NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:229.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan Dari Ayah Luna

Pagi-pagi, beberapa kerabat Ayah dan Ibu Luna sudah tiba di rumah Luna. Luna dan kedua orang tuanya menyambut mereka dengan senang hati.

"Luna sayang, Bibi sangat merindukanmu," ucap Bibi Luna, adik kandung dari Vaela.

"Luna juga merindukan Bibi," balas Luna, memeluk sang bibi.

"Katanya kau sudah menikah. Dimana suamimu?" tanya Bibi Luna dari pihak sang Ayah. Terlihat sekali ekpresi tak sukanya pada Luna. Bukan hanya pada Luna, melainkan pada orang tua Luna juga.

"Suamiku sedang tidur, Bi," balas Luna.

"Cih! Tidak tahu malu! Sudah jam segini masih saja tertidur."

"Apa kau bisa menjaga mulutmu! Jika kau tak suka kemari, pulanglah ke rumahmu! Jangan buat keributan!" ucap Basil tak suka. Wanita itu satu-satunya sepupunya yang selalu menganggap rendah keluarganya.

"Paman, kami juga sebenarnya tidak ingin ke rumah kecil ini. Tapi, Ibuku masih memiliki rasa kekeluargaan. Jadi, kami tidak akan pulang sebelum acara selesai," ucap seorang gadis yang seusia Luna. Dia adalah putri dari Bibi Luna, dari pihak sang Ayah.

"Ya, tentu saja. Kalian tidak boleh pulang sebelum acara ini selesai. Akan ada banyak makanan. Kalian bisa makan sepuas kalian tanpa harus membayar. Bukankah kalian suka yang gratis?" ucap Vaela dengan santai. Membuat wanita itu dan sang putri melotot padanya. Sementara yang lain menahan tawa.

"Sudah. Ayo, masuk!" ucap Luna masih menahan tawa.

Semuanya segera masuk dan mengisi ruang tamu. Luna segera menuju dapur membuatkan minum. Setelah itu, dia langsung berpamitan pada keluarganya untuk menemui Danzel. Dia memang sengaja tidak membangunkan suaminya itu karena sang Ayah memberitahunya, jika semalam, sang Ayah sempat melihat Danzel duduk cukup lama di ruang makan yang satu ruangan dengan dapur. Luna pikir, mungkin Danzel tak nyaman untuk tidur di kasurnya yang tak sebagus dan seempuk kasur di rumah Danzel.

Luna mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Dia kemudian langsung membukanya dan menemukan Danzel masih tertidur. Luna mendekat dan membangunkannya.

"Danzel, ayo bangun," ucap Luna, mengguncang lengan Danzel.

Danzel yang tidur telentang perlahan membuka matanya. Dia terdiam ketika melihat wajah Luna yang cukup dekat dengannya. Dan dia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat.

"Danzel, kenapa kau diam? Ayo, bangun. Kerabat ayah dan ibuku sudah datang. Mereka menanyakanmu."

Seketika Danzel tersadar dan mengalihkan tatapannya. Dia segera bangun, membuat Luna kembali menegakkan tubuhnya.

"Aku akan menyiapkan air untukmu mandi." Luna segera menuju kamar mandi di kamarnya. Di rumah itu, satu-satunya kamar yang memiliki kamar mandi adalah kamarnya. Tapi, tetap saja tak seluas kamar dan kamar mandi di rumah Danzel.

Setelah menyiapkan air untuk Danzel, Luna keluar. Dia kemudian mengambil baju yang akan Danzel kenakan. Dan setiap gerak geriknya tak terlepas dari tatapan Danzel.

"Sudah ku siapkan semuanya. Kalau sudah selesai, temui Ayah dan yang lain. Aku keluar dulu untuk membantu yang lain."

Danzel tak menjawab. Namun, matanya tak lepas memperhatikan Luna yang kini berjalan keluar dari kamar. Laki-laki itu menarik nafasnya setelah pintu tertutup. Kemudian dia beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Luna tiba di ruang tamu dan langsung mendapat tatapan tak suka dari sang Bibi dan sepupu. Namun, Luna tak peduli dan mengabaikan mereka.

"Kau sendiri? Apa suamimu malu menunjukkan wajahnya? Apa dia sangat jelek? Pantasan saja kalian menikah tanpa mengundang kami," ucap sepupu Luna.

"Siapa bilang suami Luna jelek? Dia tampan, sangat tampan. Kalau kau berbicara soal undangan, kalian memang pantas tidak diundang. Kedatangan kalian hanya membuat keributan!" sarkas Bibi Luna dari pihak sang Ibu.

"Sudah. Ayo, lebih baik kita mulai mempersiapkan acranya sekarang." Luna mencoba menghentikan mereka.

Tak ada yang protes. Mereka segera ke dapur, sementara para lelaki mulai membantu mendekor ruangan yang akan dijadikan tempat acara.

