🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 Anak Yang Menangis Di Balik Karang: Keluarga Kecil Shen Yan dan Shen Yao
"Saat itu, Shen Yan masih anak kecil yang sering di-bully oleh anak-anak lain. Tidak punya tempat untuk pergi, dia hanya bisa bersembunyi sambil menangis."
Shen Yan mengusap tengkuknya, tampak sedikit malu. "Dan saat itulah Master datang dan menyelamatkanku."
Xi Fei tertawa kecil. "Aku tidak menyangka Paman Shen yang sekarang gagah dulunya anak kecil yang menangis di batu karang!"
Shen Yan terkekeh, lalu menepuk kepala bocah itu dengan gemas. "Orang dewasa juga pernah menangis ketika kecil. Kau tahu itu?"
Setelah itu, Shen Yan menyajikan beberapa makanan ringan dan minuman khas Kota Huisan kepada mereka. Harum teh menyebar ke seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat dengan rasa sedikit pahit yang menyegarkan tenggorokan.
Belum lama mereka berbincang, suara langkah kaki terdengar mendekat.
Seorang wanita berparas anggun melangkah masuk ke aula.
Shen Yao—dulu dikenal sebagai Yao Yao—adalah salah satu murid berbakat Liang Fei. Setelah menikah dengan Shen Yan, ia mengambil nama suaminya. Kali ini, ada kelembutan di wajahnya, dengan sorot mata yang menenangkan. Namun, yang paling mencolok adalah perutnya yang sedikit membuncit—pertanda kehidupan baru yang sedang berkembang di dalamnya.
Xi Fei berseru gembira. "Bibi Yao!"
Shen Yao tersenyum dan membuka kedua tangannya. "Xi Fei, kemarilah."
Tanpa ragu, bocah itu berlari dan memeluknya erat. "Bibi Yao, aku merindukanmu!"
"Aku juga merindukanmu," Shen Yao tertawa, mengusap kepala Xi Fei dengan penuh kasih.
Setelah melepas pelukan itu, bocah kecil itu menatap perutnya dengan mata berbinar. "Bibi Yao… kau sedang mengandung, kan? Wah! Aku harap nanti yang lahir anak laki-laki!"
Shen Yao tertawa pelan. "Laki-laki atau perempuan, yang terpenting bayi ini sehat."
Shen Yan, yang berdiri di sampingnya, tersenyum tipis. "Xi Fei, jika kau benar-benar ingin punya keponakan laki-laki, kau harus berdoa kepada dewa-dewa."
Xi Fei mengangguk dengan penuh keyakinan. "Aku pasti akan berdoa!"
Tawa riang memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat yang menenangkan.
Sementara itu, Liang Fei menyesap tehnya dalam diam. Pandangannya beralih pada Shen Yan dan Shen Yao—dua muridnya yang telah tumbuh dewasa, menemukan jalannya sendiri, dan membangun keluarga mereka.
Namun, di balik kebahagiaan itu, pikirannya melayang pada seseorang yang seharusnya juga ada di sini.
Shen Yan menangkap perubahan halus di wajah gurunya. Liang Fei masih memegang cangkir teh, tetapi sorot matanya menerawang jauh ke masa lalu.
Ini bukan pertama kalinya Shen Yan melihat ekspresi itu.
Sejak pertempuran besar terakhir, Liang Fei jarang membicarakan masa lalu. Namun, ada satu nama yang selalu menghantuinya.
Zhiyuan.
Shen Yan menarik napas pelan sebelum menoleh ke istrinya. "Yao’er, bisakah kau membawa Xi Fei jalan-jalan ke taman? Aku ingin berbincang sebentar dengan Master."
Shen Yao tak bertanya lebih jauh. Ia hanya mengangguk, lalu beralih ke Xi Fei. "Xi'er, ayo kita lihat bunga-bunga di taman. Kudengar ada beberapa ikan koi baru di kolam. Kau ingin melihatnya?"
Mata bocah itu berbinar. "Benarkah?! Ayo, ayo!"
Xi Fei melompat turun dari tempat duduknya, menggandeng tangan Shen Yao, lalu berjalan riang meninggalkan aula.
Kini, hanya Liang Fei dan Shen Yan yang tersisa.
Keheningan menggantung sejenak sebelum Shen Yan akhirnya membuka suara. "Master… kau memikirkan Zhiyuan, bukan?"
Liang Fei tak langsung menjawab. Ia hanya menatap tehnya, jari-jarinya mengetuk perlahan permukaan cangkir.
"Kau masih peka seperti biasa, Shen Yan," ujarnya akhirnya.
Shen Yan menatap gurunya dengan ekspresi serius. "Master... tidak bisakah kau memaafkannya?"
Liang Fei diam. Tatapannya dalam, bukan karena kebencian, melainkan luka lama yang tak bisa sembuh begitu saja.
"Zhiyuan telah melakukan kesalahan," katanya lirih. "Aku tidak bisa begitu saja menerimanya kembali."
"Tapi dia tidak sepenuhnya hilang kendali," Shen Yan menekan. "Sebelum dia pergi, dia bicara padamu, bukan? Dia mengatakan akan melindungi Benua Feng dari luar, bahkan setelah ingatannya sebagai Pangeran Iblis bangkit."
Liang Fei mengalihkan pandangannya ke jendela. "Dan kau percaya itu?"
"Ya." Tanpa ragu, Shen Yan mengangguk. "Aku mengenalnya, sama seperti kau yang mengenalnya. Dia mungkin telah berubah, tetapi aku tidak percaya dia melupakan semua yang kau ajarkan kepadanya."
Liang Fei tersenyum tipis, tapi ada kelelahan di dalamnya. "Ini bukan soal kepercayaan, Shen Yan. Ini tentang kenyataan yang harus kita hadapi."
Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya lebih berat. "Dia telah membunuh Lin Jinshi."
Shen Yan terdiam.
Liang Fei menatap muridnya. "Kau tahu apa artinya itu? Zhang Hua tidak akan pernah berhenti membencinya. Dia tidak akan pernah berhenti mencari keadilan atas kematian saudarinya. Dan jika aku menerima Zhiyuan kembali…"
Liang Fei menggeleng pelan. "Kita akan terpecah belah… dan aku tidak ingin hal itu terjadi."
Shen Yan memejamkan mata sejenak sebelum menghela napas. "Baiklah, Master. Aku tidak akan memaksamu lagi."
Liang Fei menatapnya sejenak, lalu menyesap tehnya yang mulai mendingin. "Aku harap kau benar, Shen Yan. Tapi untuk saat ini, kita tidak akan membicarakan Zhiyuan lagi."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Hingga akhirnya, Liang Fei mengubah topik. "Lalu, bagaimana dengan ayahmu? Di mana Shen Lao sekarang?"
Mendengar itu, Shen Yan tersenyum kecil. "Dia sekarang tinggal di Istana Es Ratu Salju. Dia banyak membantu para Familia di sana mengembangkan sistem ekonomi baru sebagai rekan kekaisaran."
Liang Fei mengangguk. "Shen Lao memang selalu memiliki pikiran yang tajam dalam hal ekonomi. Dan aku senang mendengar bahwa hubungan kita dengan Shuang Yue dan para Familia masih berjalan baik."
Shen Yan tersenyum kecil. Setelah hatinya terbuka, Ratu Salju memutuskan untuk mengubah Pegunungan Kutukan Dingin menjadi tempat yang lebih ramah bagi manusia. Kini, wilayah itu telah berganti nama menjadi Hanzue, begitu pula dengan kerajaannya.