Sehari sebelum Dipta meninggal, ia meminta Liam untuk menikahi Vana, tunangannya.
Liam Mahendra adalah seorang dokter yang memutuskan hubungan bersama kekasih hampir empat tahun mengisi hatinya, ia memilih menepati janji yang ia buat di rumah sakit untuk menikahi Vana, calon istri sahabat baiknya Dipta.
Liam memang tak mencintai Vana, namun setelah menikah akankah bisa merubah perasaannya? Dan benarkah pilihan yang ia ambil memang ditentukan takdir?
Cinta, kecewa dan amarah mengisi penuh cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achakajayes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reuni Sekolah Lama
Lama tidak membuka sosial media, Liam harus mengecek satu persatu dm. Dan tanpa sengaja mengecek akun sekolah nya yang terdapat pengumuman untuk anggota Alumni angkatan 27. Yah, itu angkatannya...
"Untuk Alumni Angkatan-27. Hai kawan! Sudah lama kita tidak bertemu dan mungkin sekarang sudah meminang istri atau bahkan anak kalian, hahahaha. Mari kita temu sapa dan sekolah mengharap kalian untuk datang kembali berkumpul serta mengenang masa lalu indah kita.
Acara: 15 Mei 2024
Tempat: Aula sekolah
Jam: 7 malam—selesai
Dresscode: Bebas dan rapi
Liam mengecek tanggal, dan benar dugaannya. Acara itu besok!
Entah dorongan dari mana ada rasa lain sehingga Liam ingin hadir ke acara tersebut dan membawa Vana lalu memperkenalkannya sebagai istri sah.
Tut... Tut...
"Halo Amira!"
"Halo? Kenapa Liam?"
"Besok ada acara temu alumni di sekolah, bener?"
"Oh itu! Iya bener.. Papa nyuruh gue sama Alex buat ikut besok. Lo juga dateng gih sama Vana"
"Iya, tapi—"
Tut....
Amira menutup panggilan lebih dulu, tidak seperti bisanya. Dari suaranya jelas sih terdengar dia menguap dan malas. Dari dulu Amira memang punya mood swing...
Dan hanya Dipta yang bisa merubah mood bosannya.
Liam saja sampai pernah berpikir kedua manusia itu adalah pasangan yang diam-diam berpacaran, tapi dugaannya salah besar. Dipta selalu bilang Amira sebatas adiknya, dan entah bagaimana pria itu malah menemukan cinta lain..
"Alex ikut? Apa gak masalah gua bawa Vana ke sana?"
...----------------...
"Masalah apalagi Wil? Wih, lumayan juga nih hotel", bukannya peduli akan tangisan Wilona. Alex justru memuja kamar hotel yang kini menjadi markas mereka curhat..
Rumah nih cewek kan sering kosong, gua nginep disana keknya gak akan masalah. Seneng banget Wilona hamburin duit gua..
"Huahhh!!! Gua tadi masa diomelin mamanya Liam... Dia bilang... "
"Jangan coba-coba memuji diri kamu sendiri dan menarik simpati saya. Karena faktanya menantu saya enggak pernah mengemis atau sampai pura-pura menyayangi putra saya. Dia lebih tulus daripada kamu yang selalu menjauhkan Liam dari keluarga nya"
Alex menggeleng mendengar penjelasan panjang lebar Wilona. Makin kasian nasib nih cewek...
Namun mau gimana lagi coba? Memang kalau diliat lebih menarik Vana, lebih lembut Vana dan pastinya perempuan itu jauh lebih mahal.
Sekarang Alex hanya berandai saja, andai dia lebih dulu mengenal Vana dibandingkan Dipta dan Liam itu. Sudah pasti gadis itu ada dalam pelukannya.
"Gue bela-belain luka in diri sendiri buat dapetin Liam balik, tapi lo liat? Sia-sia pengorbanan gue... ", rengekan Wilona menarik antensi Alex yang sedang ber-imajinasi.
Perlu diketahui Alex berpuasa untuk menggoda wanita lain selama berhari-hari. Dia selalu dituntut ada disisi sepupunya alias calon istri aka Amira.
" Lo jangan terus ngejar yang gak pasti. Liam udah gak punya minat lagi Wil, dan gua juga punya masalah lain lebih kompleks dari masalah lo ini"
Wilona mengernyit tak suka, tak biasanya Alex akan protes dan memberi saran berbanding terbalik dengan wataknya. "Emang apa masalah lo Lex?", Alex tersenyum hambar mendengar hal itu.
"Gua di jodohin, dan sekarang gua gak bisa main untuk sementara"
...----------------...
"Mas... Kamu yakin kita pakek baju couple gini?"