Saat sedang berkutat di dapur menyiapkan beberapa makanan yang akan dihidangkan nanti, tiba-tiba Danzel muncul. Kedatangannya membuat sepupu dan bibi dari pihak Ayah Luna diam terpesona. Namun, Danzel tak peduli pada yang lain. Matanya tertuju pada Luna yang membelakanginya. Dan Luna cukup terkejut ketika berbalik dan melihat Danzel berdiri di belakangnya.

"Da-Danzel, kau buatku terkejut." Luna mengusap dadanya pelan.

"Aku ingin sarapan."

"Jadi, itu suamimu?" tanya sang sepupu pada Luna. Namun, matanya hanya menatap Danzel.

"Iya. Ini suamiku, Danzel."

"Waah... Kau beruntung sekali Luna. Gadis jelek sepertimu mendapatkan seorang pangeran," ucap Bibinya.

"Bilang saja kau iri pada ponakanku. Putrimu tidak bisa memiliki pasangan seperti suami Luna," sahut Bibi dari pihak Ibu Luna.

"Bibi, sejelek apapun seorang wanita, jika di mata pria yang mencintainya dengan tulus, dia akan terlihat cantik, melebihi wanita manapun. Iyakan, sayang?" ucap Luna, menggandeng mesra tangan Danzel. Namun, hatinya begitu khawatir, takut Danzel malah menepisnya dan bersikap dingin.

"Ya. Kau sangat cantik di mataku," jawab Danzel, mengikuti sandiwara Luna. Hal itu membuat Luna mendongak menatapnya. Jujur, jantung Luna berdetak sangat cepat. Meskipun hanya pura-pura, tapi Luna merasa bahagia.

Luna tersenyum manis, kemudian mengajak Danzel ke kursi meja makan. Gadis itu dengan cekatan menyiapkan sarapan Danzel, kemudian duduk menemani Danzel sarapan. Setelah suaminya itu selesai, Luna segera membereskan bekas sarapan Danzel, kemudian membersihkan meja.

Hari ini, semuanya sibuk mempersiapkan acara yang akan diadakan malam nanti. Meskipun acaranya kecil-kecilan dan tidak banyak tamu yang diundang, mereka harus menyiapkannya dengan baik.

***

Luna memasuki kamarnya, mengikuti Danzel. Laki-laki itu duduk diam menatap Luna. Dia tidak meminta Luna mengikutinya. Dia ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap. Tapi, Luna malah mengikutinya sedangkan urusan Luna bersama para wanita belum selesai.

"Meskipun pekerjaanku belum selesai, aku tidak akan melupakan kewajibanku mengurusmu. Jadi, berhentilah menatapku seperti itu," ucap Luna, yang tahu maksud tatapan Danzel.

Tanpa menunggu jawaban Danzel, Luna langsung berjalan menuju kamar dan menyiapkan air untuk Danzel. Dan seperti biasa, gadis itu kemudian menyiapkan baju untuk Danzel setelah keluar dari kamar mandi.

"Apa kau akan memakai jas juga? Aku juga membawa jasmu kemarin."

"Tidak perlu," jawab Danzel, langsung beranjak menuju kamar mandi. Luna mendengus pelan. Baru saja dia senang karena Danzel meladeni semua sandiwaranya tadi. Tapi, sekarang laki-laki itu kembali ke sikap dinginnya.

Luna menarik nafasnya, lalu keluar dari kamar. Dia melanjutkan pekerjaannya dan kembali ke kamar setelah menerka-nerka jika Danzel sudah keluar dari kamar mandi. Dan benar saja, saat tiba di kamar, dia melihat lelaki itu mulai mengenakan kemejanya.

Luna segera membantu. Awalnya Danzel menolak. Tapi, bukan Luna jika menyerah. Gadis itu tetap keras kepala dan tetap melakukan apa yang dia inginkan. Hingga akhirnya, Danzel pasrah dan membiarkan Luna.

"Nah, sudah selesai. Sekarang kau keluarlah. Temui ayah sama ibu. Aku akan menyusul nanti. Aku mau istirahat sebentar."

Danzel tak menjawab. Dia menatap Luna yang memang terlihat lelah. Tapi, dia salut dengan gadis itu. Meskipun mengerjakan banyak hal, dia tidak pernah mengeluh. Bahkan dia tidak pernah lupa untuk mengurusnya dan memberikan perhatian padanya.

Setelah beberapa saat, acara ulang tahun pernikahan kedua orang tua Luna dimulai. Tidak banyak orang yang hadir. Hanya beberapa kerabat, tetangga, dan tiga orang rekan kerja Basil, ayah Luna.

Acara berjalan lancar. Hingga tiba saatnya memberi kado untuk Ayah dan Ibu Luna. Sang Bibi dan sepupu tersenyum remeh. Mereka ingin melihat, kado seperti apa yang akan Luna berikan pada orang tuanya.

"Ayo, Luna. Kado apa yang akan kau berikan pada orang tuamu?" tanya sang Bibi, membuat bibi dari pihak Ibu Luna, memutar bola mata malas. Ia tahu, wanita itu pasti ingin mempermalukan ponakannya.

Luna tak menanggapi wanita itu. Dia menatap Ibu dan Ayahnya, kemudian memeluk mereka.

