Perfect Sweet Marriage

Lanjuttt...

"Maaf aku terlambat" Bisiknya kepada danira yang tergolek lemah di dalam dekapannya

"Kita kemana?" Tanya aldo, sejak awal diego sudah meminta aldo untuk mengikuti dan mengawas danira namun aldo lengah dan kehilangan jejak danira beruntung ia sempat mengingat nomor taxi yang dinaiki danira dan mencari supir taxi itu dan mencari tahu kemana danira pergi setelah mengetahui danira ditaman aldo menghubungi diego dan keduanya pergi untuk menyusul danira namun ternyata nasib buruk sedang menimpa danira dari kejauhan Diego mendengar suara teriakan yang terdengar seperti suara danira

",Pak.." Ucap aldo lagi membuat diego tersentak dari lamunannya menatap wajah danira

"Ke apartemenku" Jawab diego datar, aldo menelan salivanya perasaan gelisah menghantuinya setelah mendengar intonasi bicara lelaki itu

Setibanya di apartemen milik nya aldo mencoba membantu Diego yang kesusahan keluar dari mobil dengan menggendong danira

"Jangan menyentuhnya" Ucapnya membuat aldo segera mengurungkan niat baiknya ia hanya mengikuti langkah kaki diego

Setelah merebahkan danira dan menghubungi dokter diego menghampiri aldo dan tanpa berkata-kata ia melayangkan satu pukulan ke wajah lelaki itu hingga membuatnya terhuyung

"Aku memintamu untuk mengikutinya, bagaimana bisa kau kehilangan jejak nya hah" Bentak nya dengan geram mencengkram kerah baju aldo namun lelaki itu tak berusaha melawan ia bahkan memohon maaf atas kelalaiannya

"Bagaimana nasibnya jika kita tidak tiba tepat waktu... Aku tidak mungkin membiarkan dia kenapa-kenapa..." Bentaknya kepada aldo

"Aku tidak bisa kehilangan dia.." Diego terhuyung sembari mengusap wajahnya kasar aldo hanya diam mematung tanpa membela diri

"Pak.."

"Jangan sampai terulang lagi... Atau aku tidak akan bisa memaafkan mu.." Ucapnya dengan mata merah dan berembun

Aldo mengangguk setuju dan terus meminta maaf atas perbuatannya diego menghampiri danira yang masih terpejam ia duduk disamping wanita cantik itu meraih tangannya dengan lembut

"Maaf seharusnya aku tak membiarkan mu pergi sendiri.." Bisiknya ia mengulurkan tangannya menyeka rambut yang menutupi wajah cantik danira tatapan begitu dalam diego berikan, aldo sedikit tertegun sebab lelaki itu tak pernah memberikan perhatian begitu besar kepada lawan jenisnya

Sementara itu toni sejak tadi terlihat gelisah dirumahnya ia berkali-kali terlihat nelpon dan beberapa kali juga ia memaki sembari menatap ponselnya

"Toni sejak tadi mama perhatikan kamu terlihat sibuk sendiri" Ny.Leira berjalan menghampiri toni dan duduk disamping anak bungsunya itu

"Ada apa?" Tanya wanita itu

"Tidak ada apa-apa ma.. apa diego sudah pulang..?" Tanya toni

"Toni, dimana sopan santun mu beberapa kali mama bilang jangan panggil abangmu dengan nama seperti itu" Tegur ny.leira yang tak suka dengan sikap toni kali ini dimana biasanya putranya itu selalu bersikap baik dan sopan namun beberapa hari terakhir ia selalu bersikap aneh berbeda dari biasanya

Namun bukannya meminta maaf toni malah pergi meninggalkan ny.leira yang masih menegurnya

"Toni... Toniiiii" Teriaknya namun yang empunya nama tak menghiraukannya

"Baik toni jangan salahkan mama jika ayahmu menghukum kalian berdua" Ucap ny.leira berdialog seorang diri perubahan sikap kedua putranya membuatnya heran namun yang lebih kentara adalah toni, dimana biasanya putra bungsunya itu selalu bersikap manis dan sopan kepadanya namun kali ini sikap toni cukup kelewatan ny.leira kembali mengeluarkan ponselnya dan tampak berbicara dengan seseorang disebrang sana

Toni pergi menuju apartemennya dengan niat meminta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan danira namun ia berkali-kali menghubungi ponsel wanita itu tetap saja tak bisa, ia bahkan menekan bel berkali-kali namun tidak ada jawaban dari dalam sana

"Sepertinya dia benar-benar marah.. Aku tahu aku keterlaluan hanya saja aku tidak bisa menahan lagi perasaan yang ku rasa.."

"Aku hanya ingin dia bahagia.. Apa aku salah.." Ucap toni ia duduk disamping pintu kamar danira yang tertutup rapat

"Danira maafin aku" Ucapnya sembari mengetok dan menekan bel pintu namun tetap saja usahanya sia-sia pintu itu masih saja tertutup rapat

Ditempat apartemennya Diego, danira akhirnya mendapatkan perawatan medis setelah dinyatakan mengalami syok berat dan kondisi mental yang lemah

"Hukum pelakunya dengan berat" Diego berbicara kepada aldo, lelaki itu mengangguk dan dengan cepat mulai menghubungi seseorang serta mengotak-atik laptopnya sementara diego ia duduk disamping danira yang masih tertidur setelah mendapatkan beberapa suntikan obat penenang

"Maafkan aku, seharusnya aku memberi pelajaran kepada adikku yang bajingan itu"

"Bisa-bisanya ia ingin merebut calon istri kakaknya.. Adik yang kurang ajar..." Bisiknya sembari mengusap pipi danira dengan lembut

"Ini pak"

