NovelToon NovelToon
Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Ketika Malaikat Maut Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:297
Nilai: 5
Nama Author: Irnu R

Alya tidak pernah menyangka hidupnya yang biasa akan berubah selamanya saat ia bertemu dengan Rheyan, sosok pria misterius dengan tatapan kelam dan aura yang terlalu menggoda. Ia datang di saat-saat antara hidup dan mati, membawa takdir yang tak bisa dihindari. Tapi yang tak ia duga, sang malaikat maut justru terpikat oleh kelembutan dan keberaniannya.

Di sisi lain, ada Davin, dokter penuh kasih yang selalu ada untuk Alya. Ia menawarkan dunia yang nyata, cinta yang hangat, dan perlindungan dari kegelapan yang perlahan menyelimuti kehidupan Alya.

Namun, cinta di antara mereka bukanlah hal yang sederhana. Rheyan terikat oleh aturan surgawi—malaikat maut tak boleh mencintai manusia. Sementara Alya harus memilih: menyerahkan hatinya pada keabadian yang penuh bahaya atau tetap berpijak pada dunia fana dengan seseorang yang bisa menjanjikan masa depan.

Ketika batas antara surga dan bumi kabur, bisakah cinta mengubah takdir? Atau justru cinta itu sendiri yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irnu R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Malaikat Terungkap

Hujan deras mengguyur kota, menciptakan genangan di sepanjang trotoar. Langit kelam tanpa bintang, hanya kilatan petir yang sesekali menerangi kegelapan. Alya berjalan sendirian, membiarkan dinginnya angin malam menusuk kulitnya, tapi rasa dingin itu tidak seberapa dibandingkan kegelisahan yang mengikat dadanya. Pikirannya terus berputar, mengulang kejadian semalam—makhluk itu, cahaya keemasan dari tangannya, dan ketakutan yang masih tersisa di tulangnya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Makhluk itu. Cahaya keemasan dari tangannya. Dan perasaan aneh sejak saat itu, seolah dirinya bukan lagi manusia yang sama.

Ia mengeratkan jaketnya, berusaha mengusir rasa tidak nyaman yang terus mengikutinya. Langkah kakinya membawanya ke taman kota yang sepi. Daun-daun basah berguguran di bawah pepohonan besar, menciptakan bayangan samar di antara cahaya lampu jalan yang temaram.

Saat itulah ia melihatnya.

Seorang pria berdiri di bawah pohon tua di tengah taman, tubuhnya hampir menyatu dengan bayangan yang dilemparkan lampu jalan yang temaram. Mantelnya panjang, hitam, basah oleh hujan yang tak henti-hentinya mengguyur. Wajahnya nyaris tertutup kegelapan, hanya kilatan petir yang sesekali menyingkap garis rahangnya yang tajam dan sorot matanya yang aneh. Bukan sekadar asing, tapi seolah… mengenalnya.

"Alya."

Suaranya dalam, berat, seperti suara yang telah lama menunggu untuk diperdengarkan kembali.

Jantung Alya berdegup lebih cepat. Ia menguatkan diri, menatap pria itu dengan waspada. "Siapa kau?"

Pria itu melangkah mendekat, gerakannya lambat tapi penuh keyakinan. "Akhirnya, kita bertemu."

Alya menegang. Napasnya tercekat di tenggorokan. Kakinya ingin melangkah mundur, tapi seakan ada kekuatan tak kasat mata yang menahannya tetap di tempat. Ia ingin mundur, ingin lari, tapi sesuatu di dalam dirinya menahannya tetap di tempat. Seolah pria itu memiliki kendali tak kasat mata atasnya. Ada sesuatu tentang pria ini, sesuatu yang tidak sepenuhnya… manusia.

"Kamu bukan manusia biasa, Alya," katanya, suaranya tetap stabil.

Alya mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Alya, seolah menunggu sesuatu. Hening di antara mereka terasa menyesakkan, hanya diiringi suara hujan yang terus mengguyur tanah.

