NovelToon NovelToon
Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Lelaki Di Persimpangan Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: She Amoy

Pernikahan Raina dan Riko menjadi kacau karena kehadiran mantan kekasih Raina. Terlebih lagi, Riko yang sangat pencemburu membuat Raina tidak nyaman dan goyah. Riko melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan istrinya. Namun, rasa cemburu yang berlebihan itu perlahan-lahan membawa bencana. Dari kehidupan yang serba ada menjadi tidak punya apa-apa. Ketakutan Riko terhadap banyak hal membuat kehidupannya menjadi konyol. Begitu pun dengan istrinya Raina, Ia mulai mempertimbangkan kelanjutan pernikahan mereka. Masa depan yang diinginkan Raina menjadi berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Amoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Rencana

Perdebatan kami cukup panjang saat itu. Bukan waktunya aku mengalah pada Riko, bukan saatnya aku diam.

“Lagipula ya Mas, kewajiban kamu terhadap anak itu bukan hanya mendidik, tapi makan dan pendidikan, juga kesehatan. Apa kamu pernah bertanya selama ini, dari mana biaya Aksa sekolah?” tambahku lagi.

“Loh Sayang, kamu kenapa enggak bilang kalau butuh biaya? Aku kan bisa minta sama Eyang Kakung!”

Riko mendekat dan mencoba meredakan amarahku dengan tatapan dan rayuan lembutnya.

“Eyang lagi.. Eyang lagi. Kenapa tidak pakai uang kamu? Tahu begini aku tidak akan mau berhenti kerja Mas!”

“Sama saja Sayang, mau uangku atau uang Eyang. Kita kan keluarga. Lagipula uangku itu buat jaga-jaga jika ada sesuatu yang darurat!” jelas Riko lagi.

“Mas, aku itu menikah dengan kamu. Bukan menikah dengan bapakmu! Kenapa harus dari Eyang kalau kamu juga mampu. Atau seharusnya kamu sebagai laki-laki berjuang untuk anak istri. Bukan mengandalkan orangtua yang harusnya kita beri!”

Riko berlalu tanpa berkomentar. Ia turun ke bawah, mengumumkan kalau Aksa akan pindah. Kudengar samar-samar pembicaraan mereka. Riko menjelaskan bahwa mertuanya, tak sanggup berpisah dengan Aksa.

Rasa hormatku terhadap suami semakin pudar. Tetapi untuk berpisah, rasanya aku pun belum siap. Belum siap menghadapi perceraian kedua kalinya. Belum siap membiarkan anak keduaku tumbuh tanpa ayah.

Aku pernah bertanya pada adikku yang lebih paham soal agama. Ia bilang rejeki itu datangnya dari Allah, jalannya boleh lewat siapa saja asalkan halal. Jadi kalau keluarga suami memberi itu juga rejeki. Selama bisa makan, disyukuri saja, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Begitu adikku menjelaskan. Dan itulah yang membuatku bertahan dan bersabar. Selama ini, kami memang tidak pernah kekurangan. Namun, sifat kikir Riko itulah yang membuatku merasa terburu-buru mengambil keputusan saat kami baru mengenal dulu.

Pagi itu, cahaya matahari merendah ke arah jendela. Jalanan basah sisa hujan semalam, menjadi jejak dan saksi bisu di antara kami yang semakin terdiam. Aku, Riko, Aksa dan Arkana, menikmati keheningan sepanjang perjalanan Jakarta-Bogor. Bukan Bogor, tepatnya di Parung. Namun, sebagian orang di luar Jabodetabek, mungkin belum familiar dengan daerah Parung yang terletak di kabupaten Bogor.

Kami sudah sampai di jalan raya Parung. Di samping pasar tradisional, ada jalan masuk belok kanan ke arah Gunung Sindur. Masih setengah jam lagi menuju rumah ibu. Rumah yang terletak di pedesaan itu, memang jauh dari keramaian. Hanya deru motor yang cukup sering berlalu lalang.

Rumah ibu terletak menghadap kolam ikan. Di sebrangnya, kubangun sebuah gazebo kecil yang biasa digunakan untuk bersantai. Pohon pisang berjajar sepanjang jalan setapak menuju gazebo itu. Ibu, yang terbiasa hidup dengan alam, tak pernah mau jika kuajak pindah ke daerah yang lebih ramai.

