Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Menyayat hati
Saat tiba di kediaman orang tuanya, Arumi terlihat pucat saat berjalan mendekati pintu gerbang dengan tubuh gemetaran.Apalagi satpam itu menatap ke arahnya .
" Non, Arumi?" Apa benar ini kamu?" Satpam itu sampai pangling atas perubahan penampilan Arumi.
Anak majikan yang dulu di kenal suka berpenampilan seksi sekarang berubah drastis dengan menutup auratnya.
" Iya, ini aku, Pak.Apa boleh aku masuk?"
"Tentu saja.Ini, kan rumah Non Arumi juga,"kata satpam dengan membuka pintu gerbang.
"Bukan.Ini rumah ayah dan Mami.Aku datang kemari ada keperluan dengan Ayah.Apa dia ada di dalam?" tanya Arumi.
"Kalau Ayah Non, belum pulang.Sementara Mami Non, ada di kamarnya yang lagi sakit.Dia itu sa-----"
Arumi bergegas masuk saat mengetahui maminya sakit.Dia segera menaiki anak tangga lalu masuk ke kamar lalu mendekati maminya yang kini berbaring di tempat tidur.
"Mami sakit apa?" tanya Arumi lirih hingga tak terasa butiran bening mengalir di sudut matanya.
Sebagai anak, ada rasa bersalah di dalam dirinya atas apa yang dilakukan di masa lalu.Apalagi melihat sang Mami lagi sakit membuat dia semakin sedih.Sementara Aleta melihat anak semata wayangnya langsung bangun kemudian memeluk putrinya.
Aleta ikut meneteskan air." Arumi,Mami sangat merindukan kamu sayang.Selama ini kamu kemana saja?"
Ya beberapa hari ini, Aleta selalu kepikiran Arumi hingga makan pun tak enak dan tidur pun tak nyenyak membuat tubuhnya lemas. Apalagi dia memiliki penyakit asam lambung.Namun saat ini, dia sudah lebih mendingan setelah minum obat dari dokter.
"Aku juga sangat merindukan Mami," ucap Arumi dengan suara Isak tangis.
Saat penuh haru antara anak dan Mami.Seketika tangan Arumi di tarik begitu kasar menjauh dari dekapan sang Mami.
" Ayah.."
"Jangan pernah panggil aku sebutan ayah! Kamu itu bukan putriku lagi.Jika kamu datang kesini ingin kembali ke rumah ini,mending kamu pergi dari sini!" usir Irawan dengan penuh penegasan.
Kalimat yang diucapkan Irawan sangat menyayat hati Arumi sebagai anak yang tidak dianggap lagi oleh ayahnya sendiri.
Tentu saja Aleta marah hingga mendekati suaminya."Apa-apaan sih,Pi? Arumi itu tetap putri kita sampai kapan pun.Lagi pula Papi sendiri telah mengizinkan Mami untuk bertemu dengan Arumi? Sekarang dia ada di sini! Tapi kenapa Papi menginginkan dia pergi dari rumah ini?"
"iya bener,Mi.Tapi bukan berarti dia boleh tinggal di rumah.Apa Mami lupa atau pura-pura lupa?"kesal Irawan,sebelumnya dia pernah membahas ini pada istrinya.
"Terserah.. Papi mau bilang apa? Pokoknya Arumi harus tetap tinggal di rumah.Titik!!" tegas Aleta.
"Tidak,Mi!Dia harus pergi dari rumah ini sekarang juga!Titik!!" Irawan tetap dengan pendiriannya.
" Papi besar egois! Egois! Tidak punya perasaan dengan anak sendiri!" umpat Aleta yang terlihat kesal.
"Justru Mami yang egois.Bukan papi," bantah Irawan.
Melihat hal itu,membuat Arumi semakin sedih."Aku mohon...Mami dan ayah jangan berdebat lagi.Aku datang ke sini, bukan untuk tinggal di rumah ini.Aku hanya ingin ayah menandatangani dokumen ini,"ucapnya dengan memberikan dokumen tersebut.
Hingga mereka tercengang atas pernyataan Arumi.Rupanya ada maksud lain dengan kedatangan putrinya.Hal itu, membuat Aleta kecewa.Dia mengira kehadiran Arumi untuk menemui dirinya, tapi nyatanya tidak seperti yang dia pikirkan.Sementara Irawan mengambil dokumen itu lalu di lempar ke arah putrinya hingga berhamburan.
"Ambil dokumen itu! Katakan pada bos kamu itu, aku tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki sekertaris seperti kamu yang begitu ceroboh."Irawan tidak suka jika putrinya menjadi karyawan di perusahaan Angga.
