Han Yu, yang dianggap berbakat kini di anggap sia sia setelah membangkitkan akar elemen petir bintang satu dan Spirit War batu retak warna putih. Membuat dirinya menjadi bahan ejekan banyak orang.
Namun, saat batu itu berubah menjadi energi yang memasuki tubuhnya, Han Yu merasakan pencerahan tentang kekuatan luar biasa dari Spirit War batu retak satu langkah menempuh jutaan mil, satu lambaian menghancurkan planet, dan satu pukulan membakar musuh.
Setelah tersadar, Han Yu tertawa bahagia, "Aku akan menjadi Dewa Perang tak terkalahkan!" Namun, orang-orang hanya bisa berkata dengan iba, "Kasihan, seorang jenius yang kini menjadi gila."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Persiapan Sebelum Badai
Bab 11. Persiapan Sebelum Badai
Saat Han Yu dengan mudah menghancurkan semua monster beruang raksasa, suasana seketika menjadi hening. Para warga desa terkejut melihat bagaimana ia mampu membunuh monster-monster itu dalam sekejap mata, sementara mereka sendiri harus berjuang keras hanya untuk melukai satu ekor.
Perasaan rumit menyelimuti semua orang—sebuah perpaduan antara kekaguman dan ketakutan yang muncul secara alami di hati mereka.
Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya melangkah maju, mendekati Han Yu. Dengan suara ramah, ia berkata,
"Terima kasih, anak muda, telah membantu kami membunuh para monster beruang yang selama ini membuat kekacauan di desa kami. Apakah kamu yang mengambil misi pembasmian monster beruang yang kami pasang di Pavilion Longtian?"
Pria itu, yang ternyata adalah kepala desa, menatap Han Yu dengan seksama. Sekilas keterkejutan melintas di matanya. Ia bisa melihat bahwa tingkat kekuatan Han Yu hanya berada di Level 2 ranah Pengumpulan Qi, tetapi pemuda itu mampu mengalahkan monster level 3 dengan sangat mudah.
Hal ini membuatnya semakin kagum akan kemampuan Han Yu.
Mendengar pertanyaan tersebut, Han Yu hanya mengangguk dan tersenyum sebelum menjawab,
"Ya, akulah yang mengambil misi itu."
"Oh, jadi begitu. Kalau begitu, aku, sebagai kepala desa, mewakili seluruh warga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Oh iya, bagaimana aku harus memanggilmu, anak muda?"
"Namaku Han Yu," jawabnya sambil tersenyum. Kemudian, ia melanjutkan,
"Sudah berapa lama serangan monster beruang ini terjadi?"
Mendengar pertanyaan Han Yu, raut wajah kepala desa seketika menjadi muram. Jelas, ini adalah topik yang membebaninya.
Setelah menarik napas panjang, ia pun menjawab,
"Serangan ini sudah berlangsung selama dua minggu. Banyak warga tewas, dan mayat-mayat mereka diseret ke dalam hutan. Kami bahkan tidak tahu kenapa monster-monster beruang ini datang berkelompok dan menyerang pemukiman kami.
Awalnya, kami mencoba menghalau mereka. Namun, semakin lama korban jiwa semakin banyak. Akhirnya, kami memasang misi di Pavilion Longtian, berharap ada kultivator yang bersedia membantu kami.
Sebelumnya, sudah ada beberapa kultivator yang mencoba, tapi mereka semua mati dicabik-cabik oleh monster-monster itu.
Hal itu membuat kami putus asa. Kami terpaksa berjuang sendiri dengan alat seadanya. Tapi karena sebagian besar dari kami bukanlah kultivator, dan yang ada pun hanya berada di ranah Penguatan Fisik, usaha kami sia-sia.
Hingga akhirnya, hari ini, kau datang dan menolong kami. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya."**
Han Yu hanya tersenyum dan mengangguk singkat, meski dalam hati ia berpikir bahwa para monster buas memang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibanding manusia. Jika seorang kultivator tidak mempersiapkan diri dengan baik atau terlalu meremehkan lawan, maka ia akan mati dengan tragis.
Saat Han Yu tengah berpikir, kepala desa tiba-tiba berkata,
"Anak muda, silakan datang dan singgah di rumah kami. Kami telah menyiapkan tempat istirahat untukmu."
