"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 06. Garis Dua
Seperti rencananya. Asilla memulai segalanya. Disebuah ruko kecil sudah dipenuhi oleh beraneka jenis atau warna kain.
Asilla mulai mempraktekan ratusan gambar yang sudah ia persiapkan selama ini.
"Aku harus bisa. Aku harus bisa membantu kedua orang tuaku," gumam Asilla dengan wajah tersenyum.
Untuk saat ini Asilla belum mampu mengaji karyawan untuk membantunya. Maka dari itu ia bekerja sendiri.
Tiba-tiba Asilla merasakan kepalanya amat pusing, bahkan seperti berputar sehingga ia terduduk sembari memejamkan mata.
"Awww kenapa kepalaku tiba-tiba pusing sekali," lirih Asilla sembari memegang kepalanya.
Uwek uwek
Asilla memuntahkan isi perutnya. Seketika rasa mual kian menjadi. "Perasaan lambungku tidak bermasalah kenapa rasa mual ini sangat menyiksa," gumam Asilla sembari menatap wajahnya didalam bayangan cermin. Tampak sekali wajahnya memucat.
Merasa cukup baikan Asilla kembali ke ruangan untuk dirinya menjahit.
"Kak Asilla, Kak Sila," panggil seseorang yang diyakini wanita.
Mendengar dirinya dipanggil Asilla menghentikan aktivitasnya.
"Della sayang kamu kah itu?" jawab Asilla sedikit melihat tubuh Fredella di celah tumpukan kain.
"Kak Sila tepat sekali," jawab Fredella langsung menghampiri Asilla sembari mengandeng lengan sang Oma.
"Oma," panggil Asilla ternyata Zeze juga mengunjungi tempat kerjanya.
"Apakah kami menganggu?" tanya Zeze.
"Sama sekali tidak Oma, malahan Sila sangat senang dengan kedatangan Oma dan Della," kata Asilla sembari tersenyum. "Silahkan duduk Oma, Della," imbuhnya mempersilahkan Della dan Zeze.
Ketiganya mengobrol banyak hal. Yang pastinya Fredella yang tidak paling heboh, ada-ada saja yang menjadi bahan perbincangan.
Uwek uwek
Seketika Asilla merasakan kembali mual, dengan cepat ia berlari ke kamar mandi meninggalkan Zeze dan Fredella yang terdiam saling memandang.
"Ya ampun kenapa rasa mual ini kembali datang," gumam Asilla sembari membasuh wajahnya.
Diluar
"Ada apa dengan Kak Sila ya Oma?" tanya Fredella karena Asilla cukup lama berada di kamar mandi.
"Sepertinya dia muntah sayang, mungkin saja masuk angin," jawab Zeze kemungkinan Asilla hanya masuk angin.
Asilla keluar dari kamar mandi dengan tubuh sempoyongan sembari memegang kepalanya yang terasa berat.
"Kak Sila sakit?" tanya Fredella dengan tangan menempel ke kening Asilla. "Tapi tidak panas, malahan dingin sekali. Wajah Kak Sila juga pucat," kata Fredella.
"Entahlah sayang kepala Kakak sangat pusing, sudah dua trip muntah," terang Asilla dengan wajah pucat.
"Apa lambung kamu bermasalah Sila?" tanya Zeze.
"Tidak Oma, Sila tidak memiliki riwayat sakit lambung," jawab Asilla.
"Berarti kamu masuk angin," imbuh Zeze kembali.
"Wajah Kak Sila pucat sekali, apa sebaiknya kita ke RS? ini tidak bisa dibiarkan Kak Sila biar kita tau apa penyebabnya," kata Fredella, jujur saja gadi imut itu merasa khawatir.
"Benar yang dikatakan Della, ayo biar kami antar," timpal Zeze.
"Terima Oma, Della. Tidak perlu sebentar lagi juga baikan, " tolak Asilla sembari memejamkan mata, rasa pusing amat menyiksa.
"Jika begitu kita panggilkan dokter Santa saja biar datang kemari," kata Zeze sembari merogoh ponsel yang berada didalam tas jinjing.
"Tidak usah Oma, bentar juga akan baikan," tolak Asilla. Seakan mengabaikan perkataan Asilla, Zeze tetap menghubungi dokter Santa.
Tidak menunggu lama, dokter kepercayaan keluarga Januar sudah berada dalam ruko milik Asilla. Sedangkan Asilla terbaring lemah di sofa panjang.
"Silahkan periksa dia Santa," titah Zeze sudah begitu akrab dengan dokter Santa.
"Nona apa yang Nona rasakan?" tanya dokter Santa sembari memeriksa tekanan darah Asilla.
"Pusing serta mual bahkan sudah muntah 2 kali dok," jawab Asilla memberitahukan.
