"Kamu spesial, Jingga.. Kalo ada yang nanya wetonmu, jangan di kasih tau ya, nak."
"Kenapa, uti?"
"Karena mereka bisa menyakitimu, lewat hari lahirmu.
Weton kelahiran itu ibarat senjata mematikan bagi orang jahat yang mau berbuat jahat padamu, maka dari itu jangan beritahukan wetonmu pada sembarang orang!"
Jingga, memiliki nama panjang Radenaruna Jingga. adalah gadis spesial yang menjadi incaran makhluk ghoib. Dia lahir di detik - detik kematian ibunya, dan hal itu menjadikan dia memiliki kemampuan melihat hantu dan berkomunikasi dengan mereka (Indigo).
Sampai suatu hari dia di adopsi oleh majikan mendiang ayahnya saat akan menginjak SMP dan ikut tinggal di Jakarta. Dia mendapati kejanggalan dan keanehan di rumah orang tua angkatnya itu. Banyak Arwah - arwah yang menangis meminta tolong dan ada juga yang selalu mengganggu Jingga!
Apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu?? Misteri apa yang tidak di ketahui oleh Jingga??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 30. Menstruasi pertama Jingga.
Jingga terbangun dan langsung duduk dengan nafas tersenggal - senggal, mimpinya terlalu nyata sampai dia berkeringat sangat banyak. Jingga melihat kesekelilingnya dan tak melihat keberadaan Raka, ia melihat jam yang ternyata sudah jam 8 malam.
"Astagfirullah, aku melewatkan sholat Maghrib." Gumam Jingga, ia hendak bangun tapi dia merasa di bagian bawahnya terasa basah dan licin.
Jingga bergegas bangun dan terkejut mendapati di ranjang nya terdapat banyak sekali darah yang mengotori sprei nya, Jingga pun pias dan lemas melihat darah sebanyak itu.
"Ya Allah, aku berdarah?" Jingga melihat sumber darahnya yang ternyata berasal dari bagian bawahnya.
Jingga tentu bingung harus berbuat apa, dia tahu itu adalah menstruasi pertama nya tapi dia tidak memiliki pengalaman apapun jadi dia kebingungan sekarang. Jingga langsung menggulung sprei yang terkena oleh darahnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi, ia langsung mengguyurnya di wastafel dan menguceknya menggunakan sabun.
Tapi saat ia sedang mengucek noda darah itu, tubuhnya merinding seolah ada yang sedang memperhatikan dirinya.
"Wsshghhsshhhshshhh..." Jingga mendengar suara - suara aneh, seperti orang berbisik tapi lebih dsri satu orang.
Jingga kembali keluar setelah selesai mencuci darah di spreinya lalu dia mengambil pakaian ganti dan kemudian dia mencuci pakaian nya yang terkena noda darah juga, setelah semua sudah bersih barulah Jingga mandi. Saat Jingga mengguyur tubuhnya, darahnya mengalir masuk ke dalam selokan air dan Jingga memperhatikan itu.
Di luar kamar mandi, Delima masuk kedalam kamar dan tak mendapati Jingga. Delima membawa makanan di baki ia lalu meletakan makanan itu di meja dan ia mendengar suara gemericik dari kamar mandi.
"Jingga, kamu mandi nak?" Panggil Delima dari luar.
"Iya, ma." Sahut Jingga dari dalam kamar mandi.
Delima melihat ranjang Jingga yang tak di pasangi sprei, ia pun mengernyitkan keningnya saat melihat bercak noda merah yang sangat banyak di kasur Jingga. Dengan bergegas dia mendekati ranjang dan memperhatikan dengan seksama noda merah apa itu, dan wajah nya sedikit pias saat tahu itu darah dari bau amis nya.
"Jingga! Kamu kenapa, nak!?" Teriak Delima, ia sampai berdiri di depan pintu kamar mandi.
Tak berselang lama Jingga keluar menggunakan pakaian baru dan dari luar Delima bisa melihat tumpukan sprei dan pakaian Jingga yang basah bekas di cuci. Delima langsung masuk kedalam kamar mandi dan menyentuh setumpuk kain basah itu lalu menatap Jingga.
"Sayang, kamu.." Delima menggantungkan ucapan nya.
"Jingga haid pertama, ma." Ujar Jingga.
"Ya ampun, ya sudah ayo duduk dulu. Mama minta bibi bawakan pembalut buat kamu ya, kamu makan dulu nak." Ujar Delima, ia lantas menggandeng Jingga dan duduk di kursi belajarnya.
Delima keluar dari kamar dan wajah nya berubah menjadi serius sekarang, ia pun menuruni lantai dua dan turun ke lantai 1. Sementara Jingga, ia mulai menyentuh sendok di piring yang berisi makanan nya tapi ia mendengar bisikan.
"Tolong.."
DEG!!
Suaranya sangat dekat, itu suara Ika yang ada di dalam mimpinya. Jingga langsung meremang karena takut sosok yang mengejarnya di dalam mimpi sungguhan ada di dekatnya sekarang, Jingga berdoa dalam hatinya dan tangan nya mengepal kuat sendok yang ia pegang.
Jingga mendengar sesuatu yang merayap di atas plafon, bahkan debu - debu halus berwarna putih juga jatuh di meja belajar Jingga. Jingga mendongak ke atas dan terlihat sosok mengerikan menempel di atap seperti cicak, Jingga langsung berteriak..
"AAAA!!!"
