NovelToon NovelToon
Kill All Player

Kill All Player

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Theoarrant

Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.

Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.

Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.

Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.

Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.

Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.

Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhir Selena

...Perhatian adegan ini penuh kesadisan dan unsur seksual tidak untuk anak dibawah umur....

Ketakutan menyebar seperti racun.

"K-Kumohon..."

Suara Selena gemetar.

"A-Aku... Aku menyerah!"

Tangannya terangkat.

"Aku bersedia melakukan apa pun!"

Matanya dipenuhi kepanikan.

Namun, Rai tetap diam.

"Bersujud."

Suara Rai datar, dingin, seperti pisau yang mengiris jiwa.

Selena terisak, menggigit bibirnya.

Namun, dia menuruti perintah itu.

Dia bersujud.

Dan ketika kepala ratu api itu menyentuh tanah...

CRACK!

Sebuah sepatu menginjak kepalanya.

Menekan wajahnya ke tanah kotor.

"Kau tidak layak mengangkat kepalamu lagi."

Rai menekannya lebih kuat.

Rasa malu menghanguskan harga diri Selena lebih dari apinya sendiri.

"T-Tolong..."Air matanya menetes.

"K-Kumohon..."

Rai menghela napas.

Dia menghunus pisaunya.

"Aku akan membiarkanmu hidup dan kuperlakukan kau seperti binatang."

"Aku akan melakukan apapun untukmu..."

Selena mendongak, wajahnya dipenuhi harapan.

Rai memegang pipinya dan membuka mulut Selena

"MMMMMFFFF!!"

Rai memasukan pisau kedalam mulutnya

SRASH!

"Aaaarrrggghhhh!!!!"

Darah menyembur dari mulutnya.

Dia jatuh ke tanah, menggelepar seperti ikan yang kehabisan air.

Teriakan tertahan di tenggorokannya.

Lidahnya...

Sudah tidak ada lagi.

Menggeliat di tanah seperti daging busuk.

Rai menatapnya tanpa emosi.

"Mage Rank C ke bawah masih harus membaca mantra untuk menggunakan sihir."

Dia berjongkok, mencengkeram rambut Selena, lalu berbisik ke telinganya:

"Sekarang kau bahkan tidak bisa melakukan itu."

Selena terisak, tubuhnya gemetar.

"dan berikutnya..."

Dengan pisaunya Rai merobek robek pakaian Selena hingga membuatnya telanjang

Rai menyeretnya dengan menjambak rambutnya membuat Selena harus merangkak seperti Anjing

"Dan binatang tidak memerlukan pakaian...kau mengerti kan" kata Rai dingin

Selena hanya mengangguk dengan terisak karena sudah tidak bisa berkata

******************************

Gudang itu kini sunyi. Hanya suara darah menetes ke lantai yang terdengar.

Ruben masuk ke dalam, wajahnya pucat melihat pemandangan itu.

Profesor Lamberto berbicara dari alat komunikasinya.

"Kau berhasil, Rai, sekarang, kita memiliki lebih banyak bahan untuk penelitian berikutnya."

"Tentu profesor dan aku membawa yang kau inginkan," katanya sambil menatap Selena dingin.

Ruben yang melihat Rai menjambak Selena terkejut.

"Woah...Rai apa yang terjadi dengannya, kenapa dia telanjang."

"Sudah sepantasnya binatang diperlakukan seperti binatang " jawab Rai sambil tersenyum.

Dengan pandangan melecehkan Ruben berbisik kepada Rai.

"Bolehkan aku bermain-main dengannya."

"Cih...lakukan sekukamu jika penelitian profesor sudah selesai."

"Hihi aku menantikannya," kata Ruben sambil melihat tubuh Selena.

*******************************

Di dalam laboratorium bawah tanah yang tersembunyi…

Jeritan memenuhi ruangan.

Teriakan memilukan, penuh rasa sakit, bergema di antara dinding logam dingin.

Di tengah laboratorium yang remang-remang, tubuh Selena terikat erat pada meja operasi.

Lengannya dijepit, kaki-kakinya tak bisa bergerak, alat-alat berbentuk aneh tertanam di kulitnya, menyuntikkan cairan asing ke dalam tubuhnya.

Matanya merah, penuh air mata. Napasnya terengah-engah.

Selena, Ratu Api, kini hanyalah seorang tawanan yang tak berdaya.

“Ehmm....ehhmmm”

Suara itu keluar seperti bisikan seolah mengatakan bunuh aku.

Namun tak ada yang peduli.

Di seberang ruangan, seorang pria berjas lab berdiri dengan tenang, mencatat sesuatu di tablet holografik.

Profesor Lamberto, ilmuwan gila yang dikenal karena eksperimen kejamnya terhadap Player.

Dia menekan tombol di meja kontrolnya.

ZZZZT!

Arus listrik mengalir ke tubuh Selena.

“AARRGGHHHHH!!!”

Tubuhnya bergetar hebat, tulangnya seperti dihancurkan dari dalam.

Profesor Lamberto mendekat, wajahnya datar.

“Menarik, tubuhmu menolak serum baru ini lebih cepat dari subjek sebelumnya.”

Dia berbalik, mencatat sesuatu lagi.

"Kita akan coba lagi dalam satu jam, aku ingin tahu seberapa jauh ketahanan tubuh seorang Mage Rank C.”

Selena menjerit.

Tangisannya bukan lagi tangisan kesakitan, melainkan keputusasaan.

