Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Siksaan Berat
Nobel terus berlari kencang menuju ke lantai bawah rumah ini.
Setiap pikirannya terus terfokus pada Cornelia yang tiba-tiba menghilang dari ruangan tengah saat Nobel mempersiapkan makan malamnya.
Langkah Nobel tergesa-gesa tak teratur saat dia menyusul Cornelia.
Setiap anak tangga yang dia lalui terasa sangat lama baginya, sehingga Nobel bertindak cepat dengan menghilangkan dirinya untuk berpindah tempat.
Sret..., hembusan angin bertiup cukup kencang saat Nobel berpindah tempat ke lantai bawah.
Pada saat Nobel hampir sampai didekat kamar Lakas, dia melihat Cornelia sedang berlari kesana.
"Cornelia !" panggilnya terkejut panik.
Nobel sempat tertegun saat melihat Cornelia berada disana menuju kamar tidur Lakas.
"Astaga..., dia kesurupan jiwa Lakas rupanya...", gumam Nobel.
Tampak Nobel bergegas berlari mengejar Cornelia yang berlari ke arah kamar tidur milik Lakas.
"Cornelia !!!" teriak Nobel.
Nobel segera menyusul gadis kecil itu, berusaha meraih tangannya dengan susah payah.
Dorongan kuat terasa disekitar mereka dari arah kamar tidur milik Lakas, dan Nobel merasakan tubuhnya sangat berat saat melaju ke arah kamar itu.
"Cornelia berhenti !!!" cegah Nobel sembari terus bergerak cepat.
Tampak tubuh Nobel setengah melayang diudara ketika dia bergerak menuju ke arah kamar tidur milik Lakas saat mengejar Cornelia.
Nobel bergerak sangat cepat dengan berusaha meraih tubuh kecil Cornelia agar dia tidak terperangkap dalam kamar tidur milik Lakas.
"Cornelia... !!!" panggil Nobel sembari terus bergerak pergi.
Tangan Nobel berusaha menggapai tubuh Cornelia yang mulai terdorong kuat ke dalam kamar milik Lakas berada disana.
"Demi cahaya malam, kembalilah padaku, Cornelia !" gumam Nobel cemas.
Untungnya Nobel mampu mengejar Cornelia, dengan cepatnya dia meraih tubuh kecil milik gadis berusia sepuluh tahun itu.
Nobel segera membawa pergi Cornelia dari ruangan dilantai bawah sedangkan Cornelia terlihat terus meronta-ronta keras, berusaha melepaskan diri dari pegangan Nobel yang membawanya pergi.
"Tidaaaak... !!! Lepaskan aku... !!!" teriak Cornelia sambil terus menjerit-jerit.
Nobel tidak memperdulikan teriakan histeris Cornelia, karena dia tahu kalau gadis itu dalam pengaruh jiwa Lakas yang merasukinya.
Rupanya Lakas rindu ingin bertemu dengan Cornelia sehingga jiwa milik Lakas merasuki tubuh gadis kecil itu.
Nobel hanya bisa terpejam sedih saat membawa paksa Cornelia menjauh pergi dari lantai bawah rumah itu.
Hatinya turut tersiksa karena harus memisahkan Cornelia dengan Lakas.
Namun, dia harus melakukannya karena keadaan Cornelia masih terlalu kecil untuk Lakas, dan terpaksa mereka berdua berpisah sementara waktu lama.
Masih terdengar jeritan histeris dari Cornelia yang menyayat hati.
Tangisannya pecah hingga membuat Cornelia menangis berderai-derai.
Pemberontakan terus dilakukan oleh Cornelia saat dia ingin melepaskan dirinya dari Nobel tapi dia tidak mampu melakukannya.
Nobel terus bergerak pergi sembari membawa Cornelia menuju ke kamarnya, tanpa mempedulikan lagi jeritan sedih milik Cornelia.
Tugas Nobel mulai terasa berat karena dia harus menyembuhkan pengaruh jiwa milik Lakas yang merasuki Cornelia.
Butuh berhari-hari untuk menyembuhkan gadis itu, sebab darah miliknya telah bercampur satu dengan tubuh Lakas yang menginginkannya selalu ada untuknya.
Nobel membawa masuk Cornelia ke dalam kamar tidurnya lalu membaringkan gadis kecil itu kw atas tempat tidurnya.
Bibir Nobel terlihat bergerak komat-kamit seperti sedang membaca mantra khusus lalu muncul sinar terang dari arah telapak tangan milik Nobel yang memancar ke arah tubuh Cornelia.
Tiba-tiba saja, seluruh tubuh milik Cornelia diselimuti oleh cahaya mantra yang menyilaukan mata.
Mulai muncul kalimat-kalimat mantra yang membungkus seluruh tubuh Cornelia seperti membentuk jeruji pelindung yang menaungi tubuh gadis kecil itu.
Sorot mata Cornelia mulai meredup sayu, perlahan-lahan pandangan matanya mulai tertutup rapat.
Keadaan menjadi sangat tenang saat Cornelia berhasil ditenangkan oleh Nobel.
Sesaat Nobel melihat senyum milik Lakas dari jiwa yang keluar ditubuh Cornelia.
"Tuanku...", gumam Nobel sedih.
Tampak asap tipis bergerak menjauh dari tubuh milik Cornelia lalu pergi menghilang.
Nobel sempat memperhatikan jiwa tersesat itu pergi dan kembali ke tempat asalnya dia bersemayam.
"Tenanglah disana sampai waktu itu tiba, tuanku...", gumam Nobel.