Jingga bangun dan berlari menuju pintu keluar, dan saat membuka pintu ia menabrak Raka yang hendak masuk, Jingga langsung sembunyi di belakang tubuh Raka dengan nafas tersenggal - senggal.
"Astaga! Lu ngapain si!?" Ujar Raka, ia kaget tentu saja.
"Bang Raka, ada setan!" Ujar Jingga, sambil memegang lengan Raka kuat - kuat.
"Setan?!" Raka langsung menatap kedalam kamar tapi tidak ada siapapun.
"Lu tuh tukang halu, ya!? Jangan kebanyakan nonton horor makanya!" Ujar Raka.
Jingga melihat kedalam dan memang tidak ada siapa - siapa. Dan saat itu juga Delima sampai di atas bersama pelayan tua, pelayan tua membawakan pembalut untuk Jingga.
"Kenapa nak?" Tanya Delima.
"Au nih anak, katanya liat setan." Ujar Raka.
DEG!
Delima terkejut.
"Bang, kamu jangan masuk kedalam kamar dulu. Jingga, ayo ikut mama." Ujar Delima dan menggandeng Jingga masuk kedalam kamar mandi.
Raka kebingungan apalagi saat pintu kamarnya di tutup dan di kunci dari dalam, pelayan tua juga ikut masuk dan mengambil sprei dan pakaian Jingga yang terkena noda darah.
"Lah, gimana si." Raka kebingungan, tapi akhirnya dia duduk dan menonton tv di depan kamar nya yang ada sofa untuk menyantai juga.
Tapi entah mengapa, Raka merasakan merinding. Belum pernah dia merasakan merinding seperti itu, seolah - olah ada yang sedang menatapnya.
"Kok kaya ada yang lg ngeliatin gue, ya. Tapi nggak ada siapa - siapa." Gumam Raka, sambil matanya melihat kesana kemari.
Sementara Delima, ia mengajari Jingga bagaimana caranya memakai pembalut. Jingga pun merasa lega setelah akhirnya darahnya sudah tidak meleber kemana - mana.
"Maaf ma, kasur nya kotor sama darah nya Jingga." Ujar Jingga ketika ia selesai dan kini di luar kamar mandi.
"Nggak apa - apa, nak. Itu tanda nya anak mama udah remaja, karena udah haid." Ujar Delima, tersenyum.
"Makasih, ma." Ujar Jingga.
"Iya nak, tapi mama mau tanya.. tadi bang Raka bilang kamu liat setan?" Tanya Delima, seketika Jingga terdiam.
"Emang mama percaya hal itu ada?(Hantu)" Tanya Jingga akhirnya.
"Mama percaya ghoib itu ada, jadi Jingga cerita aja.." Ujar Delima, Jingga pun mengangguk.
"Jingga liat.." Ucap Jingga menggantung. Entah mengapa hatinya seolah berkata bahwa ia tidak boleh mengatakan nya pada Delima, apalagi dia melihat pelayan tua yang juga dengan serius menatapnya.
Delima dan pelayan tua itu sudah sangat serius ingin mendengar apa yang Jingga katakan, bahkan pelayan tua sudah maju satu langkah mendekat pada Jingga.
"Lihat apa, nak?" Tanya Delima, tatapan nya sangat serius.
"Jangan bilang bang Raka ya, ma.Tadi aku cuma nakutin bang Raka aja hehe..." Ujar Jingga, sambil menyengir.
Seketika tatapan serius dari Delima dan pelayan tua itu berubah menjadi senyum, Delima menghembuskan nafas dan mengusap kepala Jingga.
"Kamu mau ngisengin abang ya?" Ujar Delima.
"Iya, ma. Abis abang juga suka iseng." Sahut Jingga.
Delima menatap pelayan tua yang berdiri tak jauh dari Jingga, entah apa maksud dari tatapan nya itu tapi pelayan tua itu mengangguk dan pergi sembari membawa sprei dan pakaian basah milik Jingga.
"Kirain mama kamu beneran, mama takut jadinya." Ujar Delima, JIngga pun tersenyum tak enak hati jadinya.
"Maaf ma, udah bikin mama panik." Ujar Jingga, Delima pun tersenyum dan mengusap kepala Jingga.
"Nggak apa - apa, ya udah mama turun dulu ya, kamu makan makanan kamu terus kalau sudah habis taro di depan kamar aja." Ujar Delima, Jingga pun mengangguk.
Delima berjalan keluar dari kamar Jingga dan sebelum pergi, Delima menatap Jingga yang tak sadar jika dirinya di tatap oleh Delima dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Setelah Delima keluar dan terdengar bunyi pintu yang tertutup Jingga menoleh ke arah pintu juga dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
'Kenapa aku merasa takut saat mama bertanya padaku?' Batin Jingga..
BERSAMBUNG...
baguslah Ilham nggak bilang kalo jingga tinggal di rumah nya, seperti nya jingga akan aman di sana
di tunggu kelanjutannya Thor
semoga aja ustadz Sholeh dan ayahnya Ilham bisa membantu menghentikan pesugihan nya ortunya Raka, biar nggak ada lagi korban2 berjatuhan
nah kan pada akhirnya si pelaku pesugihan juga di serang sama hantu nya
jingga beneran harus berhati2 nih, dan semoga aja ayah nya Ilham bisa bantu jingga.
Selamat hari raya Iduk Adha Thor, mohon maaf lahir batin 🙏