NovelToon NovelToon
Kusebut Namamu Dalam Doaku

Kusebut Namamu Dalam Doaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Izinkan Saya

Ahmad dan Leha gegas tiba di rumah sakit saat mendapatkan kabar apa yang menimpa Mutia. Sebagai orang tua tentu saja mereka khawatir dengan Mutia.

"Ya Allah, kenapa jadi seperti ini?"

Leha tak kuasa untuk membendung air matanya kala melihat putrinya belum siuman saat ini. Sebagai seorang ibu tentu saja hatinya sangat sakit dengan hal ini. Ia sama sekali tidak pernah menyangka akan mendapati putrinya ada di rumah sakit dengan kondisi yang seperti ini.

"Bunda, bangun," isak Sephia.

Sania yang ada di sebelah kakaknya juga ikut menangis dan berharap kalau bunda mereka bisa segera bangun. Ahmad kemudian bertanya pada Sephia dan Sania mengenai hidup yang mereka jalani selama ini. Kedua anak itu jujur mengenai cobaan demi cobaan yang mereka lalui selama ini. Mendengar cerita dari kedua cucunya membuat hati Leha semakin sakit, rupanya selama ini Mutia menjalani hidup yang sulit namun tak sekalipun ia mau berkeluh kesah dan meminta belas kasih pada orang tuanya padahal bisa saja Ahmadan Leha membantunya.

"Ya Allah, kenapa kamu gak bilang?"

Leha semakin menjadi menangis, ia tak henti-hentinya meratap dan berharap kalau Mutia bisa segera siuman. Ahmad pun juga mendoakan yang demikian. Kedua orang tua Mutia itu tak pernah lepas untuk selalu berdoa dan berharap Tuhan bisa memberikan kesempatan Mutia untuk bangun dan berkumpul bersama-sama lagi dengan mereka. Dan pada akhirnya doa yang selama ini mereka lantunkan akhirnya dijawab oleh Tuhan. Mutia perlahan membuka kedua matanya dan ia pun membuat Ahmad dan Leha senang bukan main.

"Ya Allah, terima kasih karena engkau menjawab doa kami."

****

Mutia nampak melihat kedua orang tuanya yang ada di sini, di sebelahnya dengan raut wajah yang sangat khawatir dan penuh kasih sayang. Tentu saja Mutia tahu bahwa saat ini ia tengah ada di rumah sakit. Mutia merasa tidak enak pada kedua orang tuanya karena sudah membuat keduanya jadi panik dan khawatir.

"Maaf."

"Kok kamu malah minta maaf?"

"Karena sudah membuat Ayah dan Ibu khawatir dan pada akhirnya aku malah berakhir di sini."

Leha menggelengkan kepalanya, air mata yang sudah sejak tadi ia tahan untuk tidak jatuh kembali nyatanya kembali lagi jatuh. Ia memeluk Mutia dan terisak di sana.

"Kamu nggak perlu meminta maaf pada kami, justru yang ada kami yang harusnya meminta maaf sama kamu," ujar Ahmad.

"Bagaimana bisa kamu selama ini nggak pernah cerita sama kami mengenai hidup kamu? Kenapa kamu nggak bilang kalau selama ini kamu dan anak-anak melalui hari-hari yang berat dan penuh cobaan?" isak Leha.

Dari apa yang sang ibu katakan barusan maka Mutia sudah bisa menarik kesimpulan bahwa pasti ayah dan ibunya sudah tahu mengenai apa yang terjadi padanya selama ini. Mutia memang sengaja diam dan tak mau memberitahu kedua orang tuanya karena ia sama sekali tidak mau menambah beban pikiran keduanya.

"Bukannya aku nggak mau memberitahu, hanya saja aku nggak mau menambah beban pikiran Ayah dan Ibu."