 Aldo menghampirinya dan memberikan amplop cokelat yang berisi data-data yang ia minta tadi

"Aldo.." Panggil diego saat lelaki itu membalikan badan pamit

"Ya" Jawabnya kembali menghadap diego yang duduk

"Maafkan saya tadi sudah memukulmu.. Saya suka kinerja mu jadi kamu saya berikan cuti beberapa hari pulang dan kunjungi dia" Ucap diego ia merogoh kantung celananya dan memberikan kunci mobil kepada lelaki itu

"Bawa itu.. katakan padanya aku akan mengunjunginya nanti" Ucapnya sembari mendorong aldo buru-buru pergi

Lelaki itu tersenyum sumringah ia mengangguk setuju dan pergi meninggalkan danira dan diego seorang diri di dalam sana

Berjam-jam berlalu danira akhirnya membuka matanya perlahan tubuhnya terasa sakit semua dan ia tersentak saat merasakan sebuah tangan memeluknya dengan lembut bersamaan dengan suara dengkuran

Danira menggerakkan kepalanya untuk mengintip wajah itu begitu teduh bahkan saat tertidur pun ia terlihat sangat menawan dan berkarisma deru nafasnya menyapu wajah danira tanpa sadar danira tersenyum perlahan sembari kembali merebahkan kepalanya menatap langit-langit kamar itu entah kenapa ia menjadi merasa nyaman didalam dekapan itu sebenarnya ia bisa berontak namun hatinya mengatakan jangan ia tetap diam dalam pelukan lelaki itu hampir 2 jam ia benar-benar tidak pernah merasakan dekapan yang begitu nyaman setelah terakhir kali ia memeluk ayahnya saat ia berangkat untuk merantau ke kota untuk kuliah dan bekerja

"Kau merasa nyaman"

"Hahh.." Danira tersentak saat mendengar suara lelaki itu bertanya bahkan deru nafasnya masih terdengar jelas membuat danira merasa merinding

"Se-sejak kapan kau bangun" Tanya danira pelan

"Sejak tadi" Jawab lelaki itu acuh

"Apa.." Danira mencoba keluar dari selimut dan pelukan nya namun ia justru mengeratkan pelukannya

"Jangan pergi.. Aku sungguh mencintaimu" ucapnya

"Kau gila ya, apa kau mengigau" Protes danira

"Bagaimana mungkin ada wanita segalak ini" Jawabnya cuek sembari terus memeluk danira didalam dekapannya

"Lalu kenapa kau mengatakan mencintaiku sedangkan kamu tidak tahu siapa aku.. Bisa saja aku ini penjahat, perampok atau..."

"Atau apa..?" Tanya nya menyeruak kan wajahnya ke tekuk danira membuat wanita itu meremang

"I-iya ba-bagaimana bisa kau mencintai orang yang tidak kau kenal.. Bukan aku yang seharusnya menjadi calon istrimu " Protes danira sembari memejamkan matanya

"Ya lalu.. Salah sendiri kenapa kau menyerahkan dirimu menjadi jodohku" Jawab diego acuh

"Kau..." Kesal danira sembari mencoba melepaskan diri namun bukannya lepas ia malah membuat posisi keduanya semakin kacau karena diego berada diatasnya menghimpit dirinya yang berada dibawah dengan posisi tangan terkunci

"A-apa yang..."

"Cup.., Diego mendaratkan sebuah kecupan hangat dan mesra dibibir ranum danira membuat wanita itu mengerjapkan matanya berkali-kali dan terpaku dengan detak jantung berdebar kencang

"Aku mencintaimu, aku tidak peduli kau akan berpikir aku gila namun aku sungguh menyukaimu, ini terdengar cukup aneh meskipun sebenarnya wanita itu tidak kabur dan menerima perjodohan ini tapi aku akan tetap menolak perjodohan ini dan memilihmu..

Kau tau kenapa? Tanya diego, danira mengerjapkan matanya dan menggeleng pelan

"Karena aku jatuh cinta dengan mu" Jawabnya sembari tersenyum lembut

"Kau.."

"Ya aku gila danira, aku gila karena mencintaimu.. Tapi inilah yang ku rasakan.." Jawab diego, danira menatap wajahnya dan matanya namun dari sorot mata itu danira tidak menemukan canda atau jebakan justru yang ia temui tatapan mata yang begitu tulus untuknya bahkan lebih tulus dari toni.

Diego kembali mendaratkan ciuman dibibir manis danira dan kali ini danira mulai merespon kecupan itu dari hanya bibir yang menempel berlanjut ke lumat an kecil danira memejamkan matanya saat diego mencium leher jenjangnya dengan lembut namun saat permainan keduanya menaiki level up tiba-tiba ponsel diego berdering membuat kegiatan mereka terhenti karena danira dengan cepat mendorong lelaki itu menjauh

"A-aku.." danira menatap diego dengan nafas terengah-engah lelaki itu terdiam ia menatap danira, danira merasa takut ditatap seperti itu apakah ia membuat lelaki itu marah tapi apa salah ia hanya menghentikan hal yang salah yang mereka berdua lakukan

"Maafkan aku.. Hampir saja aku menodaimu" Ujar diego ia menghampiri danira dan berlutut dihadapan wanita itu

"Sekarang aku harus pergi sebentar nanti aku kembali dan jangan kemana-mana" Ujar diego

Danira mengangguk pelan ia mengusap wajah lelaki itu ini pertama kalinya ia melihat lelaki itu bersikap normal dan tidak arogan, diego kembali mengecup bibir danira sebelum ia pergi.

Danira tersenyum saat lelaki itu menutup pintu rasa hatinya begitu menghangat seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik didalam dadanya dan membuat perasaannya menjadi tak karuan.