NovelToon NovelToon
Black Parade

Black Parade

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sad Rocinante

Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !

Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.

------------------------------------------------

Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.

Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.

Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"

------------------------------------------------

Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...

Apakah kau tetap mau menari bersamaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian I - la fourrure

Malam berlalu dengan mimpi indah seperti biasanya, Sion dengan cepat bangkit dari tempat tidurnya, menyapa Ibu yang sedang mempersiapkan sarapan berupa roti dan ikan seperti biasanya.

Sebelum dia menyantap sarapan, dia mengambil teko berisi air untuk mencuci wajah lalu menerima roti dan ikan dari ibunya.

Sembari memakan roti dan ikan, dia bercerita dengan ibunya tentang setiap hal yang dia alami. Tentang seorang gadis cantik dan baik hati yang bernyanyi sangat indah di sebuah rumah pohon di tengah-tengah hutan yang di penuhi pohon dan bunga-bunga serta diperindah oleh pemandangan air terjun dari sungai kecil di sampingnya.

Mendengar hal itu Frances ibunya merasa sedikit khawatir, karena tujuan mereka menjauhkan diri dari kota adalah agar Sion terjauh dari orang-orang menyedihkan yang berada di kota, dengan berbagai alasan lainnya.

Frances menghentikan memakan makanannya untuk bertanya dan memastikan dengan siapa putranya bertemu. Namun, karena Sion menjelaskannya dengan sangat bahagia dan dia berkata bahwa gadis yang ditemuinya adalah gadis yang baik dan jauh dari kota membuat hati Frances turut merasa tenang dan bahagia melihat kegembiraan putrannya, sekejap rasa khawatirnya berubah menjadi restu dan doa.

Setelah acara sarapan mereka usai, Sion berdiri mengumpulkan kepala dan tulang ikan untuk dia berikan sebagai makanan anjingnya, sementara untuk kudanya dia pergi ke arah utara dekat pegunungan untuk mengumpulkan rerumputan segar yang masih bercengkrama dengan tetesan embun dan kabut pagi.

Hati penuh ketulusan dia memberikan makanan bagi sahabatnya sembari mengelus-elus bulu mereka dan dibisiki tentang keadaan perasaannya saat ini.

Melihat para sahabatnya telah puas dan kenyang, dia berjalan memasuki gudang kecil mereka untuk mengambil buku dan pena yang tersimpan rapih pada kotak peninggalan ayahnya, setelah semuanya dia dapatkan dia memasukkannya ke dalam kantong kulit agar embun pagi tidak membasahi dan merusaknya.

Bergegas dia mencium pipi ibunya dan segera menaiki kudanya, bersiul memanggil Leon si anjing agar ikut bersama.

Mendengar siulan tuannya, anjing itupun dengan sukacita menggonggong kegirangan dan melompat ke atas kuda kemudian terduduk di pangkuan Sion menjaga keseimbangan. Sion yang telah tidak sabar ingin segera bertemu Saroh dengan cepat memacu kudanya ke arah hutan.

Sesampainya di pohon yang biasa mereka berhenti, Sion mengikatkan kudanya di sana, sementara anjingnya dia gendong di pundaknya membelakangi dia, tujuannya adalah agar mata anjing itu yang akan membantu mengawasi hewan buas maupun marabahaya lainnya jika tiba-tiba muncul dari belakang. Berhati-hati dia berjalan kearah sungai dan terkadang hampir terjatuh karena jalannya masih basah, tetapi itu semua tidak menghalangi dirinya hingga pada akhirnya mereka tiba di depan rumah pohon.

"Saroh ... Saroh ... apakah kamu sudah di sini?" panggil Sion.

Jendelanya terbuka dan Saroh melambaikan tangan memberi ucapan selamat datang.

"Ya, aku disini, segeralah naik," pinta Saroh.

Sementara Sion menaiki tangga dan menggendong anjingnya, Saroh terlihat kegirangan karena baru pertama kali melihat anjing lagi sejak usianya tiga tahun, begitu gemas dia meraih dan memeluk anjing itu dari tangan Sion sambil tertawa-tawa karena anjing itu langsung menjilatinya.

