Aku Mencintainya Lebih Dulu

Laura duduk melamun di taman kampus seorang diri. Memikirkan bagaimana ia bisa mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Gaji yang ia dapatkan dari bekerja di toko buku, sangatlah pas-pasan. Ia tidak bisa mengandalkan gaji dari toko buku terus-menerus.

“Apa ya yang bisa menghasilkan uang? Aku juga harus membeli handphone baru,” ujar Laura.

Tiba-tiba saja terbesit dipikiran Laura untuk menjual gorengan di area kampus.

“Sebaiknya aku mulai dengan berjualan aneka gorengan,” tutur Laura bermonolog.

Saat Laura tengah sibuk menulis bahan-bahan untuk membuat gorengan, seorang gadis berkacamata datang dengan membawakan sebotol air mineral.

“Hai!” Gadis itu menyapa Laura.

Laura membalas sapaan gadis berkacamata itu seraya tersenyum.

“Laura, kamu masih ingat tidak sama aku?”

“Kamu Zoey ya?” tanya Laura kurang yakin.

Zoey mengiyakan dan bersyukur karena Laura masih mengingat namanya.

“Ini untuk kamu, dari tadi aku perhatikan kamu duduk sendirian dan sedang mencatat sesuatu. Kalau boleh tahu, kamu sedang mencatat dibuku itu?” tanya Zoey penasaran.

Laura dengan senang hati memberitahukan keinginan untuk menjual gorengan dikampus. Dikarenakan ia sangat butuh pemasukan uang setiap harinya.

“Aku bekerja di toko buku, Zoey. Kalau hanya mengandalkan gaji bulanan, aku agak bingung. Karena hampir setiap hari aku harus pulang pergi kampus yang mana harus mengeluarkan uang untuk naik kendaraan umum,” jelas Laura.

“Sesulit itu ya mencari uang?” tanya Zoey.

Zoey sendiri rupanya terlahir dari keluarga berada. Kedua orangtuanya bekerja di salah satu rumah sakit yang berada di Surabaya, sementara Sang Kakak adalah anggota DPR.

Laura tak ingin bertanya lebih mengenai latar belakang Zoey. Karena bagi Laura, akan lebih baik jika dirinya tidak ikut campur dalam urusan keluarga orang lain.

“Aku dari keluarga miskin, Zoey. Kedua orangtuaku sudah lama meninggal. Untuk bisa bertahan hidup aku harus putar otak agar bisa menghasilkan uang,” jawab Laura.

Zoey terdiam kebingungan, ia bingung harus berkata apa. Zoey pun hanya bisa menawarkan sebotol air mineral dan juga roti coklat miliknya.

“Tidak usah, Zoey.” Laura menolak dengan lembut, namun Zoey terus memaksa dan pada akhirnya Laura menerima pemberian dari Zoey.

“Laura, kamu masih mau disini? Apa mau aku antar sekalian?” tanya Zoey menawarkan diri untuk mengantarkan Laura pulang.

“Tidak usah repot-repot, Zoey. Aku bisa pulang sendiri, kamu pulanglah duluan,” balas Laura.

Zoey pun bergegas pergi karena sopir pribadinya sudah stand by di depan.

Sekitar 5 menit kemudian, Laura pun memutuskan untuk pulang dan kembali bekerja sebagai pelayan toko.

***

Sebelum masuk ke dalam toko, Laura terlebih dahulu berbelanja bahan gorengan di warung yang letaknya cukup dekat dari toko.

“Terima kasih,” ucap Laura setelah membeli bahan-bahan untuk membuat gorengan.

Laura bisa memanfaatkan dapur toko dan berharap usaha yang akan ia rintis dari nol itu membuahkan hasil.

“Buat apa itu, Laura?” tanya salah satu rekan kerja Laura ketika melihat Laura berbelanja tepung serta sayuran yang entah untuk apa.

“Bahan untuk membuat gorengan, Kak Sari. InsyaAllah mulai besok aku berjualan gorengan di kampus,” terang Laura.

Sari menatap aneh Laura karena ucapan Laura terdengar tak masuk akal.

“Serius kamu mau berjualan gorengan? Tidak malu sama anak-anak kampus?” tanya Sari memastikan dengan masih memberikan tatapan aneh kepada Laura.