Tetapi Arumi tidak merespon ucapan ayahnya.Dia justru mengambil dokumen itu di lantai lalu pergi.Karena wanita itu tidak tahan lagi berada di hadapan ayahnya yang terus menunjukkan ketidaksukaan terhadap dirinya membuat hatinya semakin sakit dan perih di dada.
Sementara Aleta hanya menatap kepergian Arumi.Jika saja putrinya mengatakan ingin bertemu dengan dirinya,mungkin dia masih bisa menahan Arumi untuk tidak pergi.
++++
Bukan sampai situ saja, Arumi masih berusaha datang di rumah klien Pak Angga yang lain.Dia berharap, salah satu dari mereka mau tanda tangan dokumen kerjasama di perusahaan Angga.Namun mereka menolak hingga Arumi harus kembali ke perusahaan tanpa mendapatkan tanda tangan.
"Bagaimana? Apa kamu mendapatkan tanda tangan mereka?" tanya Angga.
Arumi menggelengkan kepala." Maaf,Pak Angga. Aku tidak bisa membuat mereka kerja sama dengan perusahaan ini," sahut Arumi dengan menundukkan kepalanya.
"Ya sudah,jangan selalu minta maaf.Lagi pula kamu sudah berusaha.Oh..iya kamu pasti belum makan? Ayo, kita pergi makan!" ajak Angga hingga Arumi menerima ajakan tersebut.
Saat lagi makan di Restoran,Arumi kepikiran dengan tulisan nama Arumi dan Gilang yang ada di meja makan di Apartemen Angga hingga wanita itu menanyakan hal itu pada bosnya.
"Apakah Apartemen yang aku tempati sekarang bersama Aqilah punya Pak Angga sendiri atau sebelumnya punya orang lain?"tanya Arumi dengan tatapan selidik.
"Apartemen itu punya keluarga aku,Rum.Kenapa? Apa ada yang menggangu kamu di Apartemen itu?"pikirnya.
Arumi menggelengkan kepala." Apa di keluarga Pak Angga memiliki nama Gi---"
" Bunda..." teriak Aqilah.
Ucapan Arumi terhenti."Eh..Aqilah sayang.Kenapa kamu bisa ada di sini?" Arumi terkejut dengan kedatangan putrinya.
" Sama ibu guru nduk, Bunda,"ucap Aqilah sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Sasha.
" Uuss.. tidak boleh ngomong seperti itu"tegur Arumi nanti Sasha tersinggung.
Tetapi Angga menatap heran kehadiran Sasha di Restoran bersama Aqilah." Dari mana kamu tahu, kalau kita ada di sini?" tanya Angga menatap sahabatnya.
"Sudah berulang kali aku menelpon kamu,Ga.Tapi kamu tidak menerima panggilan telepon aku sama sekali.Padahal Aqilah terus menangis dan ingin bertemu dengan bundanya.Aku pun berpikir untuk datang ke perusahaan kamu ,tapi kamu tidak ada di sana hingga aku bertemu dengan Al dan dia mengatakan kalian ada di Restoran di dekat perusahaan hingga aku pergi kesini bersama Aqilah.Apa aku boleh duduk ?" ucap Sasha yang ingin juga bergabung makan bersama mereka di Restoran.
" Duduk aja,Sha!" ucap Arumi.
"Bunda,apa Aqilah juga boleh duduk?" tanya Aqilah hingga Arumi menjawab dengan anggukan kepala.
"Tentu saja boleh! Bahkan Aqilah boleh pesan makanan apa saja yang ada di Restoran ini,"ucap Angga.
"Aqilah, mau ayam goreng crispy,Om," kata Aqilah.
" Pelayan! Ayam goreng crispy satu.Kalau kamu ,Sha?"
"Aku mau bakmi ayam, ayah goreng crispy, cireng sayur ,batagor dan jus lemon," ucap Shasa.
Hal itu, membuat pelayan dan Arumi tercengang termasuk Angga."Yang benar saja,Sha? Kamu bisa makan itu semua? Jika seperti ini caramu, kamu itu akan semakin gendut dan membuat kamu sulit mendapatkan pasangan.Apa kamu mau selamanya menjomblo?"
Angga memberi nasehat terhadap sahabatnya untuk mengurangi porsi makan agar lebih kurus.Karena selama ini,Sasha tidak pernah menjalin kedekatan seorang pria manapun karena tak ada pria yang tertarik dengan dirinya karena bentuk tubuhnya terlalu besar.
"Oh...iya, kita ini sama-sama jomblo,Ga.Bagaiman kalau kamu sama aku aja?" ucapnya membuat Angga sontak terkejut.
Sebenarnya Sasha sudah lama menyukai Angga sejak mereka masih sekolah di bangku SMA.Hanya saja, wanita itu tidak pernah mengungkapkan isi hatinya karena takut Angga menolak dirinya.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..