"Perkenalkan Saroh, dia bernama Leon," ujar Sion memperkenalkan anjingnya.

"Apakah tulis itu kamu membawanya?"

"Ya, ini dia di dalam kantong kulit ini," jawab Sion mengeluarkan buku dan pena serta tintanya.

Pada jaman itu kertas memang sudah terbuat dari serat kayu seperti saat ini, namun masih berbentuk lembaran-lembaran terpisah yang ditumpuk dan diikat agar menjadi suatu buku, pena nya juga masih menggunakan bulu utama angsa yang ujungnya harus dicelupkan terlebih dahulu ke dalam tinta.

Sion membuka tali yang mengikat lembaran kertas yang dia bawa dan mencari lembaran yang belum terisi sama sekali atau kosong, setelah itu dia meletakkannya di lantai beserta tinta dan pena bulu.

Pertama-tama dia menjelaskan cara menggunaannya.

"Untuk yang pertama letakkan kertas di atas wadah atau tempat yang datar, ambil pena bulu dan tajamkan ujungnya menjadi runcing, posisi pena adalah diantara jari jempol dan telunjuk dan jangan sampai menyentuh ujung nya, setelah itu celupkan ujung pena bulu kedalam tinta dan seka ujungnya atau biarkan tinta di dalamnya menetes terlebih dahulu agar tidak berlebihan dan mengotori kertas ketika menulis."

Mendengar semua penjelasan Sion, Saroh yang merasa terkagum-kagum hanya bisa menunduk sembari tidak sabar mencobanya.

Sion meminta agar saroh mengulangi setiap hal yang dia ajarkan tadi, dan Saroh pun ternyata cepat mengerti dan melakukannya dengan hati-hati serta benar.

Selanjutnya setelah Saroh memegang pena bulu dan telah mencelupkannya kedalam tinta, Sion menggenggam dan menggerakkan tangan Saroh sambil menjelaskan cara menulis yang benar, beberapa kali mata mereka bertemu bersamaan dengan senyum yang saling berbalas.

"Miringkan lah pena ke bawah. Bagian ujung pena harus menghadap ke kiri jika kamu menulis dengan tangan kanan atau ke kanan jika kamu menulis dengan tangan kiri. Cara ini akan memastikan garis yang dihasilkan tetap tipis dan tertata rapi. Jika bagian ujung pena berada lurus ke bawah, garis yang dihasilkan akan terlalu tebal untuk menulis kata-kata dan tintanya akan cepat habis," tutur Sion.

Mendengar semua pengajaran Sion membuat Saroh semakin bersemangat dan bahagia, sungguh dengan ketekunan dia menggariskan dan menggores pena bulu di jarinya ditemani senyum dan tawa di wajahnya yang begitu manis.

Sion yang melihat bahwa cara menggoreskan yang telah di praktekkan Saroh sudah cukup benar, dia melanjutkan pengajarannya dengan menjelaskan bahwa dalam suatu tulisan itu terdapat tiga macam bagian. Yaitu, huruf, angka, dan simbol. Dimana huruf terdiri dari 21 huruf mati dan 5 huruf hidup, sedangkan angka terdiri dari 0 sampai 10 macam digit yang dapat dibuat menjadi banyak, dan simbol adalah bentuk atau gambar yang mempunyai makna tertentu bagi penulis dan pembacanya.

Begitu banyak hal yang di ajarkan Sion kepada Saroh, sampai-sampai waktu berjalan tak terasa antara mereka berdua dan siang hari pun tiba.

Saroh tersadar bahwa ibunya akan segera datang mengantarkan makanan kepadanya, mengingat itu dia dengan cepat melihat dari jendela, dan benar saja ibunya telah berjalan ke arah rumah pohon itu dan sudah cukup dekat, Saroh yang khawatir meminta agar Sion menyingkirkan semua benda di lantai dan bersembunyi dulu ke sudut ruangan beserta Leon anjingnya agar ibunya tidak melihat mereka.

Sadar akan kekhawatiran Saroh, Sion pun menunduk serta menarik semua hal yang ada di lantai beserta anjingnya, dia menahan mulut anjingnya agar tidak mengeluarkan suara ketika Ibu Saroh datang nanti.

