NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Masa preklinik tentu saja tidak mudah, tetapi masa koas juga tak kalah menyeramkan. Apalagi jika tak sengaja menjadi pusat perhatian dokter utama rumah sakit tempat praktek. Belum lagi jika berjumpa dengan senioritas yang tiada habis. Baru awal mencicip dunia kerja nyata, Melinda langsung menyambar satu di antara dua alasan kuat di atas. Menjadi pusat perhatian Nanda yang terus menatap tajam dan melontarkan banyak pertanyaan ketika jam visit. Sungguh, dia adalah dokter yang baik jika boleh diakui.

Satu hal buruk yang bisa Nanda lakukan hanya berkata jujur. Dia tak pernah memikirkan perasaan orang lain secara mendalam. Kecuali jika dia merupakan orang yang sungguh menempati relung hati beku si pria rupawan bermata elang. Tak kenal ampun pada siapapun dan sangat tak suka diremehkan. Menurut si rupawan berlesung pipit itu, tiap pribadi tercipta begitu istimewa sesuai porsi. Beda lagi jika menghadapi relasi bisnis, berbagai topeng rasanya harus dia miliki.

“Hhhh ….” Melinda menghela lalu menghembuskan napas berat di sisi rekan—Puspita.

“Mel, dokter Nanda nargetin elu mulu, ya?” Kalimat Pita menggelitik pendengaran si gadis kelahiran tanah Manado.

“Argh! Bukan salah gue, dia nggak pake snelli. Jadi, ya mana gue tau kalo dia dokter juga di sini. Mana lagi ribet ngapalin data pasien.” Melinda menangkupkan kedua telapak tangan di wajah.

“Loh, buset. Emang lu apain dokter Nanda?” Pita semakin penasaran.

Wajah cantik Melinda nampak dari sela-sela jemari, “tabrak, mana gue ngomel lagi. Pit, gimana dong, huwa!” Melinda menghambur ke pelukan sahabatnya tanpa peringatan.

Puspita hanya bisa termangu. Dia menepuk pelan bahu hingga punggung Melinda, berusaha meredam rengekan manja si dokter muda. Puspita bahkan, menyarankan untuk memberi bingkisan sebagai permintaan maaf dan menjelaskan kronologi yang sebenarnya pada Nanda. Ketimbang kehidupan koas si cantik menjadi suram berkelanjutan. Mengingat Nanda merupakan salah satu dokter utama di rumah sakit tersebut.

Melinda mendengarkan saran gadis berhijab putih di depan. Setelah menyiapkan mental dan berhasil mendapat bingkisan yang sesuai. Dia memutuskan untuk menemui sang dokter selesai jam praktek nanti.

Si dokter muda memilih dan membungkus dengan hati-hati. Dia hingga mengamati beberapa kali dan meyakinkan diri kembali. Menganggukkan kepala pelan sambil mengepalkan tangan.

Nggak apa-apa, dokter Nanda baik, kok, batin Melinda berulang kali.

Di lain sisi, Matthew tertawa lepas melihat si sahabat yang sedari tadi masih mengepulkan asap. Dia meminta Nanda lebih bersabar dan memaklumi perilaku para dokter muda. Terutama Melinda, perempuan berkulit langsat itu terlihat sangat gugup. Bagaimana tidak? Dia terus menjadi sasaran empuk pertanyaan kejutan Nanda karena memang tertangkap tak memperhatikan. Si gadis sibuk membenahi perasaan sendiri hingga mengabaikan sekitar. Terlihat sangat tak fokus dan hilang arah.

“Coba perbaiki caramu menatap, barangkali dia akan membaik.” Matthew memberi saran sambil menaik turunkan alis.

“Untuk apa? Itu sama sekali bukan urusanku.” Nanda mengedikkan bahu sambil melepas snelli dan menggantung di lemari. Bersiap menikmati waktu istirahat sebelum dimulai sesi kedua.

“Hahaha beruntung dia tak jatuh pingsan.” Matthew masih menimpali sambil menyusul langkah jenjang Nanda.

“Masih lebih bagus ketimbang justru jatuh cinta,” sahut Nanda acuh tak acuh saat berbelok di tikungan menuju lift hendak ke kantin rumah sakit di lantai bawah.

“Aw, haruskah aku langsung mengundang Delilah di saat begini? Deli suamimu nakal!” Matthew menggoda Nanda dengan menyenggol lengan sahabat yang terdengar berdecih.

Masih beruntung jika dia mau mendengar, sepertinya Deli tak akan peduli. Meski hal itu jelas tidak akan kubiarkan terjadi, batinan Nanda ribut menyahut dengan bibir yang terkatup.