Di kampung ibu, sarana pendidikan tidak seperti di kota. Ada sekitar dua sekolah dasar negeri dan tiga bangunan taman kanak-kanak dekat sini. Untuk sekolah dengan tingkatan yang lebih atas, harus menempuh jarak sekitar tiga kilo dari rumah.

Sudah kusiapkan rencana untuk sekolah Aksa. Ada satu sekolah dasar swasta yang cukup bagus dengan fullday system. Artinya, Aksa akan besekolah dari pagi sampai sore. Sepertinya, Aksa akan sibuk dengan kegiatan sekolahnya nanti.

“Sini Cep Riko, ayo makan!” Ibu memanggil Riko dengan sebutan ‘Cep’. Budaya Sunda memang seperti itu. Kalau di Jawa, panggilannya ‘Mas’ atau ‘Gus’ atau ‘Den Bagus’. Entahlah, hanya itu yang kuketahui.

Hari itu, adik-adikku datang juga ke rumah ibu. Tak ada satupun yang bertanya soal kembalinya Aksa tinggal bersama ibu. Seakan mereka sudah paham dengan situasi yang terjadi di rumah Eyang.

“Sama aja ya Cep, yang penting anak betah. Mau di Jakarta atau di Bogor, nggak masalah kan Cep Riko?” Ibu membuka obrolan sambil mengambilkan pisang kesukaan Aksa.

“Iya Bu. Maaf ya, Aksa ternyata lebih suka tinggal sama neneknya,” ujar Riko.

Aku yang sedang menimang-nimang Arkana, hanya diam sambil mendengarkan. Setelah Riko, masuk ke dalam kamar untuk beristirahat, aku menarik lengan adikku ke depan teras rumah berwarna putih itu.

“Ini lamarannya. Tolong kirim ke PT. DANA Tbk,” aku memberikan amplop berwana coklat pada adikku Rama. Ia cukup andal jika kuminta pertolongan. Meskipun kesibukannya sebagai guru SMA, Rama selalu meluangkan waktu untuk keluarga.

“Apa nggak bisa lewat email? Terus ini dikirim ke cabang mana?”

“Sudah kirim lewat email, tapi mereka minta berkas aslinya juga yang sudah ditanda tangan dan legalisir. Terus, kirimnya ke cabang Parung aja, yang ada di samping pasar!” Aku berbisik agar Riko tak mendengar.

Rama memasukan amplop itu ke dalam tas laptopnya. Memang bukan kebetulan Rama datang hari itu. Sebelum aku berangkat ke Bogor, aku sudah mengirimkan pesan jadwal dia mengunjungi ibu digeser.

Beberapa rencana berbaris di kepala. Aku harus mendapatkan pekerjaan untuk masa depan anak-anakku. Tabunganku semakin menipis karena digunakan untuk biaya sekolah Aksa. Aku juga meragukan kemampuan Riko untuk menyusun masa depan. Jangankan, rencana sekolah anak-anak. Untuk biaya sehari-hari pun masih mengadalkan orangtuanya.

Sengaja aku mencari pekerjaan di daerah ini. Jika diterima, pekerjaan ini akan menjadi alasan agar aku bisa pindah ke rumah ibu dan tinggal bersama Aksa. Sudah cukup aku patuh sejak pertemuan pertama kami. Patuh untuk berhenti bekerja, patuh untuk tidak bergaul bersama teman-temanku, dan patuh untuk menerima segala kebohongan Riko. Kebohongan yang sulit dimaafkan. Kebohongan itu, lebih dekat dengan tipu muslihat.

Rencana berikutnya yang mampir di kepalaku adalah Krisna. Aku mendengar kabar yang mengejutkan. Kata Dini, Krisna tidak tertolong lagi, beliau meninggal ketika aku melahirkan Arkana. Tentu saja aku sedih, meskipun kesedihanku terobati karena kehadiran anak. Yang membuat ganjil adalah, kematian Krisna diberitakan di beberapa media. Seingatku, Krisna bukan pejabat yang sangat berpengaruh. Bagaimana pun, aku harus mencari di mana Krisna dimakamkan. Sudah satu tahun yang lalu Krisna meninggal, tetapi perasaanku seperti ada yang mengganjal. Entah mengapa.