Dia lebih baik mati daripada menjalani siksaan ini.

Namun, kematian tidak diizinkan untuknya.

Di sudut ruangan, Rai menyaksikan semuanya dengan mata dingin.

Dia bersandar di dinding, tangan bersilang, melihat eksperimen itu tanpa ekspresi sedikit pun.

Ketika Profesor Lamberto selesai mencatat, dia menoleh ke arah Rai.

“Aku akan melakukan penelitian selama tujuh hari penuh, dan aku yakin Cerberus akan siap kau gunakan setelahnya.”

Rai menggeleng.

"Tidak ada waktu Prof, maksimal dua hari, kita harus segera meninggalkan tempat ini."

Lamberto mengerutkan kening.

“Dua hari? Itu terlalu singkat, aku masih perlu menguji stabilitasnya.”

Rai menatap Selena yang masih terbaring, kelelahan karena siksaan.

"Kalau begitu, kita percepat uji coba."

Profesor Lamberto mendengus kecil, lalu kembali menekan beberapa tombol.

Tiba-tiba, cairan merah pekat mengalir dari tabung besar dan menyuntik langsung ke tubuh Selena.

“AAAAAGGGGHHH!!!”

Selena melengkungkan tubuhnya, darah keluar dari mulutnya.

Pembuluh darah di tubuhnya menyala seperti bara api.

Lamberto tersenyum kecil.

“Mari kita lihat seberapa kuat tubuh manusia bisa bertahan sebelum hancur total.”

********************************

Hari kedua...

Selena sudah tidak bisa menangis lagi.

Matanya kosong, tubuhnya gemetar tanpa kendali.

Rasa sakitnya sudah melewati batas yang bisa ia pahami.

Selama dua hari penuh, dia dijadikan kelinci percobaan.

Darahnya diambil, organ dalamnya diuji, tulang-tulangnya dihancurkan lalu diperbaiki kembali.

Dan setelah semua itu, dia tetap tidak diizinkan mati.

Di hadapannya, Rai berdiri, menatapnya seperti seseorang yang melihat barang yang hampir tidak berharga.

"Bagaimana perasaanmu, Selena?"

Selena mengangkat kepalanya dengan lemah.

Dulu, dia akan membakar siapa saja yang berani menatapnya dengan hina seperti itu.

Sekarang?

Dia hanya ingin semua ini berakhir.

"Ehhmm....ehmmm"

Selena seolah berkata Kumohon bunuh aku

Rai berjongkok di depannya, mencengkeram dagunya.

"Belum."

Matanya penuh kehampaan.

“Aku masih membutuhkanmu.”

**********************************

Malam itu, setelah eksperimen terakhir selesai, Rai berdiri di ruang pertemuan kecil bersama Profesor Lamberto dan Ruben.

Di tengah meja, sebuah sarung tangan hitam dengan tiga slot batu mana khusus diletakkan dengan hati-hati.

Cerberus.

Senjata baru yang telah lama mereka kembangkan.

Profesor Lamberto menyalakan proyeksi holografik.

"Senjata ini sekarang sudah bisa kau gunakan Rai, untuk saat ini hanya bisa mengeluarkan serangan api saja dan hanya bisa digunakan tiga kali sehari jadi gunakan dengan bijak."

Rai mengambil sarung tangan itu, merasakannya di tangannya.

"Bagus. Kita tidak bisa tinggal lebih lama, Guild Black Lotus pasti sudah mengirim tim pencari ke daerah ini."

Ruben mengangguk.

"Kalau begitu, apa langkah selanjutnya?"

Rai menatap hologram yang menampilkan daftar nama.

Di antara mereka, ada satu yang ia sorot.

Togar ‘Iron Jugernaut’ Salah satu dari tujuh orang yang membantai keluarganya.

Rai mengepalkan tangannya.

"Kita bergerak ke Sumatera, target berikutnya ada di sana."

Ruben tersenyum tipis sambil menggosok-gosokan buku jarinya.

"Kalau begitu, kita bawa dia juga."

Dia menoleh ke arah sel kecil di sudut ruangan.

Di dalamnya, Selena meringkuk seperti binatang yang dipelihara di kandang.

Matanya kosong, tubuhnya gemetar.

Rai menatapnya.

Selena, yang dulu adalah ratu yang ditakuti, kini hanya boneka yang kehilangan jiwanya.

Rai mendekati Selena dengan mengenakan sarung tangannya dan menempelkan ke kepala Selena

Rai mengeluarkan kemampuan dari Cerberus dan langsung membakar tubuh Selena membuatnya langsung hangus terbakar.

Selena sang ratu api mati dalam api

"Woah Rai kenapa kau membunuhnya padahal aku belum bersenang-senang dengannya."

"Dia sudah tidak berguna dan satu-satunya kegunaan dia adalah menjadi bahan percobaan Cerberus."

Ruben mendecak.

"Ya sudahlah," kata Ruben setengah kesal.

Rai melihat sarung yang dia gunakan, padahal hanya mengerahkan sedikit kemampuan tetapi efeknya sungguh luar biasa.

Satu dari tiga batu mana berwarna merah tampaknya menandakan telah dipakai.

Untuk mendinginkan batu itu butuh waktu 24 jam, pantas saja profesor mengatakan sehari penggunaan tiga kali karena hanya ada tiga batu mana

Dengan tambahan senjata ini, akan banyak taktik dan strategi yang bisa dia gunakan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!