NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 DBAP

Arsen membanting pelan pintu ruang kerja saat mereka masuk. Suara klik kunci terdengar jelas, membuat Naya refleks menoleh. Jantungnya mencelos. Ia berdiri canggung di dekat pintu, sementara Arsen membelakanginya, kedua tangannya bertumpu di meja, tubuhnya membungkuk sedikit, menahan gejolak emosi.

Hening menggantung tebal di antara mereka.

Naya menggenggam ujung blazernya, ragu harus bicara atau tetap diam. Ia belum pernah melihat Arsen seperti ini, bukan marah yang meledak-ledak, melainkan kemarahan dingin yang menusuk perlahan, jauh lebih menakutkan.

“Paman...” Naya memanggil pelan, suaranya nyaris berbisik. “Apa ada yang salah? Kenapa Paman marah?"

Arsen tidak menjawab. Bahunya naik turun pelan, menahan napas panjang. Lalu ia berbalik, menatap Naya dengan sorot mata gelap yang membuat gadis itu mundur setapak tanpa sadar.

Pertanyaan sederhana itu justru mengguncang hati Arsen. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, menahan gejolak rasa yang tak bisa lagi disangkal.

“Kamu masih tanya?” suaranya terdengar parau, penuh ketegangan.

Naya menggigit bibir bawahnya. “Ya... karena aku nggak tahu apa salahku. Tadi aku cuma…”

Suaranya melemah saat Arsen memotong, nada bicaranya dalam dan berat. “Tadi kamu apa? Cari perhatian dari orang lain?”

Naya membelalak. “Bukan! Aku nggak cari perhatian! Aku cuma... mau belajar. Biar nggak sia-sia nungguin Paman!”

Tanpa sadar, nada Naya meninggi, matanya berkaca-kaca. Ia merasa dipersalahkan tanpa alasan yang jelas, dan itu menusuk perasaannya.

Arsen mendekat perlahan, langkahnya berat namun pasti, seperti predator yang sudah menentukan buruannya.

Kini jarak mereka hanya tinggal setengah meter.

“Kamu bahkan nggak sadar..." bisik Arsen, suaranya serak, "cara kamu lihat dia... cara kamu senyum ke dia... itu cukup buat orang salah paham."

Naya membeku di tempat. Ia tak tahu apakah harus merasa takut, tersentuh, atau justru marah.

“Salah paham apa? Aku cuma... menghargai dia...” gumam Naya pelan, hampir tak terdengar. “Aku nggak ada maksud apa-apa...”

Arsen menarik napas dalam-dalam, lalu dengan gerakan cepat, ia menggenggam pergelangan tangan Naya, menariknya mendekat hingga napas panasnya menyapu kening gadis itu.

"Jangan pernah lagi," bisiknya, dingin namun bergetar, "senyum sembarangan ke lelaki lain."

Naya menahan napas, tubuhnya kaku dalam genggaman Arsen. Ia bisa merasakan degup keras di dada pria itu, seirama dengan jantungnya sendiri yang berdetak kacau.

"Tapi kenapa, Paman? Lagian aku ini wanita yang sebentar lagi bakal sendiri. Apa salahnya dekat sama orang lain?" jawab Naya seenaknya.

Dada Arsen naik turun. "Tapi sekarang kamu masih istriku kan? Apa kamu yakin kalau kamu bakal sendiri sebentar lagi?"

"Loh... bukannya pacar Paman itu sudah datang? Pastinya aku akan segera pergi, kan?"

Dahi Arsen mengerut. "Pacar?"

"Iya, tadi yang ke rumah."

"Jadi kamu tadi pagi marah begitu saja tanpa alasan karena Bella?" tanya Arsen.

Naya diam, tak lagi mau meladeni Arsen yang terang-terangan menyebut nama Bella.

"Nay, Bella memang pernah ada dalam hidupku... itu dulu, tujuh tahun yang lalu. Sekarang aku tidak mungkin bersama dia, Nay. Karena sekarang aku sudah ada kamu," ucap Arsen.

"Paman, maksudnya karena aku apa?" tanya Naya pura-pura tidak mengerti, meskipun tidak bisa dipungkiri di hatinya ada rasa lega karena Arsen tidak memilih Bella melainkan dirinya.

Arsen berdehem pelan. Apa saat ini ia terlalu kentara menunjukkan pilihannya pada Naya? Apa Naya akan menerimanya? Arsen sekali lagi memandang Naya, mencoba membaca ekspresinya, sayangnya Naya sama sekali tidak memberikan ekspresi penuh minat padanya.

“Sudahlah, kita kembali pada masalah barusan. Pokoknya kamu nggak boleh mencari perhatian atau tersenyum pada lelaki lain," tegas Arsen.

"Kalau nggak...” lanjut Arsen, menunduk perlahan, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Naya, "aku nggak yakin bisa nahan diri."

Naya mendongak, menatap mata gelap Arsen yang kini dipenuhi sesuatu yang tak bisa lagi ia sangkal, rasa memiliki... dan rasa takut kehilangannya.

