Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11 gelisah
Setelah meletakan kembali sepatu Langit,Rani tak langsung masuk karna melihat terasnya sedikit kotor dan basah,ia lantas berniat membersihkan.
"Mas kamu masuk gih istirahat dulu aku mau bersihin teras dulu." Teriak Rani dari luar karna takut suaminya lama menunggu.
Rena yang tengah berada didekat Lagit lantas didorng sedikit kencang hingga badannya sedikit terhuyung kebelakang.
" Jangan gila kamu Rena! Ada Rani diluar,apa kamu ingin diusir oleh Rani!" Sentak Langit dengan gigi menggeratuk.
Tatapan matanya begitu tajam namun tetap saja aliran darahnya masih berdesir karena kelakuan Rena terhadapnya.Bahkan tak cuman itu,miliknya sedikit menggeliat dan itu terlihat jelas dari celananya yang terlihat sesak.
" Hahaha munafik kamu mas,kamu menolak tapi tidak dengannya!" Sindir Rena sembari menatap nakal sesuatu yang terlihat menonjol dibagian bawah tubuh Langit.
Sesuatu yang membuat Rena merasa penasaran dan juga ingin menikmatinya.
Rena tergolong wanita yang hyper sex,bahkan saat dengan suaminya dulu dia selalu meminta sang suami untuk menggaulinya setiap saat dia mau tanpa mengenal waktu.
Merasa frustasi Langit lantas pergi meninggalkan Rena dan masuk kedalam kamarnya.
" Arrgggh, lama-lama kelakuan Rena bisa bikin gue gila! Sial gak tau kenapa setiap kali didekatnya dia selalu terbangun.Membayangkan lekuk tubuhnya dan dua bukit kembarnya yang padat menantang itu membuatku sangat ingin mengukungnya."
Langit mebyugar rambutnya dengan kasar.Bayangan tubuh Rena yang terbalut kain tipis selalu menari-nari dipelupuk matanya.
Sementara Rena juga memilih masuk kembali kekamarnya.
Sepanjang jalan Aris tak bisa lepas dari memikirkan langit dan Rena.Bahkan sampai dirumah pun suara-suara Langit dan Rena terus teringang-ngiang ditelinganya.
" Ayah tumben telat yah!" Tanya amera istri dari Aris.
Aris yang tengah melamun tak sadar jika istrinya berada diruang tamu,Aris berlalu begitu saja tanpa menjawab pertanyaan istrinya karna memang dia tak mendengarnya.
" Yah! Tumben ayah telat?" Wanita yang biasa dipanggil Era itu sampai mengulangi pertanyaannya dengan suara yang sedikit menunggi.
" Apa bund,kenapa? Tadi bunda ada ngomong sesuatu?" Aris sedikit tergagap saat menjawab pertanyaan istrinya.
Dia juga terkejut melihat istrinya yang rupanya duduk menungguny di ruang tamu.
Amera menghela nafas panjang,namun detik berikutnya dia berdiri dan mendekati suaminya.
" Sini duduk dulu." Era menarik suaminya mengajaknya duduk,melepaskan sepatu sang suami dan tak lupa Era mengambil satu basom air hangat untuk merendam kaki sang suami.
"Makasih sayang!" Ucap Aris.
" Ayah duduk dan diam disini dulu ,bunda bikin teh nanti kita ngobrol." Ucap era dan kemudian pergi kebelakang.
Aris dan Langit terbilang cukup berbeda,Aris hidup dengan sederhana, meskipun mereka satu kantor dan jabatan mereka sama namun untuk gaya hidup Langit dan Aris sangat berbeda.
Aris hidup sederhana karena dia juga tengah membiayai biaya sekolah adiknya dikampung.Berbeda dengan Langit yang selain anak tunggal Langit juga terlahir dari keluarga yang mampu.
" Diminum tehnya yah,mumpung hangat." Era menyodorkan segelas teh hangat untuk suaminya.
" Iya istriku sayang, terimakasih."
Glek glek glek
" Seperti biasa teh ini tak terlalu manis karena manisnya udah pindah dikamu semua." Goda Aris sembari tersenyum dan menatap iris meneduhkan sang istri.