Lalu, dengan suara yang lebih pelan namun tetap penuh ketegasan, ia berkata, "Itulah alasan kenapa kamu masih hidup."

Alya terdiam. Kata-kata itu menggema di benaknya, membawa kembali semua kejadian aneh yang dialaminya selama ini.

Seharusnya dia sudah mati. Itu yang dikatakan Rheyan sejak awal. Itu yang selalu menghantuinya setiap kali ia menatap cermin dan melihat sesuatu yang seharusnya tidak ada.

Pria di hadapannya ini… bagaimana dia tahu?

"Apa maksudmu?" suara Alya bergetar, meski ia berusaha terdengar tenang.

Pria itu hanya tersenyum tipis. "Kau akan mengetahuinya segera."

Sebelum Alya sempat bertanya lebih lanjut, pria itu berbalik dan berjalan pergi, langkahnya ringan di atas tanah basah. Dalam hitungan detik, sosoknya menghilang di balik kegelapan.

Alya tetap berdiri di tempat, matanya terpaku pada tempat di mana pria itu tadi berdiri. Dadanya terasa sesak, seolah-olah kata-kata pria itu tadi meninggalkan bekas yang tidak akan mudah dihapus. Bukan manusia biasa? Jika itu benar, lalu apa dirinya sebenarnya?

Suara hujan masih memenuhi telinganya, tapi pikirannya sudah jauh melayang. Ingatan tentang masa kecilnya muncul secara acak. Rasa sakit yang pernah ia rasakan, kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, dan bagaimana ia selalu merasa ada sesuatu yang mengawasinya sejak saat itu. Ia menggeleng pelan, mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya.

Tangannya terangkat ke dadanya, merasakan detak jantungnya yang terasa lebih cepat dari biasanya. Ada ketakutan yang merayapi dirinya, bukan hanya karena kata-kata pria tadi, tetapi karena ia sadar… jauh di lubuk hatinya, ia sudah lama merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Tapi selama ini, ia memilih untuk mengabaikannya.

Jari-jarinya mengepal erat di sisi tubuhnya. Hujan terus turun membasahi rambut dan jaketnya, tapi tubuhnya terasa panas. Ia ingin mengejar pria itu, menuntut jawaban lebih lanjut, tapi kakinya tetap terpaku di tempat.

Langkahnya goyah saat ia berbalik dan berjalan pergi, tapi pikirannya terus berputar. Sejak kecil, ia tidak pernah merasa istimewa. Tidak pernah berpikir dirinya berbeda. Tapi kini, semakin banyak hal yang tidak bisa dijelaskan.

**

Di tempat lain, di dalam ruang arsip rumah sakit, Davin duduk dengan dahi berkerut. Di hadapannya, tumpukan berkas berserakan, beberapa sudah terbuka dan memperlihatkan catatan-catatan lama.

Hari ini ia tidak bisa menenangkan pikirannya. Ia melihat sesuatu yang aneh semalam. Cahaya keemasan yang muncul dari rumah Alya. Bukan cahaya biasa. Bukan listrik. Bukan api.

Dan kini, ia menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan.

Tangannya sedikit gemetar saat membalik halaman demi halaman catatan medis Alya. Tulisan di atas kertas terasa semakin berat. Ini bukan sekadar laporan medis biasa. Ini… sesuatu yang seharusnya tidak mungkin ada.

Nama pasien : Alya Mardiana

Diagnosa : Cedera berat akibat kecelakaan

Prognosis awal : Tidak ada kemungkinan bertahan hidup.

Davin menatap lembaran itu. Matanya menelusuri baris-baris tulisan berulang kali, tapi otaknya menolak menerima apa yang tertulis di sana. Kecelakaan itu terjadi bertahun-tahun lalu. Saat itu, Alya mengalami luka parah. Seharusnya cukup fatal untuk merenggut nyawanya. Tapi, entah bagaimana, ia selamat tanpa penjelasan medis yang masuk akal.

Ada sesuatu yang tidak beres.

Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Ia telah melihat banyak kasus medis aneh selama menjadi dokter, tapi ini… ini bukan sekadar keajaiban. Ini sesuatu yang lebih besar.

Davin menyandarkan kepalanya ke kursi, menatap langit-langit. Ia tidak tahu apakah ia harus berbicara dengan Alya tentang ini. Tapi di dalam hatinya, ia tahu satu hal—ada sesuatu yang disembunyikan darinya.

Ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Seorang perawat masuk dengan tumpukan berkas lain, sekilas melirik ekspresi Davin yang terlihat tegang.

"Dokter Davin, Anda baik-baik saja?"

Davin segera mengatur ekspresinya dan mengangguk. "Ya. Aku hanya… sedang berpikir."

Perawat itu tidak bertanya lebih lanjut, tapi saat ia pergi, Davin kembali menatap berkas di hadapannya. Jarinya mengetuk meja perlahan, pikirannya masih dipenuhi tanda tanya. Jika catatan ini benar, berarti Alya seharusnya… tidak ada di sini. Tidak seharusnya hidup.

Ia meraih ponselnya, menatap layar seolah ingin menghubungi seseorang. Tapi siapa? Ia tidak bisa langsung bertanya pada Alya tanpa bukti lebih kuat.

**

Alya duduk di tempat tidurnya, memandangi tangannya sendiri. Semalam, cahaya keemasan muncul dari sana, menyelamatkannya dari makhluk mengerikan itu.

Tapi bagaimana?

Ia mencoba mengingat perasaan itu. Ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya saat itu, sesuatu yang kuat, hangat, dan tak bisa dijelaskan.

Akhirnya, ia mengambil keputusan.

Ia memanggil nama satu-satunya orang yang mungkin memiliki jawaban.

Seperti angin yang berputar di dalam ruangan, bayangan di sudut kamar mulai bergetar. Udara di sekitarnya menjadi lebih dingin. Dan dalam hitungan detik, Rheyan muncul dari kegelapan, wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya.

Alya menatapnya lekat-lekat. Untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa malaikat maut itu terlihat lebih lelah—seolah keberadaannya semakin terkikis oleh sesuatu yang tidak ia mengerti.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Alya akhirnya bertanya, suaranya bergetar.

Rheyan tidak langsung menjawab. Ia menatap Alya, sorot matanya tajam tapi penuh kebimbangan.

"Jawab aku, Rheyan," desak Alya, suaranya lebih tajam dari biasanya. Ia tidak peduli jika pertanyaannya terlalu langsung. Ia tidak peduli jika jawaban yang akan ia terima mengubah segalanya. Ia hanya ingin tahu.

Rheyan menatapnya lama. Wajahnya seolah menahan sesuatu, seperti ada beban berat yang selama ini ia pikul sendirian.

"Alya…" suaranya terdengar lebih lemah daripada biasanya, seperti ada beban yang terlalu berat untuk ia pikul. "Jika aku memberitahumu… kau mungkin akan menyesali setiap jawaban yang kau dapatkan."

Alya menggigit bibir, jantungnya berdetak semakin cepat. "Aku lebih menyesal jika aku tidak pernah tahu."

Malaikat maut itu menghela napas. Sekilas, ia terlihat seperti sedang mempertimbangkan apakah ia benar-benar harus mengatakannya. Tapi akhirnya, ia menatap Alya dengan tatapan yang lebih dalam.

"Kamu bukan manusia biasa, Alya."

Rheyan terdiam sesaat sebelum melanjutkan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan.

"Dan alasan kamu masih hidup… adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi."

Alya menahan napas.

Ia bisa merasakan kebenaran akan segera terungkap.

Dan ketika Rheyan mengucapkannya, dunia Alya tidak akan pernah sama lagi.

1
Ngực lép
Aku suka banget sama karakter di dalam cerita ini, author jangan berhenti yaa!
Legato Bluesummers
Keren! 😍
°·`.Elliot.'·°
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!