Mendengar itu, Han Yu mau tak mau menyetujuinya. Menolak tawaran seperti itu terasa tidak sopan, terlebih lagi ia memang membutuhkan tempat untuk berkultivasi dan menyerap inti monster yang telah ia dapatkan.
Singkat cerita, Han Yu berjalan bersama kepala desa menuju rumah yang telah disiapkan. Sepanjang perjalanan, warga desa menatapnya dengan penuh kagum.
Baik orang tua, dewasa, maupun remaja, semuanya menatapnya dengan rasa hormat. Terutama para gadis sebaya dengannya yang melihatnya dengan mata berbinar—seolah sedang memandangi calon suami mereka.
Han Yu, yang ditatap dengan cara seperti itu, hanya bisa tersenyum pahit dan berjalan dengan sedikit canggung.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah rumah sederhana, tetapi terlihat rapi dan bersih.
Kepala desa kemudian berkata,
"Nak Han Yu, ini adalah rumah yang kami siapkan untukmu. Silakan beristirahat dengan nyaman. Nanti malam aku akan menemuimu untuk menceritakan sesuatu yang sebenarnya terjadi di desa ini. Namun, untuk saat ini, sebaiknya kau beristirahat terlebih dahulu. Di dalam sudah ada beberapa warga yang menyiapkan air hangat untukmu mandi."
Mendengar itu, Han Yu terkejut.
"Ah! Air hangat? Kenapa repot-repot? Tapi terima kasih banyak karena sudah menyiapkan semuanya," katanya sambil membungkuk hormat kepada kepala desa.
Melihat Han Yu, seorang kultivator yang kuat, memberi hormat kepadanya, kepala desa segera menepuk pundak pemuda itu sambil tertawa,
"Hahaha! Nak, justru kamilah yang harus berterima kasih karena kau telah membantu kami mengatasi gerombolan monster beruang itu!"
Singkat cerita, setelah mandi dengan air hangat, tubuh Han Yu terasa lebih segar. Setelah berganti pakaian yang lebih rapi, ia pun duduk bersila di atas dipan sederhana yang telah disiapkan oleh warga desa.
Dengan lambaian tangannya, beberapa kristal yang merupakan inti monster langsung berjatuhan di hadapannya. Bibirnya melengkung membentuk senyuman.
Sambil bergumam, ia berkata,
"Baiklah, saatnya aku menyerap semua inti monster ini dan meningkatkan kekuatanku."
Seketika, di depan Han Yu, terdapat enam inti monster level 2 dan satu inti monster level 3.
Tanpa membuang waktu, dia segera duduk bersila, memejamkan mata, dan mulai berkultivasi untuk menyerap semua inti monster itu sekaligus. Pada saat yang sama, dia juga mengaktifkan Spirit War, batu retak miliknya, untuk mempercepat proses penyerapan.
Tiba-tiba, di belakang punggungnya, Batu Retak seukuran kepalan tangan muncul. Beberapa hari sebelumnya, Han Yu menyadari bahwa Spirit War miliknya ternyata bisa menyusut dan membesar sesuai keinginannya. Agar tidak menarik perhatian, dia mengecilkannya hingga ukuran sekecil mungkin.
Dengan satu gerakan, Batu Retak mulai bergetar, lalu menyerap semua energi dalam inti monster. Dalam sekejap, energi itu dimurnikan, sementara kotoran yang tidak berguna dibuang. Setelahnya, energi murni itu langsung mengalir ke dalam tubuh Han Yu, meresap ke tulang, otot, daging, hingga ke organ-organ dalamnya. Sebagian besar energi itu akhirnya terkumpul di dantiannya, mengisinya hingga penuh.
Namun, saat dantiannya tak mampu lagi menampung energi yang begitu besar, tiba-tiba...
"KRAK!"
Sebuah retakan muncul di dalam dantiannya.
"KRAK! KRAK! KRATAK! PYAR!"
Retakan itu semakin meluas, membentuk pola seperti jaring laba-laba.
Hingga akhirnya...
"BOOM!"
Sebuah ledakan energi yang luar biasa kuat meledak dari dalam tubuhnya. Guncangan yang dihasilkan begitu dahsyat hingga mengguncang rumah yang ditinggalinya.