Wanita yang sangat dia cintai dan sangat mencintainya.Wanita yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun.
Wajah Era bersemu merah meskipun mereka sudah 4 tahun menikah namun Era tetap saja malu saat digoda oleh suaminya.
" Yah sekarang ayah cerita,ayah kenapa?" Cecar Era.
Aris membenarkan letak duduknya,menatap istrinya sejenak.Memang apa yang terjadi dengan Langit itu buka urusannya,namun sebagai sahabat dia merasa punya wewenang untuk mengingatkan sahabatnya itu.
"Bund, menurut bunda kalau membawa ipar masuk dan tinggal dirumah kita itu baik atau tidak dan kasih penjelasan ayah alasannya."
Mendengar pertanyaan dari Aris,Era lantas menelisik wajah sang suami.
" Memangnya ipar siapa yang mau dibawa kerumah siapa? Bunda kan tidak punya adik,sementara ayah keluarga ayah dikampung mereka juga punya rumah masing-masing."
Jawaban Era justru membuat Aris terkekeh.
" Ko ketawa yah! Ini bunda serius loh,ayah tuh lagi ngajakin becanda atau gimana.Bunda kan tanya ada masalah apa,ayah malah bahas ipar.Ipar adalah maut ayah!" Celetuk Amera.
" Ya itu yang coba ayah jelaskan sama Langit bund."
Aris lalu menyandarkan punggungnya disofa sesekali ia melirik kearah istrinya yang tampaknya tengah berfikir.
" Ada apa dengan Langut yah,apa hubungannya dengan ayah yang pulang terlambat dan ipar siapa yang mau dibawa kerumah siapa?" tanya amera.
" Begini bund Langit....."
Aris menceritakan semuanya kepada istrinya apa yang dia tau dan dia lihat tanpa mengurangi dan menambahkan ceritanya.
Amera terlihat serius mendengarkan cerita suaminya tentang apa yang terjadi pada sahabatnya.
Ekspresi amera berubah ubah sesuai dengan isi cerita Aris hingga akhirnya Era meminta suaminya untuk tidak melanjutkan lagi ceritanya.
" Kenapa disuruh berhenti bund?" Sungut Aris.
" Tanpa ayah jelaskan semuanya sudah jelas.Reba itu ada bibit pelakor,ayah harus bisa nashati Langit yah,kasian mba Rani.
Ingatan Era menerawang ke maslalunya,saat dia kecil ibunya terpaksa bercerai dengan suaminya lantaran ayahnya berselingkuh dengan adik sepupu dari ibu kandung era.
" Tapi apa ayah tidak mau dibilang sok ikut campur bund!"
" Tidak yah! Sebagai seorang teman ayah wajib mengingatkan teman ayah.Selamatkan rumah tangga temen ayah selagi bisa."
Ucapan Amera terus terngiang-ngiang ditelinga amar.
Pagi-pagi sekali Rani sudah siap untuk pergi kekantor sementara Langit masih meringkuk diatas tempat tidur.
Kebohongannya berlanjut,ingin rasanya Langit pergi kekantor tapi karena ucapan Rena ,Rani jadi melarangnya untuk pergi ke kantor.
" Mas aku tinggal ya ,mas dirumah baik -baik.Kalau ada apa-apa panggil saja Rena,mas bisa minta tolong ke dia.Semua makanan sudah siap dan obat mas aku taruh dinakas ya mas.Cup cup cup!"
Rani menghujami wajah suaminya dengan ciuman sebelum pergi kekantor.
Sementara Langit yang tak terbiasa bohong merasa bersalah pada istrinya.
" Hati-hati ya sayang,maafkan mas tidak bisa mengantar kamu.Kamu bawa mobil sendiri saja,pagi ini langit terlihat mendung dan sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.Kamu hati-hati dijalan." Setelah mengatakan itu Langit lantas kembali menutup tubuhnya dengan selimut hingga batas leher.
Rani pergi setelah berpamitan dengan Rena yang entah sedang apa didalam kamar karena Rani berulang kali memanggilnya namun Rena tak menampakan diri.
Deru mesin mobil terdengar begitu jelas hingga kedalam rumah,tak selang beberapa suaranya terdengar semakin menjauh.