Detik berikutnya, tanpa aba-aba, Arsen mencium Naya.

Bukan ciuman lembut. Bukan pula ciuman penuh amarah. Tapi ciuman yang dalam, keras, seolah ingin menegaskan bahwa Naya adalah miliknya, dan tidak ada ruang bagi orang lain.

Naya terkejut, refleks menekan tangan di dada Arsen. Tapi perlahan, tekanannya melemah seiring detak jantungnya yang berdegup tak karuan. Saat akhirnya Arsen menarik diri, Naya dengan mata berkaca-kaca berkata, "Paman, kamu..."

"Ingat ini. Aku sudah bilang kamu akan menanggung konsekuensinya. Jadi jangan salahkan aku," sahut Arsen dengan nada tegas.

Padahal di dalam hatinya, ia ingin mengatakan sesuatu yang lebih lembut, namun lidahnya seolah beku, tak mau diajak kompromi.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan.

Naya hanya diam, memandanginya, tanpa satu kata pun.

Arsen, yang baru sadar situasi itu, langsung berdeham canggung, menundukkan kepala seolah sibuk memperhatikan lantai.

"A-aku... aku ganti baju dulu. Setelah ini kita ke rumah Kakak," ucapnya terbata-bata. Tanpa menunggu jawaban, Arsen buru-buru melangkah keluar dari ruangan.

Namun baru dua langkah di luar, dia terhenti.

Sepersekian detik kemudian, ia mengumpat pelan dalam hati.

Bajuku ada di dalam!

Dengan wajah kaku dan langkah canggung, Arsen kembali membuka pintu dan masuk lagi ke ruangan, pura-pura tenang padahal telinganya sudah memerah.

Naya masih berdiri diam, menatapnya tanpa suara.

Berusaha menjaga gengsi yang tersisa, Arsen menunduk, mengambil bajunya dengan gerakan cepat hampir menjatuhkan hanger karena gugup.

Ia pura-pura batuk kecil, lalu melirik sekilas ke arah Naya yang masih terpaku, sebelum buru-buru kabur lagi dari ruangan hingga nyenggol pintu.

Sampai di kamar mandi, ia buru-buru membuka pintu dan masuk. Tanpa pikir panjang, ia hendak segera mengganti bajunya, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti.

Di sana, berdiri seseorang Dito.

Arsen mengerjap, bingung. "Kenapa kamu di sini?" tanya Arsen, suaranya setengah curiga. "Bukannya kamu libur?"

Dito yang sedang duduk di lantai, memeluk lutut, menatap Arsen dengan wajah mengenaskan. "Ar... tolong selamatkan aku," rengeknya. "Aku nggak mau kawin, Ar!"

Arsen mendelik. "Ha? Kawin? Kamu ngomong yang jelas jangan rumit."

Dito berdiri cepat, meraih lengan Arsen dengan panik. "Ar, sumpah! Kakek maksa aku buat ngelamar itu cewek! Aku sembunyi di sini. Kalau ketahuan, tamat riwayatku!"

Arsen menatapnya datar, antara ingin tertawa atau menendangnya keluar. "Di kamar mandi karyawan, Dit? Benar-benar nggak ada akhlak."

"Aku panik, Ar! Ini tempat teraman!" Dito hampir menangis, suaranya pecah.

Arsen menghela napas panjang. Ia belum sempat memproses rasa malunya sendiri, sekarang malah harus menghadapi Dito yang sedang overdramatis. Dia tahu temannya ini kadang bertingkah absurd, tapi kali ini… ini jauh melampaui batas absurd yang bisa dia terima.

"Dit, biasanya kamu orang yang mengedepankan logika. Bahkan masalahku dengan Naya, kamu bisa menebaknya dengan tepat. Dan aku akui, ucapanmu memang sering bener. Tapi sekarang kamu bertingkah seperti ini... Apa otakmu bener-bener sudah pindah alam?"

Dito, yang sudah mulai merasa lega, seolah tidak terkejut lagi, namun dia segera memastikan. "Jadi bener, wanita malam itu Naya? Dan sekarang dia hamil anak kamu?"

Arsen hanya bisa menatapnya tajam. "Apa aku harus mengulangi masalah yang sudah kamu ketahui?"

Belum sempat Dito menjawab, pintu kamar mandi yang kecil dan biasa dipakai karyawan rumah sakit itu terbuka tiba-tiba. Sosok Zayan sudah berdiri di ambang pintu, matanya memandang Arsen dan Dito bergantian dengan ekspresi yang sulit dibaca.

1
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
Kimo Miko
bongkar sekalian put. siapa reok. sudah menghabiskan uang berapa aja si reok.
Kimo Miko
sudah saatnya kelicikan keserakahan bapak dan anak terkuak. dari bicaranya si zayan sudah ketahuan jika anak yang dikandung naya bukan anak arsen hak waris jatuh ditangan zayan. itu kan sudah kelihatan. lanjut thor sudah gak sabar ikut tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!