Tak hanya di dalam rumah, bahkan warga desa yang berada di luar pun merasakan getarannya, seperti terjadi gempa bumi kecil yang mendadak. Mereka terkejut dan berhamburan keluar rumah.
Sementara itu, di dalam kamarnya, energi yang berhamburan di udara segera terserap kembali ke dalam tubuh Han Yu.
"BOOM! BOOM! BOOM! BOOM!"
"BOOM! BOOM! BOOM! BOOM!"
Delapan ledakan teredam terdengar berturut-turut, menandakan bahwa Han Yu berhasil menerobos enam tingkat sekaligus! Kultivasinya melonjak dari level 2 tahap awal langsung ke level 4 tahap menengah.
Bersamaan dengan peningkatan ranahnya, dantiannya yang sebelumnya hancur kini telah terbentuk kembali dengan kapasitas yang jauh lebih besar.
Han Yu tetap duduk bersila, menstabilkan ranah barunya. Tak lama kemudian, dia membuka matanya. Sorot matanya tampak tajam dan berkilauan, mencerminkan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. Senyum tipis terukir di bibirnya.
Saat dia mengepalkan tangan, dia bisa merasakan ledakan energi kecil yang tersembunyi di dalamnya padahal dia belum mengerahkan energi Qi sedikit pun.
Dia bergumam pelan, "Level 4 tahap menengah dari ranah Pengumpulan Qi... Tidak buruk."
...◦~●❃●~◦...
Malam pun tiba. Saat ini, Han Yu sedang duduk di ruang tamu bersama Kepala Desa.
Namun, Kepala Desa tidak datang sendiri. Bersamanya, ada tiga orang yang dianggap sebagai yang terkuat di desa ini. Mereka masing-masing berada di ranah Penguatan Fisik level 7, 8, dan 9—kekuatan tertinggi yang dimiliki desa ini.
Suasana di dalam ruangan terasa sedikit menegangkan. Han Yu duduk diam, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh Kepala Desa.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar, Han Yu akhirnya berkata,
"Jadi, para monster beruang itu datang setiap dua hari sekali dengan jumlah sekitar 7 hingga 10 ekor, begitu?"
Kepala Desa mengangguk.
"Ya, mereka selalu datang berkelompok, sekitar 7 sampai 10 ekor setiap dua hari sekali. Mereka mengamuk, menyerang penduduk tanpa pandang bulu, dan setelah itu... mereka membawa mayat para korban masuk ke dalam hutan yang lebih dalam."
Han Yu mengernyitkan alisnya.
Kepala Desa melanjutkan dengan suara berat, "Kami sudah lama mengamati tingkah laku mereka, dan ada satu hal yang sangat aneh. Umumnya, monster buas akan membantai dan memakan buruannya di tempat. Tapi monster beruang ini... mereka tidak melakukan itu. Mereka seolah memiliki tujuan tertentu—membawa mayat-mayat penduduk ke dalam sarang mereka. Seperti ada yang mengatur mereka..."
Mata Han Yu menyipit tajam.
Dikendalikan...
Itulah satu-satunya kemungkinan yang masuk akal.
Pikirannya langsung teringat pada Beastcaller level 3 yang sempat dia bunuh sebelumnya. Namun, jika makhluk itu mampu mengerahkan 7 hingga 10 monster beruang dalam satu waktu, berarti tingkatannya jauh lebih tinggi.
Level 4... atau bahkan level 5?
Han Yu mengepalkan tangan, ekspresinya berubah serius.
Di dalam hati, dia bergumam, "Masalah ini tidak sesederhana yang terlihat... Ini bisa jadi jauh lebih rumit dari yang kuduga."
Setelah menarik napas dalam-dalam, Han Yu akhirnya berkata,
"Jika tingkah laku para monster beruang itu seaneh yang Anda ceritakan, kemungkinan besar mereka sedang dikendalikan."
Mendengar itu, Kepala Desa langsung terkejut. Begitu juga dengan tiga orang kuat yang duduk di sampingnya.
"Dikendalikan...?"
Seketika rasa cemas menyelimuti hati Kepala Desa.
Dengan suara bergetar, ia berkata, "Mu-mungkinkah itu..."
Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan ucapannya, Han Yu sudah mengangguk dan berkata,
"Beastcaller. Itu pasti ulah Beastcaller... dan kelihatannya kekuatannya tidak rendah. Mungkin berada di level 4... atau bahkan level 5."
