jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Eh AL tadi bini kamu kesini tau." ucap Doni, membuat Alvin kembali berhenti lalu
berbalik.
"Ngapain?" tanya Alvin.
"Ntah, gak tau tuh dia ketemu sama Bu Maya sama Pak Burhan terlebih dahulu atau gimana. Intinya dia nanya-nanya terkait pria berjas." jawab Doni membuat Alvin menaikkan alisnya sebelah.
"Bu Maya sama Pak Burhan keluar trus Guntur?" tanya Alvin.
"Sama Guntur juga, mereka keluar tadi gak tau makan atau apa, intinya mah keluar aja " jawab Doni yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Ya udah, aku ke atas dulu ya nanya sama Pak Burhan sama Bu Maya, kamu balik lah nanti kemalaman." suruh Alvin.
"Iya, duluan."
"Iya."
Setelah Doni pergi Alvin langsung naik
Ceklek!
"Assalamualaikum."
"Tuh orangnya baru diomongin." ucap Bu
Maya.
"Walaikumsalam gimana AL?" tanya
Burhan.
"Pengumuman tiga hari lagi Pak," jawab Alv6 membuat Burhan mengangguk.
"Oh ya udah gak apa-apa, insyaallah aman. Optimis aja semua pasti ada jalannya," jawab Burhan.
"Aamiin, kata Doni, Bapak sama Ibu tadi keluar bawa Guntur." ujar Alvin yang dibalas anggukan oleh Burhan.
"Iya, tadi itu anak kamu tiba-tiba panas." timpal Maya.
Deg!
"Pa-panas, kenapa Pak? Sekarang Guntur mana?" tanya Alvin panik.
"Ada di kamar, panas biasa aja sih demam dikit,karena mau tumbuh gigi." jawab Burhan membuat Alvin mangut-mangut.
"Ke kamar bentar Pak, Bu." Lanjut Alvin lalu buru-buru ke kamar.
"Iya."
Alvin masuk ke kamar melihat putranya, baru saja ia membuka pintu, terlihat Guntur sedang tidur.
"Assalamualaikum anak Ayah, Guntur sakit Nak? Maafin Ayah ya, seharian gak liatin jagoan ini." ucap Alvin sambil mencium kening putranya yang masih sedikit hangat.
"Sembuh insyaaAllah ya, Guntur harus jadi penyemangat Ayah, kita sama-sama berjuang sayang untuk bisa sukses.
Kita tunjukkan pada dunia kalo kita bisa sukses, Hem..." lanjut Alvin sambil menciumi pipi putranya.
"Eugh..." Tiba-tiba Guntur menggeliat membuat Alvin langsung tersenyum.
"Anak ayah ini... Cepat sembuh nak, Ayah nggak pengen lihat Guntur sakit," lanjut Alvin
Sambil mengusap-usap lengan Guntur, membuat anak kecil itu kembali terlelap.
***
Tiga hari kemudian, hari yang ditunggu- tunggu oleh Alvin. Sedari pagi, ia sudah menunggu notif di ponselnya memastikan apakah ia lulus atau tidak.
Ting!
Alvin langsung buru-buru mengambil ponselnya, lalu membaca pesan tersebut.
[Silahkan masuk ke link yang sudah di sediakan, nama-nama calon mahasiswa baru yang lolos di tampilkan di sana]
Sebelum mengklik link tersebut, Alvin mengusap dadanya sambil menghela nafas panjang.
"Bismilah," ucapnya lalu mengklik link tersebut. Pelan-pelan ia membuka matanya satu persatu dan akhirnya.
"Alhamdulillah ya Allah, terima kasih banyak engkau yang maha tau." ucap Alvin sambil mengusap wajahnya, karena ia lolos walaupun dengan nilai pas-pasan.
"Gimana, AL?" tanya Burhan yang baru saja datang ke kantor, karena ia masih ada urusan terlebih dahulu sebelum ke kantor.
"Pak Alhamdulillah, saya lolos." jawab Alvin yang dibalas acungan jempol oleh Burhan.
"Saya bilang juga apa AL, kamu itu orang berbakat sudah kelihatan." ujar Burhan yang dibalas senyuman oleh Alvin.
"Terima kasih Pak. Saya senang banget
terima kasih banyak," jawab Alvin.
"Ya udah,itu kapan daftar ulangnya?" tanya Burhan, membuat Alvin langsung kembali melihat ponselnya.
"Besok Pak." Jawabnya membuat Burhan mangut-mangut.
"Sok, sana urusin dulu kuliahmu, biar cepat kelar dan bisa fokus kerja lagi." ucap Burhan yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Iya Pak."
"Guntur gak kamu bawa?" tanya Maya yang baru saja masuk.
"Bawa Bu, ada di kamar lagi main." jawab
Alvin, membuat Maya langsung buru-buru ke kamar karena ia sudah sangat merindukan buah hatinya itu.