Naisah ibu Saroh pun memukul-mukul tangga untuk memanggil Saroh, dia tidak memanjat lagi karena tubuhnya sudah cukup tua untuk hal itu, saat ini dia hanya membawa makanan dan menunggu Saroh menjemputnya ke bawah.

Saroh yang telah mempersiapkan diri pun membuka pintu rumah pohonnya dengan pelan dan hanya terbuka sedikit, dengan cepat dia turun untuk menerima makanan dari ibunya serta menciuminya mengucapkan terima kasih dan hati-hati di jalan.

Naisah ibu Saroh pun tidak memiliki prasangka lain dan hanya tersenyum lalu kembali berjalan ke arah peternakan tempat dia bekerja sampai sekarang.

Ketika ibunya telah pergi, Saroh kembali naik ke dalam rumah pohon untuk menemui teman-taman barunya dan mengatakan bahwa situasi telah aman kembali.

"Apakah kamu lapar, Leon?" tanya Saroh kepada anjing manis itu.

Dengan sekejap Sion merasa bahwa dirinya telah dikalahkan oleh seekor anjing, yaitu sahabatnya sendiri.

"Tidak perlu Saroh, mari kita berbagi makanan, karena kami juga membawa roti dan ikan, sebaiknya kita makan sama-sama." potong Sion cemburu.

Saroh yang belum terbiasa menolak tawaran seseorang pun hanya bisa menunduk mengiakan, dan mereka bertiga makan sambil sedikit berbincang-bincang.

"Saroh, apakah aku bisa bertanya."

"Ya, tentu saja, Sion."

"Jika Ibumu adalah orang yang bisu, lalu bagaimana kamu tahu cara berbicara sedangkan kamu hanya seorang diri di rumah pohon ini?" tanya Sion dengan sopan.

"Sebenernya sebelum aku berusia tiga tahun aku tinggal bersama teman-temanku di pinggiran kota, dan di sana aku belajar berbicara sama seperti mereka, tapi karena suatu hal, kami pindah ke kota yang penuh dengan pabrik, dan Ibuku setiap paginya mengantarkan aku ke rumah pohon ini, katanya dia menemukan rumah pohon ini ketika dia mencari ikan di sungai Oitan itu."

"Begitu, Jadi kamu bisa berbicara dengan ibumu dengan gerakan juga?" tanya Sion kembali.

"Ya aku bisa, bahkan sebagian orang di sekitar kota banyak yang berbicara dengan gerakan tubuh."

"Begitu ya," ujar Sion yang telah menghabiskan makanan nya.

Setelah mereka selesai menyantap makanannya, Saroh tidak lupa menaburkan roti di jendelanya, dan burung, tupai, monyet, serta semut pun datang menghampiri.

Sangat indahnya lah Saroh berdiri bak malaikat, gaunnya yang putih memantulkan cahaya matahari yang menyilaukan, semakin menambah kekaguman di hati Sion.

Saroh pun mulai bernyayi begitu indahnya seperti nyayian yang biasanya Sion impikan dalam tidurnya ketika malam.

Hati Sion dan anjingnya menjadi sangat tenang, Sion menyandarkan badannya ke dinding serta menutup matanya seakan tersihir dalam alunan surgawi, begitu juga Leon si anjing mulai berputar-putar lalu tertidur menikmati alunan lagu yang Saroh nyanyikan. Tumbuhan dan hewan menjadi tenang, awan dan angin menari pelan bersama Saroh yang memberikan cinta dan harapan bagi dunia.

Nyanyian Saroh pun berhenti, Sion yang melihatnya hanya membalasnya dengan senyum dan ucapan terimakasih. Dengan senyum dia kembali mengajak Saroh agar mau pergi keluar untuk berjalan-jalan bersamanya.

Namun, Saroh menolak karena selama hidupnya dia belum pernah meninggalkan rumah pohonnya tersebut, dan dia takut akan setiap hal di luar sana yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Melihat ketakutan Saroh membuat Sion merasa kasihan akan gadis cantik nan baik  itu, dengan pelan dia berkata bahwa keadaan di luar sana sama seperti di dalam rumah pohon ini, bahkan lebih indah dari pemandangan di balik jendela itu. Sion berjanji akan melindungi Saroh dari setiap hal buruk yang akan menimpanya dan siap menggantikannya.