Kami hanya menginap satu malam. Sebelum pulang, aku mendaftarkan Aksa ke sekolah. Untunglah, beberapa teman sekolahku dulu, mengajar di sana. Aku bisa melewati prosedur pendaftaran dengan mudah.

Awalnya, Aksa terlihat tidak senang dengan kepindahan ini. Tetapi ibuku memang tak bisa menyimpan rahasia. Ia jelaskan rencana ibunya pada anak sekecil itu. Untungnya Aksa paham. Tetapi ada yang kulupakan, hari itu, untuk kesekian kalinya, aku memberi Aksa sebuah harapan.

Di benak Aksa, mungkin saja ia berpikir terlalu mudah. Setiap minggu ibunya akan pulang. Dan tidak lama lagi, ibunya akan pindah ke Bogor karena urusan pekerjaan. Lalu kami akan tidur berpelukan semalaman. Betapa miris mimpi itu, mimpi yang aku sendiri pun belum tahu, apakah akan menjadi kenyataan.

Kami pamit pulang. Kuturunkan tubuhku agar sejajar dengan Aksa. Kupeluk badannya yang kurus meskipun makanannya terurus. Kutatap matanya yang sayu dan penuh kerinduan. Anak itu, jarang sekali berkata-kata. Segala keinginan yang ada di benaknya, seringkali ditahan dan disimpan di dalam dada.

Ada kaca-kaca bening mengkristal di ujuk pelupuk itu. Perlahan jatuh, setetes demi setetes. Tapi Aksa tak ingin membuat ibunya sedih. Ia pun sedikit tersenyum dan berkata,

“Aksa seneng di sini Mih, Mamih ke Jakarta aja sama Papih. Aksa banyak teman-teman kok di sini!”

Kucium tangan ibu. Kupeluk Aksa sekali lagi. Dalam hati, ada doa yang kurapalkan diam-diam. Semoga aku segera mendapat pekerjaan. Semoga aku bisa berkumpul dengan Aksa dan Ibu.

Sementara itu, Riko mengulurkan tangannya pada Ibu dan adik-adikku. Beberapa lembar uang ratusan ia berikan pada Aksa dan ibu.

“Ini buat jajan Aksa, dan ini buat Ibu ya!”

Dalam hati aku berkata: “Mas, bayar utang Mas. Mas, uang belanja mana Mas!”

Baru saja kulangkahkan kaki tepat di depan pintu rumah Eyang. Terdengar suara tawa dan obrolan Eyang, Ria, dan Ima dari ruang makan. Bayi mungil yang sedang kugendong itu, terbangun setelah tidur sepanjang perjalanan.

“Assalaamualaikum!” sambil masuk kucium tangan Eyang putri.

“Waaalaikumsalam! Sini Na, duduk sini. Mas Riko sini juga!”

.

1
pembaca setia
bagus ih ceritanya. ayo lanjutkan Thor
Fathan
lanjut thor
Fathan
bagus banget ceritanya. relate sama kehidupan nyata dan gak lebay.
Fathan
pusing banget tuh anak
Fathan
bodoh
Fathan
tinggalin ajaaa
Fathan
rAina bodoh
Fathan
ngeselin rikooo
Fathan
menarik nih, seru
Fathan
rapi bahasanya
pembaca setia
ceritanya menarik. mengungkap sebuah kejujuran perasaan penulis. Bahasa rapi dan minim typo. rekomendid novelnya
Sunshine🤎
1 like+subscribe untuk karya mu Thor. semangat trus sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain, dan jangan lupa promosiin karya agar popularitas meningkat/Good/
SheAmoy: makasih kakak
total 1 replies
anggita
like👍+☝iklan buat author.
SheAmoy: makasih kak
SheAmoy: makasih banyak kakak
total 2 replies
SheAmoy
thanks kak
Necesito dormir(눈‸눈)
Makin lama makin suka, top deh karya thor ini!
SheAmoy: makasih kaka
total 1 replies
Black Jack
Saya benar-benar tenggelam dalam imajinasi penulis.
pembaca setia: menarik banget nih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!