"Udah santai aja, nikmati aja masa-masa kuliah dan kerjamu. Kalo soal Guntur aman lah sama Ibu mu, kapanpun kau kamu jenguk santai." ujar Burhan lalu menepuk pundak Alvin.
"Iya Pak."
***
Keesokan harinya, Alvin sudah siap berangkat ke kampus, setelah mengantarkan Guntur ke kantor Alvin berangkat.
Sampai di kampus, Alvin melihat gadung yang tinggi yang sekarang menjadi bagian dari aktivitasnya sehari-hari.
'Gak nyangka banget sih ini, beneran bisa kuliah disini, tapi apa yang gak mungkin jika Allah sudah berkehendak.' ucapnya dalam hati.
Ia berjalan menuju tempat daftar ulang, belum sempat ia menyerahkan berkasnya, ia Sudah melihat Dita dari kejauhan.
'O ya tuhan,masa ketemu perempuan galak itu lagi sih. Bukannya daftar ulang malah ceramah dia," ucapnya dalam hati, lalu ia mengambil maskernya terlebih dahulu kemudian ia mendekati meja tersebut.
"Nomor berapa?" tanya Dita tanpa melihat Alvin, namun begitu ia membuka berkas Alvin, ia tau jika itu adalah laki-laki yang kemaren.
"112 Bu." jawab Alvin.
'Masih aja Bu ya, nanti kamu.' umpat Dita dalam hati.
"Ok, jangan lupa datang ospek selama tiga hari berturut-turut mulai dari Kamis besok." ucap Dita pura-pura tidak mengenali Alvin.
"Baik."
"Untuk peralatan kostum dan lain-lain kamu bisa baca di grub whatsapp, nanti malam paling lama semuanya sudah masuk grub." ujar Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Baik terima kasih," jawab Alvin.
Setelah semuanya selesai, Alvin buru-buru ke parkiran lalu membuka maskernya.
"Huh... itu benar-benar perempuan galak itu, ya udahlah biarin aja." gumam Alvin sambil memasang kembali helmnya.
"Ekhem..." dehem seseorang.
Alvin menoleh ke belakang, detik kemudian ia kaget melihat Dita sudah di belakangnya.
"Masih ingat?" Tanya Dita dengan santainya.
"Em... ya ingat, ada apa lagi ya, Bu?" tanya Alvin, membuat Dita ingin sekali rasanya menjitak kepada Alvin.
"Kelahiran berapa sih kamu manggil saya Ibu-ibu mulu, saya baru 24 tahun bisa-bisanya kamu dari awal bikin saya emosi.
Kamu adek tingkat loh disini gak usah macem-macem, saya senior kamu saya lebih tua daripada kamu!" tegas Dita.
'Lah apa kabar saya yang 26 jalan 27 tahun.' ucap Alvin dalam hati.
"Ya udah Kak, kalo gitu saya pamit ya, saya kan mahasiswa baru. Masih banyak yang
harus saya persiapkan untuk ospek besok." ucap Alvin.
"Saya nebeng ke depan." ujar Dita membuat Alvin menaikkan alisnya sebelah.
'Mau nebeng aja harus marah-marah, orang mah minta tolong kek.' ucap Alvin dalam hati.
"Ya udah buruan Kak, saya ada kerjaan."
Lanjut Alvin malas berdebat dengan Dita. "Ya ampun ini orang satu dari kemaren sok sibuk banget, huh..." ketus Dita
"Lagian Kakak kenapa harus nebeng sama saya sih, itu kan banyak motor dan Mbak juga punya mobil sendiri, kurang kerjaan banget." kesal Alvin membuat Dita melotot.
"Heh... suka-suka saya ya mau nebeng sama siapa? Senior disini siapa ya saya atau kamu?" solot Dita.
'Senior apa mahasiswa beban kampus.' umpat Alvin dalam hati.
"Ya udah buruan." ujar Alvin.
Sepanjang jalan hanya ada keheningan diantara keduanya, Alvin tidak sengaja melihat
Dita dari kaca spion.
"Apa liat-liat?"
'Et... buset, lagian ini spion kenapa menghadap nenek sihir ini sih.
'Ah ya Tuhan Guntur, semoga kelak begitu kamu gede jangan bertemu perempuan seperti ini.' lagi-lagi Alvin hanya bisa bertengkar dengan hatinya.
Rasanya ia ingin menculik Dita memberi pelajaran pada gadis sombong ini. Namun apalah daya, karir baru di rintis, kuliah baru mau mulai, Alvin tidak bisa macam-macam.
"Mas Alvin!" panggil seseorang dari depan, begitu melihat motor Alvin menepi karena Dita minta turun.
"Mas Alvin?." gumam Dita sambil memperhatikan perempuan tersebut.