***

Tangan Delilah tercekal, dia tak bisa bergerak bahkan bergeser sedikitpun. Netra milik si jelita membelalak terkejut. Selamat, si pria berhasil menahan perlawanan si jelita. Jika terlambat atau meleset sedikit saja, dia pasti akan menerima omelan dari istri pria tampan yang masih mencengkram tangan Delilah.

“Kak Raka, maaf.” Delilah segera menunduk setelah cekalan tangan terlepas.

“Apa yang kau maksud kurungan? Apa Nanda memperlakukanmu dengan buruk, katakan saja. Aku akan menegurnya untukmu.” Kalimat Raka spontan membuat manik Delilah kembali menatap.

Kepala mungil si jelita menggeleng cepat. Dia tak bermaksud demikian, meski Nanda memang sudah menjelaskan jika Delilah tak boleh keluar terlalu sering tanpa dirinya. Dia juga tak menyangka, Raka sempat mendengar kalimat tadi. Sungguh pendengaran yang cukup tajam, bahaya.

“Aku tak bermaksud begitu, Kak. Maafkan—”

“Hei, tidak apa. Seperti kata Feli, kelak kau akan terbiasa dan kian menyukainya.” Raka menepuk pelan bahu Delilah.

Mereka kemudian melanjutkan kegiatan belanja masing-masing beriringan. Felicia berada di rumah, Raka harus berbelanja sendirian sejak sang istri ngidam. Dia sama sekali tak diperbolehkan berjalan atau terlalu lelah. Felicia memiliki kandungan yang lemah, dia harus menghabiskan masa kehamilan dengan berbaring di ranjang. Sedikit merepotkan, tetapi jika dikerjakan dengan tulus. Makna yang didapat oleh dua insan saling mencintai itu melebihi rasa lelah mereka. Delilah menyimak cerita singkat Raka yang mengemas kisah ketulusan sebuah rumah tangga. Menyentil hati terdalam Delilah yang terus menghitung keuntungan kala menjalani pernikahan bersama Nanda.

“Aku memutuskan untuk memisahkan diri, demi Feli. Dia merasa tak enak hati jika terus berada di kamar, lagipula kakek tidak keberatan juga. Beliau lebih suka melihat kami mandiri, begitu katanya.” Raka mengedikkan bahu sambil mengakhiri sesi bercerita.

Hm, kurasa semua orang tua akan melakukan hal yang sama. Karena kalian sesama pria, cukup pelik menjelaskan perasaan terdalam masing-masing, ya, Delilah terus membatin sambil menganggukkan kepala perlahan menanggapi Raka tanpa suara.

“Sampaikan salam untuk Kak Feli, aku akan mampir berkunjung lain kali. Semoga sehat selalu, ya.” Pesan Delilah sesaat sebelum dia berpisah dengan sang kakak ipar dan masuk ke dalam mobil hitam yang telah menunggu di lobby.

“Pasti, dia akan sangat senang jika kau mau datang. Hati-hati di jalan, bersabarlah sedikit menghadapi Nanda, dia pria yang baik meski sedikit menyebalkan.” Raka mengulum senyum kemudian melambaikan tangan pada Delilah yang juga menyuguhkan senyum manis dan mulai menjauh.

Tubuh mungil Delilah tak lagi nampak, bahkan mobil hitam yang membawa si jelita telah pergi tak terlihat lagi. Namun, senyum Raka tak kunjung memudar. Terasa nyaman seperti berjumpa dengan kawan lama saat bersama Delilah. Memang, mereka sudah lama saling mengenal dan baru berjumpa kembali. Dia tak menyangka gadis kecil yang dahulu menyatakan perasaan dengan berani telah tumbuh dewasa. Kini, dia malah menjadi istri dari adik tercinta. Takdir lucu diantara mereka masih terus bergulir.

Benang merah tak terputus terus tergulung bersama detik waktu yang berlalu. Seseorang mengamati mereka dari kejauhan dalam diam. Tak bersuara, tak juga menampakkan diri. Hanya sesekali menangkap momen dengan kamera yang tertempel di ponsel. Kemudian mengerjapkan mata dan memperbesar lagi foto yang didapat.

“Ini bukan suaminya! Lalu, siapa pria tadi?” Dia mengetuk-ketukkan kaki resah.

***

Halo lagi dari Nichi, semangat menjalani hari dan jangan lupa like serta komen ya, agar author lebih semangat up part selanjutnya 🥰

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!