Ceklek
" Kenapa kembali lag..."Langit menggantung ucapannya karena saat ia menolah bukan wajah sang istri melainkan wajah Rena adik iparnya.
" Mas udah enakan?" Tanya Rena,entah betul bentuk perhatian atau hanya modus semata.
" Sudah Ren,em ada apa?" Tanya Langit.
" Gapapa mas aku ...
Duaaaar jeegeeeer
Petir terdengar menggelegar Rena yang tengah berdiri diambang pintu kamar Langit lantas melompat begitu saja dan memeluk Langit yang tengah berbaring ditempat tidur.
" Mas aku takut!" Rintih Rena.
Entah benar-benar takut atau memang mencari kesempatan untuk berbuat seperti itu.
" Kamu takut petir?" Tanya Langit.
" Iya mas."
Hujan turun dengan derasnya disertai angin yang berhembus dengan kencang berbarengan dengan petir dan kilat yang menyambar nyambar seakan membelah langit dipagi itu.
Suasana mendadak gelap,hawa dingin makin terasa dan cahaya kilat yang masuk melalui celah jendela membuat Rena terlihat semakin ketakutan.
Greep
Langit terulur tangannya untuk membalas pelukan Rena.
Mata keduanya saling tatap dan tatapan yang berawal dari mata turun kebibir.
Langit seprti terhipnotis,dengan pelan wajahnya menunduk dengan perlahan.
Entah siapa yang memulainya dulu kini mereka saling melumat dan memagut,hening tak ada suara apapun lagi selain suara decapan dari keduanya yang diiringi rintik dan gemuruh diluar rumah.
Ciuman yang awalnya biasa semakin lama semakin panas,ciuman yang semakin lama menuntun dan menuntut.
Sementara Rani yang baru saja sampai dikantor merasakan gelisah dan tak karuan.
" Ada apa dengan hatiku!" Lirih Rani.
" Lo kenapa Ran?" Tanya tanya Vani saat melihat Rani memegangi dadanya.
" Gak tau van,ko dada gue rasanya sesek ya.Gue sedih,kepikiran sama mas Langit ya,gue ko kaya pengin pulang kaya lagi ada apa gitu dirumah." Keluh Rani.
" Emangnya dirumah Elo sekarang lagi ada siapa Ran?" Melihat gelagat Rani entah mengapa pertanyaan itu meluncur begitu saja keluar dari mulut Vani.
" Ade gue si Rena sama mas Mas langit,emangnya kenapa?"
" loh suami Lo gak ngantor Ran?" Vani begitu terkejut mendengar jawaban Rani.
" Gak dia demam semalem dan gue minta dia buat izin dulu sih sampe dia bener-bener sembuh.Lagian kasian dia sering lembur cape mungkin." Ujar Rani.
" Eh,ko elo jadi nanyain penghuni rumah si." kekeh Rani ditengah kepanikannya.
" Dan dia dirumah cuman sama ade lo gitu?" tanya Vani, kata-katanya penuh penekanan.
" Em,emangnya kenapa? Ada yang salah gitu?" Tanya Rani dengan polosnya.
" Jelas ada Ran! Astaga Lo polos atau bego si Rani! Lo undang petaka dirumah Lo sendiri.Rani Lo pernah dengar gak kalau ipar itu maut?" tanya Vani.
" Pernah si,tapi ade gue gak mungkin gitu kali van.Ya kali dia mau tega sama gue,itu cuman ada di sinetron Vani.Duh kebanayakan nonton sinetron nih!" Ujar Rani dengan santainya.
Namun tanpa dia tau dirumahnya suami dan adik kandungnya tengah merengguh kenikmatan diatas tempat tidur dan mereka tengah berbagai keringat.
Dengan cahaya kilat dan suara deresnya air hujan membuat Rena leluasa mendesah dan merintih kala merasakan nikmatnya mendapatkan Hujaman Hujaman dari Langit.Bahkan keduanya sama-sama tak memikirkan ada janin yang harus dijaga didalam perut Rena.
Mereka terbuai dengan hasrat yang menggebu dan menggelora seakan keduanya begitu haus akan kenikmatan seperti itu.
Mereka begitu larut dan menikmati satu sama lain.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."