Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Mencari Tahu
Pukul 2 dini hari Heri baru saja tiba di rumah. Dia bisa masuk ke dalam rumah karena dia membawa kunci cadangan ke mana-mana.
Dengan hati-hati Heri membuka pintu kamar, berharap Hana tidak mendengar apapun. Berhasil, saat dia masuk dia melihat sang istri yang sedang meringkuk menghadap ke arah tembok.
Heri langsung bernafas dengan lega.
Dia pikir Hana sudah pulas dan masuk ke alam bawah sadar. Akan tetapi tebakannya salah, sebab saat dia melangkah untuk mengganti baju, dari belakang sana terdengar suara serak yang mengejutkannya.
"Kamu sudah pulang, Her?"
Deg! Jantung pria itu seperti ingin lepas dari sarangnya, karena merasa sangat terkejut. Sontak saja dia menoleh dengan ragu, dan mendapati Hana yang kini sudah mendudukkan diri di atas ranjang.
Heri mencoba untuk tersenyum, meski terasa kaku. Apalagi mendapati tatapan mata Hana yang diliputi rasa kecewa, karena dia kembali ingkar janji.
"I—iya, Han. Maafkan aku ya, lagi-lagi aku tidak bisa menepati ucapanku," jawab Heri dengan terbata. Dia berusaha menghindari tatapan Hana, karena tak mau sang istri tahu bahwa dia sedang gugup akibat berbohong. Tadi sebenarnya dia sudah ingin pulang, tapi Mayang terus-menerus menahannya.
Namun, tanpa dijelaskan pun bahasa tubuh itu sangat kentara, apalagi Hana tahu bahwa Heri sebenarnya tidak ada di kantor malam ini.
"Tidak masalah, Bos pasti sangat mengandalkanmu, makanya kamu tidak bisa meninggalkannya dengan mudah, bagaimana pekerjaanmu? Lancar? Apa kamu juga sudah makan malam?" tanya Hana beruntun, seolah tak mempermasalahkan apapun. Padahal dalam hati, dia sekuat tenaga menahan semuanya.
Dia ingin diam-diam mencari tahu apa yang membuat suaminya berbohong seperti ini.
"Ya, aku menyelesaikannya dengan baik. Aku juga sudah makan, jadi kamu tidak perlu khawatir seperti itu," jawab Heri, sedikit demi sedikit dia mulai bisa menguasai situasi.
"Baguslah. Dari tadi aku kepikiran, aku takut karena terlalu sibuk kamu sampai lupa kesehatanmu. Aku ingin menelpon, tapi aku juga takut mengganggu. Sepertinya kamu ada klien yah malam ini?" tanya Hana lebih rinci.
"Tidak ada kok, Han. Aku hanya memeriksa rincian proyek yang akan dikerjakan bulan ini, aku pikir akan selesai cepat. Nyatanya tidak," jawab Heri semakin memuluskan kebohongannya.
"Ya sudah kalau begitu, kamu cepat ganti baju dan beristirahat. Aku menunggumu di sini," pungkas Hana, melihat wajah Heri yang nampak pias, dia semakin tahu bahwa pria itu sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
Akhirnya Heri pun mengangguk, dia lekas menaruh tas kerjanya, dan membuka satu persatu pakaiannya.
Hingga tak berapa lama kemudian, Heri sudah berganti pakaian dengan piyama tidur. Dia naik ke atas ranjang, dan Hana masih setia menunggunya. Dia begitu berharap Heri tak benar-benar mengecewakannya, tetapi jika pada akhirnya begitu. Apa mau dikata? Dia harus segera mengambil sikap dan langkah.
"Terima kasih sudah menungguku, Han. Seharusnya kamu langsung tidur saja, aku tahu kamu juga pasti lelah," ucap Heri sambil menyapu lembut wajah istrinya.
"Bagaimana aku bisa tidur, Her. Kalau suamiku masih ada di luar sana, meski aku tahu kamu sedang bekerja, tapi hatiku tetap tidak tenang," jawab Hana, yang lagi-lagi membuat Heri merasa tertohok.
Tak ingin pembicaraan ini semakin melebar dan membuatnya kembali tergagap, Heri segera mengajak Hana tidur dengan kecupan singkat di kening wanita itu.
Bibir Hana mungkin melengkung, tapi tidak dengan hatinya yang semakin terasa resah.
'Aku harus mencari tahu'
*
*
*
Pagi-pagi buta Hana sudah bangun, dia menatap Heri yang masih tertidur pulas. Sebelum suaminya ikut bangun, dia berjalan ke arah keranjang baju, dia mengambil setelan kerja yang dikenakan Heri kemarin.
Dia menghirup aroma yang tertinggal di sana, dan dia sangat hafal bahwa parfum itu bukan milik Heri. Aroma manis, biasanya lebih identik dengan parfum wanita.
Seketika jantung Hana berdebar tak menentu, sementara rasa ingin tahu semakin menggebu-gebu.
"Ini pikiranku yang salah kan? Kamu tidak mungkin melakukan itu padaku," gumam Hana dengan tubuh yang terasa lemas, dia berusaha menampik tapi fakta mulai terlihat di depan mata. Terlebih semalam dia tidak tahu Heri ada di mana.
Tanpa pikir panjang Hana melemparkan kembali pakaian itu ke keranjang baju, lalu mendekat ke arah ranjang. Rasa penasaran yang ada di dadanya, membuat dia memberanikan diri untuk mengambil ponsel Heri.
Hana menggigit bibirnya sambil sesekali menatap Heri. Memastikan bahwa pria itu tidak tahu apa yang dilakukannya. Hingga akhirnya Hana berhasil menyadap ponsel itu, agar dia tahu dengan siapa, dan ke mana saja Heri pergi.
*
*
*
Setelah diam-diam mengotak-atik ponsel Heri, dia kembali meletakkan benda pipih itu di tempat semula, agar sang suami tidak merasa curiga. Kemudian baru Hana melenggang ke dapur untuk melakukan rutinitasnya sebagai istri sekaligus menantu di keluarga Hermawan.
Hana ingin tahu wanita mana yang sudah berhasil membuat Heri berbohong padanya. Andai itu benar terjadi, maka pernikahan selama 5 tahun, seperti tidak ada arti apa-apa.
"Kalau kamu memang ingin menghancurkan hubungan ini, mari kita hancurkan bersama. Aku tidak mau terlihat bodoh, karena kamu merasa bahwa aku tidak mengetahui semuanya," gumam Hana dengan dada yang bergemuruh. Sudah cukup ibu mertuanya dan menjadi pejuang garis dua yang menjadi cobaan pernikahan mereka, dia tidak ingin menambah cobaan lagi.
Hana melakukan tetap kewajibannya dengan baik. Bahkan tak lupa dia menyiapkan pakaian kerja Heri dan memanggil Mamah Saras yang masih betah di dalam kamar. Sementara Papah Aris, dia dengar pria paruh baya itu sedang menginap di rumah teman satu profesinya.
Tok Tok Tok...
"Mah, sarapan sudah siap," ucap Hana setelah mengetuk pintu kamar ibu mertuanya. Akan tetapi tidak ada sahutan apapun, membuat Hana merasa heran. "Tidak biasanya Mamah telat bangun."
Sampai beberapa menit Hana menunggu, Mamah Saras tetap tak menampakkan batang hidungnya. Dan Hana memutuskan untuk membuka benda persegi panjang itu tanpa izin.
"Mah," panggil Hana, sementara Mamah Saras masih bergelung di bawah selimut. Sepertinya wanita itu sedang sakit.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