini.
"Kamu dimana?"
"Aku lagi ada pemotretan buat majalah," balas perempuan itu.
"Makan siang bareng yuk," ajak Sean. Perempuan di seberang sana terdiam sesaat. Bagaimana pun Bella sangat merindukan Sean. Tapi wanita tetaplah wanita, bersikukuh dengan keegoisannya untuk mengabaikan demi harga diri.
"Kamu bisa? Aku mau ketemu kamu." Sean menghela napas frustrasi. Ia merindukan Bella, ia ingin bersamanya, memeluknya meski hanya sebentar saja, sebagai pengobat rindu.
"Ya udah."
Sean tersenyum puas. "Kita ketemu di apartemen kamu aja, ya."
***
Adrian memasuki rumahnya yang sudah 2 minggu ini sangat ia rindukan. Tidak ada yang berubah dari rumahnya. Masih sama, wanginya pun sama. Safira membantu lelaki itu untuk duduk di sofa ruang keluarga mereka, sementara Angga membuntuti mereka di belakang dengan membawa barang-barang Adrian yang ia butuhkan kemarin saat berada di rumah sakit.
"Rumah sendiri emang lebih nyaman," ujarnya. Jelas terpancar kerutan-kerutan pada wajah tua itu, tapi masih terlihat tampan untuk Safira.
"Ayah mau istirahat di kamar?"
"Ayah udah sehat, Fir, kamu gak usah cemas gitu. Besok ayah juga mau langsung kembali kerja."
"Jangan buru-buru, om. Safira masih bisa ngehandle kerjaan kok. Pikirin kesehatan om dulu." Kini Angga ikut mendudukan dirinya di sebelah Safira.
"Bener kata mas Angga, Ayah gak usah khawatir, perusahaan udah berjalan lancar kok sekarang."
Angga menyenggol lengan Safira, sementara yang disenggol malah balik melotot ke arahnya.
"Kenapa?"
"Kamu gak mau ngomong sesuatu sama om Adrian?" bisik Angga. Safira mengerutkan alisnya, pertanda tidak mengerti maksud dari ucapan Angga. "Tentang Sean," tambahnya lagi.
"Ahh ..." Safira mengangguk paham. "Sean katanya mau ke sini nanti. Dia yang bakalan ngejelasin sama Ayah," terang Safira, masih sambil berbisik.
Ayah Adrian berdiri, lalu menginterupsi percakapan mereka berdua. "Ayah tinggal ke kamar ya, Ayah kangen mau tidur di kamar."
"Mau Fira anter, Yah?"
"Gak usah, kalian ngobrol aja di sini. Ayah tahu kalian pasti masih saling kangen, kan?"
Ayah Adrian meninggalkan kedua anaknya untuk masuk ke dalam kamar. Pria tua itu masih ingat betul bagaimana kecilnya mereka berdua. Angga yang bersifat dewasa dan Safira yang selalu bersikap manja. Kalau Safira menangis, hanya Angga yang bisa membuatnya tersenyum. Mereka tumbuh dengan saling menyayangi.
"Mas Angga gak ke rumah sakit?"
"Nggak, Mas lagi gak ada praktek hari ini. Lagian ya, Fir, mas mau ketemu Sean. Cowok kayak apa sih dia bisa ngebuat adek aku yang manja ini mau nikah tapi gak bilang-bilang sama mas-nya." sindir Angga.
Safira berdecak. "Lebay tau gak sih, mas. Aku kan udah cerita kemarin."
"Tapi kamu kan ceritanya dadakan. Mas sampe gak tahu kamu udah pacaran sama Sean Arista—ya ampun, Mas aja masih kaget sampe saat ini."
"Ya elah, mas. Kan lebih baik nikah muda dari pada Fira berbuat dosa nantinya."
Kening Angga mengernyit. "Kamu gak lagi hamil kan?"
"Ish! Mas Angga!" kesal Safira, bibirnya mencebik maju. "Emang mas Angga kira Safira perempuan apaan!"
Safira bersidekap. Wajahnya terlipat masam. Lagian, kok bisa sih Angga berpikiran seperti itu. Jelas-jelas ia tahu kalau Safira adalah tipe gadis yang tidak mudah di rayu lelaki, apalagi lelaki itu adalah Sean. Memikirkan itu membuat bulu kuduk Safira merinding.
Angga tertawa. Meledek Safira adalah kegiatan yang paling ia rindukan. Si cengeng-nya Angga. Ia rindu adik kecilnya itu jika sedang merajuk atau ketika Angga menjahilinya. Wajah Safira akan memerah dan kemudian menangis, itu dulu saat mereka masih kecil, tapi sekarang, jika Angga meledeknya pasti gadis itu akan berlari dan memukulnya.