****

Kondisi Mutia perlahan dari hari ke hari semakin lama semakin membaik saja, Ahmad dan Leha tak henti-hentinya bersyukur dengan apa yang mereka dengar dari dokter barusan. Ahmad dan Leha sudah sepakat untuk membuat Mutia dan kedua anaknya tinggal kembali di rumah mereka. Mutia nampak keberatan dengan keputusan itu, ia merasa tak pantas kembali ke rumah itu dan tetap ingin melanjutkan hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

"Kami ini bukan orang asing, kami orang tua kamu."

"Apa yang Ayah katakan benar, Mutia."

"Tapi aku nggak mau merepotkan kalian."

"Siapa yang merepotkan? Kamu sekarang sudah janda dan wajar kan kalau kamu kembali tinggal sama kami?"

Mutia terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Leha barusan, memang saat ini ia sudah resmi bercerai dengan Zulfikar dan saat ini ia hidup seorang diri dengan kedua anaknya namun tetap saja seolah ada beban berat yang dipikulnya kalau kembali ke rumah kedua orang tuanya dalam kondisi yang seperti ini.

"Kamu nggak perlu memikirkan apa pun apalagi sampai khawatir mengenai hal-hal yang gak penting. Kami melakukan semua ini karena kami sayang sama kamu."

Mutia terharu dengan perlakuan kedua orang tuanya yang sangat tulus menyayangi dia, air matanya sudah tak dapat lagi dibendung dan pada akhirnya ia pun menangis juga. Ahmad dan Leha pun kemudian membalas pelukan tersebut dan meminta Mutia jangan ragu lagi untuk pulang.

"Tolong kamu jangan ragu, Nak. Kami sayang sekali sama kamu."

****

Dito masih mencari keberadaan Mutia yang sampai saat ini belum juga ditemukan sampai akhirnya mobilnya tiba juga di sekolah tempat di mana kedua anak Mutia bersekolah. Ia melihat sudah jam pulang sekolah dan berharap kedua anak Mutia itu sekolah dan ia bisa bertanya pada mereka di mana mereka tinggal saat ini. Akhirnya Dito melihat juga kedua anak Mutia yang keluar dari pagar sekolah. Ia gegas turun dari dalam mobil dan menghampiri keduanya.

"Sephia, Sania."

"Om Dito."

"Kalian apa kabar?"

"Kami baik, Om."

"Kalian masuk saja ke mobil, Om akan antar kalian."

Maka keduanya masuk ke dalam mobil Dito, di sana Sephia dan Sania langsung bercerita pada Dito mengenai apa yang terjadi pada mereka selama ini. Dito nampak mendengarkan semua yang diceritakan oleh kedua anak ini. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa rupanya saat ini Mutia sedang ada di rumah sakit akibat ditabrak oleh mobil. Akhirnya mereka tiba juga di rumah sakit, di sana Sephia dan Sania menunjukan di mana ruangan inap Mutia.

"Bunda."

Mutia tersenyum pada kedua anaknya yang baru saja tiba namun seketika senyum itu luntur ketika ia melihat Dito datang.

"Mutia, saya nggak menyangka kalau saat ini kamu sedang ditimpa oleh kemalangan."

"Anak-anak, Bunda mau bicara sama Om Dito," ujar Mutia lembut.

****

Selepas Sania dan Sephia pergi dari ruangan ini maka kini hanya ada Dito dan Mutia saja di sini. Dito berjalan menghampiri ranjang Mutia dan pria itu kemudian mengatakan bahwa ia meminta maaf atas apa yang sudah Luluk lakukan pada Mutia.

"Anda sama sekali nggak perlu meminta maaf atas itu, apa yang dilakukan oleh ibu anda sudah benar."

"Mutia, tolong sekali saja izinkan saya untuk membantu kamu lagi."

"Maaf, tapi saya bisa melakukan semuanya sendiri, saya nggak bisa bergantung sama orang lain. Ada kedua anak yang butuh saya beri makan dan cinta kasih sayang."

"Tolong izinkan saya untuk menjadi suami kamu."

Mutia nampak terkejut dengan apa yang barusan Dito katakan padanya.

1
StepMother_Friend
semangat kak
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!