Sekuel dari TOBATNYA SANG KETUA MAFIA.
Note: JANGAN NUMPUK BAB YA🚫
NOVEL INI MENGGUNAKAN HITUNGAN RETENSI❗
Velicia yang dikenal sebagai ratu mafia berusaha kabur dari perjodohan yang dilakukan oleh sang ayah, Dave Allen. Ia benci saat memikirkan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan Darren si penjahat kelamin.
Velicia terpaksa bersembunyi di dalam masjid dan mengenakan sesuatu yang begitu asing baginya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang ia ketahui merupakan seorang ustadz.
"Astagfirullah! Kamu ... setan atau bidadari!" kaget seorang pria tampan dengan wajah bersinar. Saat itulah, pertama kalinya Velicia merasakan jantungnya berdegup tak biasa.
Ia akan membuat laki-laki itu jatuh cinta padanya kemudian memanfaatkannya demi memenangkan lahan milik warga yang menjadi incarannya sekaligus membuktikan eksistensinya sebagai ratu mafia.
Namun, akankah niat Velicia itu berhasil?
Atau ... senjatanya justru akan makan tuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu 11
"Dimana pengantinnya, Mas Alif?" tanya pak Wiryo, pria berkumis melintang yang merupakan ketua rukun warga di desa itu.
"Pengantinnya di dalam Pak, di temani oleh istri saya," jawab Max. Pak Wiryo hanya manggut-manggut. Tak lama acara ijab pun di laksanakan.
Zayn mengucapkan ijab dalam satu tarikan napas. Setelah para saksi mengatakan satu kata "SAH" sebagai penentuan, barulah sang ustadz muda itu dapat menghela napasnya.
"Alhamdulillah." Zayn mengusap wajahnya. Ketegangan yang tadi sempat menyelimutinya kini sedikit merenggangkan ikatannya.
Max meminta tolong pada Naima untuk memanggilkan istrinya. Kebetulan, Naima datang bersama dengan suami dan anak perempuannya yang baru berusia lima tahun.
"Permisi, mempelai wanitanya di minta ke depan tuh," kata Naima ketika sudah berada di depan pintu kamar pengantinnya.
"Masyaallah, Naima!" pekik Arumi kaget. Ia tak menyangka jika wanita yang telah dianggapnya adik sendiri itu menghadiri pernikahan putranya. Mereka berdua pun berpelukan dan tertawa.
"Tidak di sangka, Mbak Arumi cepat pungut mantu," goda Naima, seraya melirik Zahra yang tertunduk di atas tempat tidur. Tak ada yang tau bahwa hati gadis itu bagaikan genderang perang saat ini.
"Rejeki, jodoh dan maut, itu kan rahasia Allah. Tidak ada yang bisa menduga kapan dia datang dan dari mana arahnya. Seperti kamu, yang tau-tau di lamar anak pak kades," sahut Arumi.
Naima kembali tersenyum. Balutan pakaian syar'i yang melekat di tubuhnya menambah kedewaaan serta keanggunan padanya. Tak terlihat bahwa dia adalah mantan pelayan di masa lalunya.
"Mbak Arumi benar. Ayo kita kedepan. Semua orang sangat penasaran sama mempelai wanitanya. Secantik apa sih sampai pak ustadz rela melepas lajangnya," kata Naima kembali melirik ke atas tempat tidur. Kini tatapan matanya bertabrakan dengan Zahra.
"Sini, Nduk. Kenalkan ini sahabat Ummi. Namanya Buk Lik Naima," panggil Arumi, memerintahkan Zahra untuk berdiri dan menghampirinya.
Zahra mencium tangan Naima. Kemudian Naima mengusap ujung kepala Zahra sambil melantunkan doa. "Semoga kalian bahagia. Selalu di limpahkan Rahmat Allah dalam mengarungi rumah tangga."
"Aamiin." Arumi menjawab doa yang di sematkan pada menantunya itu. Kemudian ia menggandeng Zahra keluar kamar. Sedangkan Naima berjalan di sisi satunya lagi.
Zayn kembali tersentak. Debaran dalam dadanya semakin berdentum keras. Ia bahkan khawatir jika semua orang bisa mendengarkan suaranya itu. Saking kencangnya, Zayn merasa telinganya tak mampu mendengar suara lain yang ada di sekitarnya.
"Ya Allah. Tolong tenangkan aku," batin Zayn. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Zayn berdiri dengan gugup untuk menyambut kedatangan istrinya itu.
"Silakan untuk pengantin wanita agar segera mencium tangan suaminya!"kata pak penghulu lantang.
Zahra pun maju dengan santai. Kemudian mengulurkan tangannya ke depan Zayn. Akan tetapi, Zayn sendiri kikuk dan ragu untuk membiarkan tangannya di raih oleh Zahra.
"Zayn!" panggil Max sebagai kode agar putranya itu sadar bahwa semua orang sedang memperhatikan mereka.
Zayn sontak mengulurkan tangannya dan dengan hati tak karuan ia membiarkan Zahra menciumnya dengan takdzim. Dengan tangan bergetar, Zayn meletakkan telapak tangannya itu ke ubun-ubun Zahra. Kemudian melafazkan doa di sana.