Nobel mengibaskan tangannya setelah jiwa milik Lakas pergi dari ruangan kamar ini.
Kembali perhatiannya tertuju pada Cornelia yang terkurung oleh mantra pelindung.
"Apakah aku harus mengurungnya tapi sampai kapan ?" gumam Nobel saat memperhatikan ke arah Cornelia yang berbaring diam.
Nobel menyalakan seluruh ruangan tidur milik Cornelia dengan terangnya cahaya lilin yang jumlahnya sangat banyak.
"Selamat tidur Cornelia... Semoga kau mimpi indah...", bisik Nobel.
Nobel bergegas pergi dari ruangan kamar tidur milik Cornelia setelah menyalakan seluruh ruangan itu dengan nyala lilin terang.
Lilin-lilin khusus sengaja dinyalakan oleh Nobel sebagai alat pelindung jiwa Cornelia agar tidak dirasuki oleh Lakas.
Lakas mampu kembali meski raganya terkungkung oleh segel mantra kuat dalam bentuk jiwa yang memasuki celah mimpi.
Pangeran vampir itu dapat menemui Cornelia saat gadis itu terlelap nyenyak dalam tidurnya yang damai.
Dengan lilin-lilin pelindung itu maka Lakas tidak akan dapat memasuki celah mimpi Cornelia, dia akan menjauh dari panasnya aura lilin-lilin tersebut.
Malam semakin larut mencekam sejak Cornelia dirasuki oleh jiwa milik Lakas yang menginginkan dirinya bersama dengnnya dalam ruangan tersegel yang ada dilantai bawah sana.
Memaksa Nobel harus melindungi Cornelia dari pengaruh jiwa Lakas.
"Sampai waktu itu tiba, kumohon tetaplah sabar disana...", ucap Nobel.
Tampak Nobel telah berdiri tepat didepan pintu kamar tidur milik Lakas yang tersegel mantra pelindung itu.
Sorot matanya sangat sedih ketika melihat keputusan yang diambil olehnya untuk Lakas, dengan terpaksa mengurungnya dalam peti mati didalam kamar itu.
Tidak pernah terbersit olehnya kalau dia akan mengurung Lakas seperti ini.
Nobel menghela nafas panjangnya sembari terus mengawasi kamar yang ada dihadapannya.
Meski sorot matanya menyimpan kesedihan yang sangat dalam tetapi ada sebuah harapan besar terhadap perkembangan hubungan Lakas dengan Cornelia dimasa depan nanti.
Suatu hal yang paling diharapkan serta ditunggu-tunggu oleh kekaisaran vampir di masa mendatang nanti, tentang pemimpin baru klan mereka di masa depan.
Sayup-sayup terdengar desir suara angin disekitar ruangan lantai bawah dimana Lakas berada terkurung.
Kesunyian terasa kuat diarea luar kamar tidur milik Lakas yang bersegel oleh mantra itu.
Kalimat-kalimat mantra yang menyelimuti seluruh kamar tersebut masih terlihat kuat memancar bersinar terang saat melindungi tempat itu.
Sampai sepuluh tahun kemudian...
Tempat itu masih terlihat sama seperti dulu.
Sret... Sret... Sret...
Tampak seseorang sedang menyapu ruangan dilantai bawah.
Wajahnya terlihat ceria sembari bersenandung senang, sedangkan kedua tangannya terus bergerak cepat menyapu jalan diarea tersebut.
Udara terasa dingin tiba-tiba dirasakan olehnya, sontak membuat remang seluruh bulu kuduknya saat dia membersihkan lantai diarea kamar.
"Kenapa mendadak aja aku merinding seperti ini ?" gumamnya bingung.
Orang itu lalu mengedarkan pandangannya ke arah kamar yang ada didekatnya.
"Kenapa kamar ini penuh dengan mantra dan terantai kuat ?" gumamnya penasaran.
Rasa penasaran mulai menghinggapi hati kecilnya sehingga dia bergerak menghampiri pintu kamar yang tersegel itu.
"Tempat apakah ini !?" gumamnya penuh tanya serta selidik.
Orang yang sedang memegang sapu itu lalu berdiri sembari mengamati pintu didepanya dengan seksama.
Diamatinya setiap mantra yang menyegel pintu tersebut dengan pandangan terheran-heran.
"Buka pintu ini... Tolong aku... !!!"
Terdengar suara memilukan dari dalam kamar tidur milik Lakas.
"Siapa ?" jawab orang yang berada diluar kamar menyahut panggilan suara aneh dari dalam kamar.
"Tolong lepaskan rantai didepan pintu itu !"
Kembali suara asing dari dalam kamar meminta orang diluar ruangan kamar untuk membukanya.
"Siapa disana ?" tanya orang itu penasaran.
"Aku Lakas..., tolong aku..., aku tidak bisa keluar dari kamar ini karena seseorang telah mengurungku...!"
Suara dari dalam kamar kembali terdengar lagi.
"Untuk apa aku harus menolongmu ???" tanya orang diluar kamar penuh keheranan.
"Sebab aku lapar dan aku belum makan sejak kemarin malam..., kumohon tolong aku...!"
Sahut suara asing dari dalam kamar itu terdengar lagi menggema diiringi oleh suara keras yang aneh.
Orang diluar kamar sontak ketakutan saat mendengar suara gaduh dari dalam kamar milik Lakas, dia berjalan mundur lalu berlari kencang meninggalkan kamar tersebut dengan lari tunggang langgang pergi.