"Selamat ulang tahun pernikahan, Ayah, Ibu. Terima kasih sudah menjadi orang tua terbaik untuk Luna." Suami istri itu tersenyum. Setelah melepas pelukannya, Luna memberikan kado ke Ayah dan Ibunya.

"Boleh Ibu buka?"

Luna menggeleng. "Jangan sekarang, Bu. Ayah juga, jangan sekarang." Kedua orang tua itu mengangguk.

"Bagaimana denganmu, suami Luna?" ucap Bibi Luna, membuat Basil, Ayah Luna menatapnya dengan tatapan sedikit tak suka.

Danzel tak mempedulikan mereka. Danzel mendekati kedua orang tua Luna, kemudian menyerahkan sebuah kado kecil pada Ayah Luna.

"Aku tidak tahu, apa yang...." Danzel sejenak menjeda ucapnnya. Dia merasa berat menyebut Ayah Luna dengan sebutan Ayah. Tapi, dia berusaha memaksakan dirinya untuk memanggil kedua orang tua itu seperti yang dilakukan Luna. "Aku tidak tahu apa yang Ayah suka. Tapi, semoga Ayah menyukai hadiah ini."

Basil menerimanya, kemudian memeluk Danzel. Danzel terdiam dengan segala perasaan berkecambuk. Setelah sekian lama dia tidak merasakan pelukan seorang Ayah, sekarang dia kembali merasakannya. Hal itu membuat perasaannya hangat.

Luna dan Vaela yang melihatnya tersenyum. Pemandangan itu membuat perasaan mereka ikut menghangat.

"Sudahi dulu pelukannya. Aku sangat penasaran hadiah apa itu. Menantumu ternyata sangat pelit. Memberikan kado sekecil itu." Suara Bibi Luna kembali terdengar. Wanita itu, hatinya dipenuhi rasa tidak suka pada keluarga Luna.

"Bibi, Ayah dan Ibuku bukan Bibi yang melihat setiap kado yang diberikan dari besar atau kecilnya," ucap Luna, yang seketika membungkam sang Bibi.

Basil menarik nafasnya. Adik sepupunya itu memang sangat terlihat tak suka pada keluarganya. Menepis semua itu, Basil menatap sang menantu.

"Danzel, boleh Ayah buka sekarang?"

"Ya, silakan."

Basil tersenyum, begitu pun Vaela. Suami istri itu dengan fokus membuka kado yang Danzel berikan. Sektika suami istri itu terdiam melihat hadiah apa yang Danzel berikan.

Basil mendongak menatap Danzel. "Nak, ini... terlalu berlebihan," ucap Basil, yang seketika membuat orang-orang yang hadir penasaran, terutama Bibi dan sepupu Luna. Dua wanita itu mendekat, dan seketika terkejut melihat kado Danzel, yang merupakan sebuah kunci mobil. Wajah Bibi Luna seketika memerah malu. Dia baru saja merendahkan kado yang Danzel berikan, yang ternyata adalah sebuah kunci mobil.

"Ini tidak berlebihan," balas Danzel. Basil langsung memeluk Danzel lagi, yang dibalas pelukan oleh Danzel. "Besok seseorang akan mengantar mobilnya kemari," lanjut Danzel.

Acara kembali berlangsung hingga hampir larut. Setelah acara selesai, semua kembali ke kediaman masing-masing, kecuali dua Bibi Luna dan sepupunya. Mereka memilih menginap di rumah Luna.

Danzel keluar dari kamar mandi, dan menemukan Luna membentang tikar di lantai samping ranjang. Keningnya mengerut melihat pemandangan itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Danzel.

"Aku membentang tikar," jawab Luna polos, membuat Danzel berdecak. Luna mendongak dan tersenyum. Dia tahu, Danzel kesal karena jawabannya tak sesuai yang Danzel inginkan.

"Hehehe.... Jangan marah." Luna terkekeh pelan. "Tenang saja, aku membentang tikar untukku. Aku akan tidur disini. Kau tidur saja di kasur," ucap Luna.

Gadis itu meraih satu bantal lalu meletakkannya di atas tikar. Dia kemudian berbaring dan menyelimuti tubuhnya. Tapi, sebelum memejamkan mata, dia kembali menatap Danzel.

"Oh ya. Terima kasih atas hari ini. Kau sudah membantu keluargaku. Kau juga sudah mau bersandiwara bersamaku. Dan terima kasih sudah membuat orang tuaku tidak khawatir tentang kehidupan pernikahanku. Kau membuat mereka percaya aku memiliki kehidupan pernikahan yang baik," ucap Luna, kemudian memejamkan matanya.

Danzel terdiam. Laki-laki itu menatap Luna, kemudian bergerak menuju ranjang dan duduk di sisinya. Setelah cukup lama terdiam, Danzel beranjak dan mendekati Luna yang sudah sangat terlelap. Gadis itu sepertinya sangat kelelahan.

Tanpa banyak berpikir lagi, Danzel berjongkok dan langsung menggendong Luna. Di membaringkan gadis itu, kemudian ikut berbaring di sebelah Luna.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!