Vana memperhatikan penampilannya sendiri dan penampilan suaminya di kaca. Memang cocok, baju putih dipadukan celana jeans yang tidak terlalu ketat sedangkan Vana memakai baju putih rok berwarna biru dongker. Rambutnya juga dibiarkan ter-urai.
"Iya dong, bagus kan?", Liam memeluk pundak Vana dari samping.
Lantas di tengah Vana sibuk merapikan rambut nya, Liam mencuri momen dengan mengambil ponsel dan memotret mereka dengan posisi mirorr selfie.
Cekrek//...
Vana bisa merasakan kupu-kupu di perutnya saat tangan Liam memeluk dari belakang dan meletakkan kepala di bahu istrinya.
"Mas... Jangan kagetin dong... "
"Gapapa dong, tuh liat fotonya bagus kan?", Vana mengangguk malu.
Liam terkekeh kemudian mengacak rambut Vana gemas, " udah ayo berangkat!"
"Mas!! Nanti rusak rambutnya"
...----------------...
"Ck, ngapain lo ngintilin gue mulu?", Amira dan suara cempreng berhasil membuat telinga Alex hampir tuli.
" Berisik! Bisa diem aja gak lo? Hal normal kalau gua ngintilin sepupu sendiri ", sedang adu mulut teman lama lain yang dulu melihat keakraban Alex, Amira bersama dua orang lainnya rasanya sedikit membingungkan.
" Wehh Wehh... Kok kalian ribut dah? Perasaan dulu kagak begini nih"
Secara serentak Amira dan Alex menoleh, "gak!"
"Gue gak pernah tuh akrab sama sepupu sasimo"
"Heh! Gua juga ogah deket sama siluman, eh tunggu... SIAPA YANG SASIMO?HEH! MAU KEMANA LO?", Laskar mencegah tubuh Alex yang tampak kepalang emosi.
" Eh? ALEX SAYANG!! IHHH LAMA DEH GAK KETEMU"
Grep.
Parfum dior, rambut bergelombang dan tunggu sebelum Alex melihat wajah wanita yang menghambur pelukan.
"Hah!", Alex hampir terjungkal kala menyadari siapa wanita itu.
" E—elo..."
"Aku Jihan, mantan pertama kamu disini. Inget engga?"
Tentulah Alex akan menjawab....... Gelengan. Sejujurnya pacar-pacar masa lalunya tak se istimewa itu sampai harus diingat selamanya.
Mungkin Alex hanya akan mengingat nama istrinya kelak? Siapa yang tahu!
Tapi Alex tetap pada karakter lamanya. Dia pandai melakukan sandiwara.
"Ah bener! Astaga Jihan my babyy!! Oh my god, you look so gorgeous baby girl come here, give a kiss!"
Laskar menggelengkan kepala. Jika dulu ia memergoki keduanya berpelukan mesra dan bercumbu di gudang belakang. Sekarang tanpa malu kedua orang itu berciuman di depan umum, sengaja sekali ngasih asupan..
...----------------...
Lima belas menit setelahnya,
Vana dan Liam terjebak macet sehingga datang sedikit terlambat.
Dan barulah sekarang keduanya memasuki Aula sekolah, rupanya Liam masih mengingat denah di setiap sudut ruangan. Dia bahkan sempat menunjukkan ruangan perpustakaan yang dulu pernah digunakan sebagai tempat sembunyi setelah dibully oleh anak-anak berandal. Yah... Itu saat kelas sepuluh dan keadaan nya Dipta tidak bisa masuk sekolah.
"Liam! Widih! Pak dokter makin ganteng aje!", namun setahun setelahnya Liam berubah drastis banyak penggemar berjenis kelamin perempuan.
" Eh? Ini siapa?", menyadari ada kehadiran seorang wanita di samping Liam—Tara bertanya bingung, jika saja bisa berkenalan..
"Ini istri gua, namanya Vana", jawab Liam santai. Sedangkan Vana meremas tas yang ia bawa.
"Anjir, gila. Setelah lo dulu nolak primadona sekolah, gua kira lo gak akan tuh mau pacaran. Cantik banget istri lo"
Liam terkekeh dengan sengaja menggenggam jemari Vana yang terlihat kikuk, "jangan bikin istri gua takut Tar", ujar Liam.
" Sorry bre, kenalin gua Tara. Salam kenal!"
"Aku Vana... Salam kenal juga"
"Oh iya... Gua turut berduka cita atas meninggalnya Dipta ya? Jujur gua ikut sedih tuh anak kagak dateng"
Baik Vana maupun Liam juga memikirkan hal serupa..
Tapi sekarang sebuah pertanyaan mengganjal di benak kedua manusia ini.
Apa kalau Dipta ada, Vana akan mendampingi nya sedangkan Liam tetap bersama Wilona yang selalu memberi warna abu-abu..
Bersambung.
