Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
"23 tahun hubungan Arif dengan anak yang dibesarkan nya selayaknya anak kandungnya itu baik-baik saja. Tapi, hari ini akan hancur berantakan. Kamu tahu siapa yang akan paling terluka di sini?? Arif!! Itu Arif , Aurel. Puas kamu!!" sentak Om Jo.
Hati ku tercubit nyeri. Benar, aku yang menjadi penyebab kehancuran Om Arif.
Aldo putraku, Aurel. Aku tak sanggup melihatnya kesakitan karena kehilangan kamu. Aku yakin dia memang benar mencintai kamu.
Tapi, Aldo juga putraku. Kesakitan nya juga milikku. Dia sungguh menyesal. Tidak bisakah kamu memaafkan nya.
Kepalan tanganku menguat. Aku masih mengingat dengan jelas penuh luka yang diucapkan Om Arif hari itu.
Om Jo benar, Om Arif menyayangi Aldo setulus itu. Bagaimana jika sampai Aldo bertemu dengan om Arif dengan fakta keberadaan ku??
"Bantu saya, Om. Saya mohon," desis ku.
"Membantu kamu??? Cih!!" Om Jo menghujaniku dengan tatapan sinis nya.
"Permainan ini kamu yang mulai, maka akhiri ini."
" Om yakin, Om masih bisa hidup jika Om Arif tahu, Om tahu keberadaan saya di sini saat ini???" sergah ku cepat, sedikit mengancam.
Om Jo terperangah. Aku tau, dia mengerti dengan jelas maksud kalimat ku.
"Brengsek kamu!!" umpat nya.
"Bantu saya mikir, apa yang harus saya lakukan sekarang??? Setidaknya, langkah yang saya ambil juga bisa menyematkan Om Jo." Tandas ku.
Om Jo tak merespon tapi matanya terlihat mengumpati ku.
Drtttttt Drtttttt Drtttttt
Aku dan Om Jo terkesiap ketika ponsel di tanganku kembali menyala karena panggilan dari Om Arif.
Om Jo meraup wajah nya kasar, Dia juga terlihat panik.
"Masuk ke mobil ku. Aku antar kamu ke stasiun!!!" Seru Om Jo seraya berlari cepat ke arah keluar lobby.
Stasiun????
Aku ikut berlari mengejar langkah Om Jo.
Aku segera menarik dan memakai seat belt. "Stasiun??? Kenapa ke stasiun,Om???" Tanya mengurai rasa penasaran.
"Kabari Arif, bilang jika kamu sedang di kereta menuju ke Surabaya," Perintah Om Jo.
"Eh," desis ku.
Om Jo mendelik judes. "Jangan berlagak bodoh sekarang, Aurel!!! Kamu pikir ini waktu yang tepat untuk kelemotan kamu? Cepat, hentikan Arif!!! Dia tidak perlu menyusul Aldo ke Bandung." Bentak Om Jo.
Eh, benar. Jika ku bilang aku dalam perjalanan ke Surabaya, Om Arif pasti putar balik. Astaga, kasih penjelasan baik baik kan bisa. Apa tidak takut mendadak stroke si Om Jo ini, marah marah melulu??? Pasti ini efek karena kelamaan bergaul dengan Om Jo, makanya Om Arif juga suka bentak bentak. Dih, dasar menyesat kan sekali.
"Kamu mau mati, Aurel??!" Suara bentakan Om Jo kembali terdengar.
Aku terkesiap, langsung nyengir. Segera ku lakukan perintah nya sebelum tanduk nya keluar lagi.
📱 "Assalamualaikum, Aurel??? Kamu dimana??? Kenapa belum sharelok juga??? Aku akan cepat," ujar Om Arif langsung mencerca ku begitu sambungan telepon kami terhubung.
📱 "Wa'alaikumussalam, Om," sahut ku. Aku melirik Om Jo yang terlihat tak acuh, dia memilih fokus dengan jalanan di depannya. "Ak- Aku di kereta, Om. Dalam perjalanan ke Surabaya."
📱 "Kereta?? Surabaya???"
Jantung ku berdetak kencang saat ku dengar suara decitan yang cukup keras. Pasti Arif melakukan pengereman mendadak.
📱 "Om," seruku khawatir.
📱 "Ak- Aku nggak apa-apa, Aurel. Sebentar, aku menepi dulu." Ujarnya kemudian.
📱 "Iya."
Suara helaan nafas panjang Om Arif kudengar sampai ke telingaku.
📱 "Maksud kamu?? Kamu sedang di kereta sekarang ,Aurel?? Kamu pulang ke Surabaya??? Kenapa tidak mengabari aku semalam??? Bukan kah Sudah aku bilang, aku akan menjemput kamu Kalau kamu rindu dengan orang tua kamu?? Kenapa nekat pulang sendi...."