“Sebelumnya aku pernah berjualan di pasar, Kak. Jadi, untuk apa malu? Selama masih halal dan InsyaAllah berkah,” jawab Laura santai.

Sari tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya tersenyum seraya memberikan semangat kepada Laura.

Setelah Laura meletakkan bahan untuk membuat gorengan di dapur, Laura pun bergegas masuk kamar untuk segera mandi dan bersiap-siap karena sebentar lagi waktunya pergantian shift.

Tiba didalam kamar, Laura langsung meletakkan tas ranselnya di atas meja dan mengambil seragam toko yang berada didalam lemari.

“Kak Siti sekarang lagi apa ya?” tanya Laura bermonolog sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Laura bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan tak sampai 30 menit, gadis cantik itu sudah bersiap untuk melayani para pelanggan toko.

Keesokan pagi.

Laura tak lupa mengucapkan basmallah ketika menginjakkan kaki di kampus. Laura berharap gorengan yang ia jual laku keras dan mereka akan kembali membelinya setelah tahu betapa enaknya gorengan yang ia buat.

“Laura!” Zoey dari kejauhan memanggil Laura yang baru tiba.

“Hai, Zoey!” Laura tersenyum lebar melihat Zoey yang lebih dulu sampai.

“Ada pisang goreng?” tanya Zoey yang kebetulan peminat buah pisang.

“Ada, kamu mau berapa?” tanya Laura.

Zoey tiba-tiba berteriak menjajakan gorengan yang dijual oleh Laura.

“Hei semua, ada gorengan gratis khusus hari ini. Cepat datang kemari, keburu kehabisan!” Zoey dengan semangat berteriak memanggil anak-anak kampus.

“Zoey, aku menjualnya dan tidak gratis,” ucap Laura terkejut karena Zoey mengumumkan bahwa gorengan yang Laura jual adalah gratis.

“Tenang saja, Laura. Aku memborong semua gorengan kamu. Kalau gorengan kamu enak, mereka besok akan membelinya,” ungkap Zoey.

Mereka pun datang penuh semangat dan mengambil gorengan yang Laura jual dengan penuh semangat.

“Zoey, semuanya habis. Kamu serius memborong semua gorengan ku?” tanya Laura memastikan.

“Iya Laura. Sekarang totalnya berapa?” tanya Zoey seraya mengeluarkan dompet.

“Total semua aku goreng ada 50 biji dikalikan 2 jadinya 100 ribu,” jawab Laura.

“Ini uangnya, Laura. Oya, pisang gorengnya enak dan sangat manis. Jarang sekali orang yang menjual pisang goreng manis seperti ini. Besok aku akan membelinya lagi dan aku akan menjadi pelanggan tetap gorengan kamu.”

Laura mengucap syukur, akhirnya ia memiliki pelanggan tetap dan baik seperti Zoey.

“Terima kasih ya Zoey, kamu sudah membantuku. Sekali lagi terima kasih,” ucap Laura.

“Laura, kamu tidak perlu sungkan begitu. Gara-gara kebaikan kamu di hari pertama kita bertemu, aku jadi tahu bahwa kamu orang baik. Ya sudah, ayo kita pergi ke kelas masing-masing. Sebentar lagi jam kelas dimulai!”

Laura dan Zoey pun berpisah pergi ke kelas masing-masing.

Saat Laura tengah berjalan melewati koridor, Laura tak sengaja berpapasan dengan pemilik bolpoin. Saat itu juga Laura menghentikan langkah pria muda itu dengan niatan mengembalikan bolpoin yang sebelumnya Laura simpan.

“Hei!” Laura memberi isyarat dan akhirnya pria itu berhenti, kemudian berjalan mendekati Laura.

“Maaf, aku hanya ingin mengembalikan bolpoin milikmu. Waktu itu terjatuh dan kamu langsung pergi begitu saja,” terang Laura seraya memberikan bolpoin tersebut kepada pemiliknya.

“Ya ampun, aku kira bolpoin ini sudah hilang entah kemana. Terima kasih ya, oya perkenalkan aku Hanif jurusan hukum,” ujar pemilik bolpoin.

“Aku Laura, jurusan ekonomi,” balas Laura memperkenalkan diri.