Mendengar penjelasan Sion membuat Saroh merasa semuanya akan baik-baik saja dan dia mengiakan permintaan Sion untuk keluar dari rumah pohon.

Sion yang telah lebih dahulu sampai di bawah meraih tangan Saroh yang sedang turun, begitu pula Leon si anjing langsung melompat ke arah Saroh yang membuatnya terjatuh dan wajahnya dijilati oleh Leon si anjing nakal, melihat kelakuan anjingnya, Sion dan Saroh langsung tertawa bahagia.

'Ternyata kebahagiaan butuh teman dan keberanian,' ucap Saroh dalam hati.

Sion mengulurkan tangan untuk membantu Saroh berdiri, mereka berjalan menuju arah air terjun. Tetapi, Saroh masih sangat ketakutan untuk berjalan di sekitar hutan, sehingga dia tiba-tiba terduduk ketakutan dan meminta agar mereka kembali saja.

"Semua hal yang kamu takutkan akan aku gantikan dengan hal indah," bujuk Sion menenangkan Saroh yang ketakutan.

Sion merangkul Saroh berdiri dan meyakinkannya bahwa air terjun itu sangat indah jika dilihat dari dekat, airnya akan terbang kemana-mana bagaikan embun di pagi hari, bunga-bunga dan pepohonan di sekitarnya selalu menari menebarkan sukacita. Sion memberikan semangat baru dan keberanian kepada Saroh.

Mereka pun berjalan kearah air terjun, di sekitar jalan Saroh melihat bunga-bunga yang begitu indah dan menciumi harumnya.

"Wah ..., ternyata bunga di samping sungai ini jauh lebih indah dan harum dibandingkan dengan bayanganku selama ini, aku akan menyanyikannya setiap hari." Saroh teramat bahagia mendapatkan ilham baru terhadap lagunya.

Sion yang sudah sampai di air terjun segera masuk kedalam air mengajak Saroh agar masuk juga, Saroh yang merasa senang karena melihat air yang begitu banyak segera masuk dan merasa kagum akan kesejukan yang dia rasakan sambil tersenyum-senyum memainkan air dengan tangannya. Tidak aneh, karena biasanya dia mandi hanya menggunakan air yang di tarik dari sumur ketika malam hari di dekat rumahnya—jika ada.

Sembari menikmati kesejukan air, Saroh bernyayi tentang perasaan yang dia rasakan saat ini. Sion yang mendengarnya semakin jatuh cinta saja karena nyanyian Saroh kali ini jauh lebih indah dari sebelumnya, dan wajahnya selalu menebarkan senyum kemana-mana.

Saroh yang telah puas menyanyikan isi hatinya terhenti dalam senyum sembari memainkan air. Tiba-tiba, Sion mengibaskan air kepadanya  mencoba menggodanya untuk bermain, Saroh pun membalas dengan memukulkan tangannya ke air agar menciprati Sion.

Kebahagian dan cinta mulai tumbuh dalam hati mereka, senyum yang dulunya terkurung telah menjadi tawa yang terbang bagaikan kupu-kupu. Kecuali bagi Leon si anjing nakal, dia hanya bisa berputar-putar dan menggonggong merasa cemburu karena dia takut masuk ke air dingin itu.

1
Sulis Tiani Lubis
negeri yang dibalik?
SAD MASQUITO: gimana? hahaha
total 1 replies
L'oreal ia
jadi bacaan cewek cocok, apalagi cowok.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja
Gregorius
thor, Lo gila kayak pas nulis ini
Anonymous
lupa waktu jadinya
hopitt
alur cerita penuh warna, tidak monoton, naik turun kayak mood gw wkwk
Kyo Miyamizu
cerita ini bikin segala macam perasaan muncul, dari senang sampai sedih. Gila!
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
total 2 replies
AmanteDelYaoi:3
Mendebarkan! 😮
SAD MASQUITO: terimakasih banyak, kakak pembaca pertama saya, akan saya ingat.
izin screenshot ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!