"Allahumma inni as aluka khoirohaa wa khoiro maa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarri maa jabaltahaa 'alaih," ucap Zayn pelan hingga hanya Zahra yang mendengarnya.
Zahra, merasa ada sesuatu perasaan asing yang menyusup hangat ke dalam dadanya. Hal itu membuatnya memejamkan mata menikmati sensasi damai yang kerap ia rasakan ketika berdekatan dengan Zayn.
Zahra mendongak ketika Zayn menarik telapak tangannya. Seketika, pandangan mereka pun bertemu cukup lama.
Deg deg deg.
Zayn baru kali ini melihat dengan jelas warna kedua mata indah gadis yang telah sah menjadi istrinya ini. Warna kebiruan itu seakan menariknya untuk menyelam di sana.
"Jangan di pandang terus. Langsung bawa aja ke kamar," bisik Max yang tiba-tiba sudah berada di belakang Zayn.
"Astaghfirullah! Abi!" Keterkejutan Zayn sontak memutus kekagumannya pada Zahra barusan.
"Kenapa kaget. Sudah halal, bebas," bisik Max lagi dengan menggoda putranya itu. Sebagai laki-laki ia paham, bahwa Zayn sebenarnya sudah menyukai Zahra sejak awal.
Selesai ijab qobul, di adakan pengajian untuk mendoakan pasangan pengantin ini. Zayn duduk berdampingan dengan Zahra. Pak Yai memimpin doa dan juga tausiah sebagai pesan untuk pasangan pengantin baru ini.
"Pasangan kita saat ini, adalah takdir yang telah Allah persiapkan bahkan sebelum dunia dan seisinya ini Allah ciptakan. Karena itulah, tidak ada yang namanya salah jodoh. Akan tetapi yang ada itu adalah, kita tidak tau sampai kapan pasangan yang katanya jodoh kita itu ada bersama kita. Sebab, Allah bisa sewaktu-waktu memisahkannya kembali. Semua itu rahasia, seperti bagaimana Allah mempertemukannya."
Ucapan pak Yai menyentuh ke dalam hati Zayn. Membuat pemuda itu tersenyum tipis. Tak ada yang menyadarinya kecuali gadis yang berada di sisinya. Dimana Zahra sejak tadi tak lepas pandangannya dari sosok tampan yang telah menjadi suaminya itu.
"Mom, Dad. Jika kalian tau siapa sosok suami Vel saat ini. Kalian pasti tidak akan percaya. Dia tampan dan pemalu. Ck. Dia bahkan polos sekali di usianya yang bisa di bilang sudah dewasa ini. Semoga, Vel tidak jatuh cinta padanya. Karena cinta akan membuat kita lemah. Vel tidak mau itu." Zahra terus membatin. Logikanya itu berusaha berperang melawan kata hatinya.
Setelah pengajian. Para tamu di ajak makan. Max dan Arumi menyediakan jamuan sederhana untuk para tetangga dan kerabat yang menghadiri pernikahan putra mereka itu.
Namun di tengah-tengah jamuan, ada segerombolan pemuda yang datang.
"ASSALAMUALAIKUM, PAK USTADZ!"
Zayn bangkit dan menghampiri di temani oleh Zayn dan pemuka desa.
"Waalaikumussalam. Ada apa?" tanya Zayn sopan.
"Maaf, bukan maksud kami mengganggu acara sakral Pak ustadz. Ta–tapi, ada mengacau di lahan para warga." Salah satu pemuda menjelaskan dengan suara terbata dan napas yang terengah-engah.
Pak Wiryo selaku rukun warga maju mendekat. "Bagaimana ini, Pak Ustadz. Bisakah anda ikut bersama saya dan yang lainnya untuk datang kesana?" tanyanya ragu-ragu. Karena Zayn baru saja menikah beberapa saat yang lalu.
"Baik, Pak Wiryo. Ini salah satu tanggung jawab saya. Karena sebagian besar warga telah mengijinkan lahan itu untuk di bangun pondok pesantren dan sayalah yang di percaya untuk mengurusnya," jawab Zayn tegas.
Zayn menoleh ke arah Zahra, istrinya. "Ijinkan saya pamit pada istri saya." Pak Wiryo mengangguk. Zayn melangkah mendekati Zahra.
"Maaf, saya harus pergi. Ada urusan mendadak yang benar-benar penting." Zayn berbicara dengan memandang lurus ke arah istrinya. Membuat Zahra lama-lama kikuk juga di pandang sebegitu serius oleh Zayn.
"Aku ikut!" pinta Zahra. Zayn sempat terdiam namun tak lama kemudian dia mengangguk. Zahra tersenyum di balik cadarnya.
"Jadi benar dia penanggung jawab lahan itu. Aku harus melihat kejadiannya dari dekat dan aku harus tau siapa saja warga yang tidak setuju jika ada pembangunan mall di sana," batin Zahra alias Velicia dengan senyum liciknya.
aku tak otw ke lapak papa Dave 🤭