***
Sean masih enggan melepaskan pelukannya pada perempuan yang sudah sangat ia rindukan selama seminggu ini. Pelukannya makin erat, melesakan perasaan kerinduan yang beberapa hari ini menguasai dirinya.
"Kamu bilang mau makan siang, kenapa malah dateng ke sini?"
"Aku kangen banget sama kamu. Kalo kita ketemu di restoran aku gak bisa meluk kamu kayak gini." Sean melepaskan perlukan mereka. "Emangnya kamu gak kangen sama aku?"
Bella menatap lekat manik mata Sean. Bukan rindu lagi, kalau dirinya bisa menggambarkan, maka tidak akan pernah menemui kecukupan untuk rasa yang Bella rasakan.
"Kalo aku bilang 'nggak', kamu bakalan percaya, gak?" tanya perempuan cantik itu.
Sean masih menatap lekat wanitanya. Ia tersenyum, hanya dengan melihat mata Bella saja ia sudah tahu bahwa perempuan itu juga merindukannya. Tidak butuh waktu lama untuk Sean meraup bibir plum milik Bella. Sean menggulat bibir itu dengan penuh kehati-hatian seolah bibir Bella adalah barang pecah belah yang bisa hancur kapan saja.
Bella yang pasrah hanya mengalunkan tangannya di leher Sean tanpa melepas pagutan yang menjadi candu. Jemari Sean berputar dengan rabaan yang lembut di bagian belakang Bella dan turun pada bagian belakang yang hanya berbalut rok pendek dan ketat.
"Aku rindu ini." bisikan lirih milik Sean sembari menyentuh semua tubuh Bella.
"Kita bakalan terus berdiri, nih?" tanya Bella dengan deru napas yang tidak beraturan.
"Aku ada rapat setengah jam lagi,"
"Terus ... makan siangnya gimana?"
"Lupain aja!"
Sean meraup lagi bibir merah Bella yang sangat menggoda itu. Menekannya dengan penuh posesif. Decakan dari pangutan bibir mereka memenuhi ruangan tengah apartemen Bella. Kalau saja bukan karena rapat, mungkin Sean sudah berhasil membuat perempuan itu mengerang panjang di atas ranjangnya.
***
"Dia keluar kantor"
"Kemana dia?"
"Anak buah saya sudah mengikutinya. Dan lagi, Sean menemui nona Bella."
"Saya kira anak itu sudah benar-benar melupakan perempuan murahan itu."
Bagaskara mendengus kesal, baru beberapa hari yang lalu sang anak berubah hingga menyetujui semua permintaannya, tapi sekarang sifat buruk itu kembali lagi. Bagaskara memang sulit mempercayai anaknya itu.
"Seminggu yang lalu mereka berdua bertengkar. Saya pikir itu karena pernikahan ini."
"Beri perempuan murahan itu sedikit pelajaran, saya mau dia menjauhi Sean."
"Maaf, Pak, saya rasa belum waktunya."
"Maksud kamu?"
"Saya yakin Sean tidak akan bertemu dengan perempuan itu lagi. Kita tunggu saja sampai waktu yang tepat." Yudha berujar dari seberang sana.
Pemuda itu yakin kalau Sean dan Bella bertemu hanya sebatas untuk mengucap perpisahan. Belum bisa dipastikan, karena sudah seminggu mereka tidak terlihat bersama.
"Hm ... oke. Kalo memang mereka masih sering bertemu, saya mau kamu langsung memberikan pelajaran pada perempuan itu. Terus pantau Sean dan secepat mungkin kabari saya."
"Baik, pak"
Bagaskara memutuskan sambungan telepon itu. Ada rasa kesal mengetahui kalau Sean ternyata masih belum bisa menghilangkan sifat buruknya. Bagaskara akan melakukan apapun asal perempuan itu bisa lepas dari anaknya.
Bagaimana pun Sean adalah penerus satu-satunya di perusahaan besar ini. Jika sikap dan kelakuannya masih tidak berubah, Bagaskara sama sekali tidak bisa mempercayakan perusahaannya jatuh ke tangan Sean.
***
like dan komen, sama vote poin. sampai ketemu lagii. jangan lupa share ke temen-temen klean yakksss
udah dihapus ya thor?
dimana kalau mau baca kisah mereka lagi...🥺
tp masih ada yg belum diubah itu thor.
hmmm fir fir.. mending kamu biarin jona sm diana. Klo sama medusa, Ga berasa canggung apa ya jdi satu keluarga sm mantan tmn tidur suami? 🙄
lagian knp jd ngurusin dia
otak dipke dong
Ga ada alesan bantuin atau apapun itu. Ingat sdh berumah tangga.
Lemah bgt jd cow, gmn mau ngelindungin anak istri
Bukan kyk sean yg plin plan
Dia begitu krn obsesinya sendiri.