📱 "Hiks," Isak ku yang sudah tak bisa menahan air mataku. Dia memang seperhatian itu.
Tolong, Jangan melakukan ini, Om. Aku tak yakin bisa menahan rasaku lebih dari ini.
📱 "Hai, kamu menangis, Aurel??? Ma-maaf, aku tidak bermaksud memarahi kamu. Aku hanya....."
📱 "Om..... Om.... Jemput aku. Aku rindu...."
Tes
Air mataku meluruh sangat deras.
📱 "Iya. Tunggu aku, Aurel. Aku akan datang secepatnya dan mengantar kamu ke rumah kamu segera. Jangan menangis. Mereka juga pasti merindukan kamu."
Aku menatap nanar layar ponselku yang sudah kembali menghitam setelah panggilan telepon itu ku akhiri. Ku sentuh pipiku yang basah.
Ku sandarkan punggung dan kepala ku di sandaran kursi mobil yang dikendarai Om Jo.
"Dia selalu peka dengan kondisiku. Kenapa suara kamu berbeda?? Kamu baik-baik saja, Aurel?? Ada masalah di tempat kerja kamu???" desis ku tercekat.
"Tapi, dia tidak pernah peka dengan perasaan ku. Ku bilang rindu, yang terpikir olehnya hanya aku rindu dengan Papa mamaku. Dia bahkan tak bisa melihat, sedalam Apa rasa itu telah menyentuhku? Sudahi rasa kamu. Berhentilah. Itu akan baik untuk kamu. Dia bahkan tak menginginkan cinta ku sama sekali."
Aku melempar pandanganku ke arah luar jendela kaca.
Ku dengar tarikan nafas berat Om Jo.
" Arif hanya belum tahu, kamu memiliki rasa untuknya." desis Om Jo dengan suara tak sekasar sebelumnya.
Aku tersenyum miris. "Lalu, jika Om Arif tahu, apa yang akan terjadi??? Keberadaan ku hanya dianggap sebagai tanggung jawabnya terhadap Papa Mamaku. Om Arif tidak memiliki ruang sedikit pun untukku di hatinya selain itu. Dia tak segan mendorongku menjauh," keluhku. Kali ini aku lebih nyaman berbicara dengan Om Jo. Serasa Aku memiliki tempat curhat sekarang. Aku bahkan tak lagi bicara formal dengannya.
"Jika Arif mendorong kamu jauh, Kenapa bukan kamu yang memaksanya mendekat?? Bukan kah Kamu ahli dalam hal itu??"
DEGH
Ahli dalam hal itu???
Aku langsung mengalihkan tatapanku ke arah Om Jo.
Om tersenyum smrik, dia tetap menjengkelkan ternyata.
"Bukan kah Kamu ahli dalam jebak-menjebak? Kenapa tidak membuat jebakan sekali lagi?? Yang lebih extreme. Yang bisa membuat Arif tidak lagi berkeinginan mendorong kamu menjauh." ucap Om Jo.
Eh, tidak lagi berkeinginan mendorongku menjauh??? Seperti nya menarik....
"Bagaimana caranya???" tanya ku dengan seluruh rasa penasaran ku.
"Meniduri nya!!!"
Meniduri nya??? Maksud nya aku yang.....
Mata ku membulat sempurna. " Woy, mulut kamu Om!!" teriakku misuh-misuh. " Om pikir aku jalang?? Meniduri Om Arif??? Memperkaos nya??? Gila!!!"
"Sejak Kapan bercinta dengan suami disebut pemerkaosan???"
DEGH
"Apa salahnya menjadi jalang untuk suami sendiri, hubungan kalian halal kan???" tandas Om Jo lagi.
Eits,
"Tapi, kan.... masak iya aku yang harus....."
"Arif pasif.Maka kamu yang harus agresif. Jika benar kamu mencintainya, Kenapa tak menunjukkan cinta kamu dengan ugal-ugalan??Buat dia tahu, dia layak untuk cinta kamu. Aku yakin, masalah Arif karena perbedaan usia kalian yang sangat jauh. Dia tak membuka hatinya untuk kamu karena masalah itu. Usia kamu bahkan sepantaran dengan usia Aldo. Terlebih karena kamu mantan kekasih Aldo, putranya. Hubungan rumit itu, Jika kamu tidak berani mengambil langkah lebih besar, kalian tidak akan pernah bisa keluar dari kerumitan itu. Arif, aku yakin, dia tidak akan berani mengambil langkah lebih, Aurel. Pertimbangan nya Pasti sangat banyak. Jika Arif tak berani mengambil langkah itu, maka paksa dia. Aku yakin, dia tidak akan pernah berpikir mendorong kamu menjauh lagi. Untuk benih yang bukan miliknya saja dia berani menentang dunia, apalagi jika itu miliknya." Tegas Om Jo panjang lebar.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.