"Oke. Dua Cinnamon Pumpkin Chai latte," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue perhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh!"
"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya ... gila, ketus banget.
Gue sempat bengong.
"Bukan gitu. Lo, kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian aja," jelas gue santai.
"Gue enggak mau minuman gratis. Skip aja!!"
Ya ampun, ribet banget hidup ini cowok?
"Ya udah, bebas," balas gue sambil mengangkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarkan, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, enggak?"
"Gue bayar dua-duanya!"
Oke, keras kepala.
"Seratus sebelas ribu," sahut gue sambil sodorkan tangan.
Dia malah lempar duit ke meja. Mungkin jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.
Masalah dia apa, sih?
────୨ৎ────
Dear, Batari Season IV
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Hati
"Oke," keluh gue. "Gue siap."
"Enggak masalah, kan kalau gue latih Ailsa di ring sebelah?"
"Iya, santai aja. Siapa tahu dia dapat inspirasi." Gue naikan alis sambil senyum jail.
Dia gigit bibir bawahnya, terus tersenyum. Pingko menatap bolak-balik antara kita lalu terbatuk-batuk.
"Oke, deh. Gue cabut dulu. Ada klien sekarang, kita ketemu sejam lagi."
"Oke." Ailsa berdiri. "Gue harus pesan beberapa barang dulu, ganti baju, terus balik lagi ke sini."
"Sampai nanti." Pingko pun jalan keluar.
"Eh, hampir lupa. Gue mau cerita soal riset yang gue lakuin. Gue nemu beberapa resep yang kayaknya cocok buat lo. Gue mau masak satu malam ini. Kalau lo mau, datang aja dan lo bisa nyobain."
"Jadi, lo ngajak gue dinner nih?" Gue tersenyum.
"Gue cuma ngajak lo nyobain salmon. Gue udah bilang, gue enggak bakal jalan sama lo, sebelum lo jelasin, kenapa lo benci banget sama keluarga gue."
"Ya, gue juga enggak bakal jalan sama lo sebelum lo jelasin kenapa lo sampai pingsan waktu itu di gym gue."
Apa, sih yang gue lakukan?
"Jadi ya udah, dong! Kan, kita cuma makan salmon aja."
"Oke." Gue berdiri. "Latihan gue bakal lama, jadi gue mampir kalau udah selesai, ya?"
"Siap. Dan kalau lo butuh partner latihan, tinggal panggil aja."
Gue geleng pelan. "Santai dikit, jagoan. Gue enggak bakal masuk ring sama lo!"
"Lo takut sama gue ya, Nauru?"
Dia enggak tahu saja.
Dia benar-benar bikin gue takut.
Cara dia bikin gue ereksi.
Cara dia bikin gue pingin cium dia.
Semuanya.
Dia keluar dari ruangan, dan HP gue berbunyi. Nama adik gue, Lily, muncul di layar.
...☎️...
"Hey,"
Gue bicara sambil jalan ke ruangan ganti buat ganti baju latihan.
Gue dekat banget sama Lily, dan kita sering ngobrol beberapa kali seminggu. Keluarga gue sudah terima kabar soal pertarungan ini, walaupun Mama enggak bisa menahan tangis waktu mendengarnya.
Kita sudah bahas soal itu waktu makan malam, terus gue menelepon Lily dan ceritakan semuanya lagi. Tapi mereka mengerti keputusan gue, dan walaupun mereka enggak terlalu senang, mereka tetap bakal dukung gue.
^^^"Hai! Gue baru aja beli majalahnya. Gila, Lo, Ru ... Lo ada di cover majalah, Men! Teman sekamar gue semua pada kaget."^^^
"Ya udah, lihat aja nanti mereka masih kaget enggak setelah melihat pertarungan gue."
^^^"Lo tuh Nauru The Rabbit Boy! Enggak ada yang latihan sekeras lo."^^^
"Ya, karena itu doang yang bisa gue lakuin, kan?"
Gue ambil tas olahraga dari loker, taruh di bangku.
^^^"Eh, kak Octa nulis artikelnya keren banget. Bagus. Gue bangga sama lo."^^^
"Makasih. Kuliah lo gimana? Kimia masih sulit, enggak?"
Soalnya beberapa malam lalu dia menelepon sambil menangis gara-gara pelajarannya susah banget.
^^^"Iya, gue benci banget. Tapi kuliahnya seru. Gue enggak sabar lo datang lagi ke sini."^^^
"Iya, gue bakal ke sana abis pertarungan ini. Sekarang gue harus fokus sama kerjaan gue."
^^^"Oke. Ada lagi yang mau lo ceritain?"^^^
"Maksud lo?"
^^^"Nyokap bilang kayaknya ada sesuatu antara lo sama Ailsa Batari."^^^
Gue jelas gagal menyembunyikan hal itu dengan baik. Dan padahal memang enggak ada apa-apa, sumpah.
Gue tahu gue bisa ngomong apa saja ke Lily, soalnya dia itu sudah seperti nyokap gue sendiri. Mereka enggak pernah nge-judge. Walaupun mereka enggak suka sama cewek-cewek yang pernah gue pacari dulu, mereka tetap dukung gue. Tapi Ailsa berbeda. Jadi gue enggak heran mereka antusias banget sama dia. Mereka pasti suka.
Siapa, sih yang enggak suka Ailsa?
Ya ... kecuali keluarganya dan adiknya yang bego itu. Sial, jelas semua orang suka sama dia.
"Enggak ada apa-apa, kok."
Tapi gue sendiri enggak yakin sama omongan gue barusan.
Dia langsung menjerit, gue sampai harus jauhkan HP dari kuping.
^^^"Tapi … sebenarnya, Lo N A K S I R, kan?"^^^
"Gue juga enggak tahu. Bakal aneh banget enggak, sih? Kalau gue duduk di meja makan bareng keluarganya lagi, setelah semua yang mereka lakuin dulu?"
^^^"Itu semua salahnya Caspian. Dia emang berengsek. Tapi itu bukan berarti Ailsa enggak baik. Gue suka sama dia. Mamanya juga baik banget."^^^
"Tapi sekarang bukan waktunya. Gue harus fokus buat pertarungan ini. Enggak mau diganggu."
^^^"Ya, lo enggak bisa ngatur kapan seseorang bakal muncul di hidup lo dan bikin lo jatuh hati,"^^^
"Enggak ada yang bisa bikin gue jatuh hati."
Bahkan gue sendiri enggak percaya sama kata-kata yang baru saja gue ucapkan.
Soalnya Ailsa Batari, jelas-jelas sudah bikin gue jatuh hati.
sampe Nauru akhirnya mau minuman gratis di cafe Ailsa 🤭
walau di cerita awal, Caspian itu adiknya tapi disini jd kakaknya, gpplah. mohon lanjutannya Thor 🙏🙏🙏🙏