"Kapan Nona terakhir mentruasi?" tanya dokter Santa.
Deg
Tentu saja pertanyaan dokter Santa membuat mata Asilla melotot. Ada apa gerangan sang dokter mempertanyakan hal pribadi kepadanya.
"Mak-maksud dokter apa?" tanya Asilla dengan bibir bergetar.
"Saya hanya memastikan saja," jawab dokter Santa.
"Telat 2 minggu dok," kata Asilla masih dengan tubuh bergetar. Jantungnya berpacu cepat.
"Nona tampung dulu air seni," titah dokter Santa menyodorkan gelas kecil.
"Apa Nak Santa ingin tes urine?" tanya Zeze karena jujur saja ia penasaran.
"Bukan Oma tetapi ada satu hal," jawab Santa mengulum senyum seperti mendapatkan penghargaan.
Di kamar mandi
"Apa aku sedang hamil?" gumam Asilla dengan tubuh bergetar, bahkan bulir bening sudah membanjiri wajahnya. "Apa didalam perut ini tumbuh janin dari perbuatan dosa itu? hiks hiks aku harap semua ini tidak benar," tangis Asilla sudah memenuhi isi kamar mandi.
Dengan tangan bergetar Asilla menampung air seni itu. Merasa sudah tenang ia keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai serta jantung dag dig dug.
Zeze, Fredella serta dokter Santa memandangi Asilla.
"Ini dok," kata Asilla dengan tangan bergetar meletakan air seninya di atas meja sofa.
dokter Santa mengeluarkan benda yang diyakini testpack.
"Ada apa Nak Santa?" tanya Zeze karena ia tau benda untuk apa yang dipegang oleh Santa.
"Iya Kak itu bukannya Testpack? sedangkan Kak Asilla belum menikah?" timpal Fredella dengan wajah terkejutnya.
Mendengar jika Asilla belum menikah membuat dokter Santa merubah raut wajahnya. Ia yakin jika Asilla berbadan dua.
"Lakukan dok," lirih Asilla dengan bibir bergetar sembari menggenggam erat lengan Zeze yang kebetulan berada di sampingnya.
Melihat hal itu membuat Zeze menatap intens Asilla. "Apa maksud kamu Sila?" tanya Zeze dengan suara pelannya.
"Nanti juga akan terjawab Oma," jawab Asilla seperti menahan tangis.
"Apa yang terjadi sayang?" tanya Zeze sungguh ia sangat penasaran.
dokter Santa meneteskan air seni dan nunggu beberapa saat.
"Apapun yang terjadi aku akan ikhlas, bahkan hasilnya positif," batin Asilla berusaha senyum.
"Selamat Nona positif hamil,"
Duarr
Pernyataan sang dokter bagai petir menyambar. Seisi bumi seakan runtuh tanpa tersisa, itulah yang dirasakan Asilla saat ini.
"Hah? apa?" gumam Zeze dan Fredella dengan wajah terkejutnya karena yang mereka tau status Asilla masih belum menikah.
"Lebih jelasnya segera periksa ke dokter kandungan. Oya apa yang Nona rasakan?" tanya dokter Santa.
"Pusing serta mual dok," jawab Asilla dengan sikap tenangnya.
Zeze serta Fredella bingung melihat ketahanan Asilla tanpa menangis atau bahagia menyambut kehamilannya.
"Baiklah ini saya resep kan obat anti mual serta obat pusing dan vitamin," terang dokter Santa. "Jika begitu saya permisi Oma dan Della," pamit dokter Santa.
Setelah kepergian dokter Santa. Zeze dan Fredella diam seribu bahasa. Mereka ingin sekali menanyakan soal kehamilan Asilla tetapi mereka sadar jika itu bukan hak mereka.
"Sila sayang apa ada yang ingin kamu beritahukan?" tanya Zeze sembari mengusap bahu Asilla dengan lembut.
"Oma beri waktu untuk Sila," kata Asilla seperti memohon. Untuk saat ini ia ingin sendiri dulu.
"Baiklah sayang, jika ada sesuatu dan kamu butuh seseorang, Oma siap menjadi teman berbagi untukmu Nak." Kata Zeze sembari mengusap punggung Asilla.
"Terima kasih Oma," jawab Asilla tersenyum.
"Sayang ayo kita pulang," ajak Zeze kepada Fredella.
"Jadi rencana kita bagaimana Oma?" tanya Fredella.
"Kapan-kapan saja sayang, ini waktu tidak tepat. Hmmm apa Kakakmu jadi menjemput kita?" tanya Zeze.
"Entahlah Oma. Baiklah jika begitu, hmmm ayo Kak Sila," kata Fredella.
"Hati-hati Oma, sayang," kata Asilla tidak lupa menyunggingkan senyuman.
...******...