Suasana di dalam ruangan mendadak hening.
Kata-kata "monster level 4 atau 5" terus terngiang di benak Kepala Desa dan tiga pemuda di sampingnya. Wajah mereka segera memucat, seolah darah dalam tubuh mereka menghilang begitu saja.
Mereka tahu betul betapa mengerikannya Beastcaller.
Monster itu tidak hanya mampu mengendalikan makhluk lain, tetapi juga dikenal memiliki kebiasaan memakan manusia.
Kini semuanya menjadi jelas.
Alasan mengapa para monster beruang menangkap dan membawa mayat penduduk ke dalam hutan—itu bukan untuk mereka sendiri. Itu untuk makanan Beastcaller.
Saat itu juga, rasa ngeri menjalar di tubuh mereka. Hawa dingin seolah menyelimuti ruangan, membuat mereka bergidik ngeri.
Namun, di tengah ketegangan itu, Han Yu akhirnya memecah suasana.
"Mungkin Beastcaller itu memang kuat," katanya santai. "Tapi bukan berarti kita tidak punya solusi."
Kepala Desa dan tiga pemuda menatapnya dengan harapan.
"Yang paling penting sekarang adalah bertahan dari serangan para monster beruang yang akan datang dua hari lagi—jika pola serangan mereka benar seperti yang Anda katakan."
Han Yu menatap Kepala Desa dengan serius sebelum melanjutkan,
"Segera buat tempat perlindungan yang aman untuk semua warga. Jangan biarkan mereka terpencar. Kumpulkan dalam satu tempat agar lebih mudah dilindungi saat serangan terjadi."
Kepala Desa mengangguk cepat.
Lalu, Han Yu menoleh ke tiga orang yang dianggap paling kuat di desa.
"Aku akan menghadapi monster-monster berlevel tinggi. Sisanya, aku serahkan pada kalian."
Ketiga pemuda itu saling bertukar pandang sebelum mengangguk mantap.
Salah satu dari mereka, yang berada di ranah Penguatan Fisik level 9, maju selangkah dan berkata dengan suara tegas,
"Kami mengerti. Kami akan melakukan yang terbaik."
Han Yu tersenyum tipis.
"Bagus. Mulai besok, buat benteng pertahanan dari bahan seadanya. Tujuannya bukan untuk menahan monster sepenuhnya, tapi setidaknya untuk memperlambat mereka. Saat bertarung nanti, aku mungkin tidak bisa selalu melindungi semua warga, jadi kita harus memastikan seminimal mungkin ada korban."
Kepala Desa dan tiga pemuda itu mengangguk penuh tekad.
Dengan itu, pertemuan malam itu pun berakhir. Keputusan telah diambil, dan semua orang kini memiliki tugas masing-masing.
Kepala Desa segera bersiap untuk memberi instruksi kepada warga—membangun tempat perlindungan, memperkuat pertahanan, dan bersiap menghadapi teror yang akan datang dalam dua hari.
Han Yu berjalan perlahan menuju kamarnya, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan tentang pertempuran yang akan datang.
"Musuh utamanya adalah Beastcaller… Jika memang harus membunuh semua monster beruang itu, apa boleh buat?" pikirnya, sambil menghela napas panjang.
Matanya menatap langit malam melalui jendela kayu yang sudah terlihat tua. Bulan bersinar samar di balik awan gelap, seolah mencerminkan kekhawatiran yang tengah melintas di benaknya.
Ia tahu pertarungan ini tidak akan mudah. Bukan hanya karena jumlah musuh yang banyak, tetapi karena keberadaan Beastcaller yang mampu mengendalikan mereka. Jika ia salah langkah, desa ini bisa berubah menjadi lautan darah.
Tapi Han Yu bukan orang yang mudah gentar.
"Aku harus menyusun strategi yang tepat."
Dengan tekad bulat, ia membuka pintu kamarnya dan bersiap untuk istirahat. Malam ini, ia harus mengumpulkan energi sebanyak mungkin karena dalam dua hari ke depan, pertarungan hidup dan mati akan dimulai.
Ibarat kata, ini adalah sebuah persiapan sebelum badai besar yang akan datang.
semangat terus kak author, semoga sehat selalu, biar bisa up terus💪🏻💪🏻💪🏻