Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 9
Kemenangan atas Klan Zhou memberikan ketenangan sesaat bagi Klan Zhu, namun ketenangan itu terasa rapuh, seperti ketenangan sebelum badai.
Tiga hari setelah duel di tambang.
Malam itu, bulan tidak terlihat. Awan tebal menutupi langit Kota Awan Putih, membuat suasana terasa mencekam. Burung-burung malam yang biasanya bersuara, kini membisu total.
Di dalam kamarnya, Shi Hao sedang bermeditasi. Tiba-tiba, matanya terbuka lebar.
DUM... DUM... DUM...
Bukan suara drum, melainkan getaran halus dari dalam tanah. Getaran yang berirama, semakin lama semakin cepat dan kuat. Cangkir teh di mejanya bergetar hingga jatuh dan pecah.
"Binatang buas..." bisik Shi Hao. Matanya menatap ke arah Hutan Pegunungan Hitam di utara kota. "Mereka ketakutan. Ada sesuatu yang 'bangun' di kedalaman hutan dan mengusir mereka keluar."
Belum sempat Shi Hao bergerak, suara lonceng peringatan raksasa di menara kota berdentang gila-gilaan.
TENG! TENG! TENG! TENG!
Jeritan penjaga menara membelah malam.
"SERANGAN MONSTER!!! GELOMBANG MONSTER (BEAST TIDE) DATANG!!!"
Dalam sekejap, Kota Awan Putih berubah menjadi lautan kepanikan.
Obor-obor dinyalakan di sepanjang tembok kota. Para kultivator dari berbagai klan Zhu, Zhou, Li, dan lainnya berlari menuju tembok pertahanan utara. Perselisihan internal dilupakan sejenak jika tembok jebol, semua orang akan mati dimakan monster.
Zhu Hao, mengenakan baju zirah perak, berdiri di atas gerbang utama. Wajahnya pucat saat melihat pemandangan di bawah.
Ribuan pasang mata merah menyala dalam kegelapan.
Serigala Angin, Babi Hutan Baja, Harimau Bertaring Pedang... Ribuan monster tingkat rendah (Tingkat 1 dan 2) berlari menyerbu tembok kota seperti air bah.
"Pemanah! Siapkan panah api! Tembak!" perintah Zhu Hao.
Hujan panah api melesat turun.
ROARRR!
Jeritan monster yang terbakar terdengar mengerikan, tapi mereka tidak berhenti. Mayat teman mereka diinjak-injak saat gelombang berikutnya terus maju menabrak gerbang besi.
"Mereka gila..." gumam Tetua Kedua yang berdiri di samping Zhu Hao. "Biasanya monster lari jika terluka. Tapi ini... mereka seperti lebih takut pada apa yang ada di belakang mereka daripada panah kita."
Di sudut tembok yang agak sepi, sosok kecil berjubah hitam berdiri diam mengamati kekacauan itu.
Shi Hao melihat perilaku monster-monster itu.
'Mereka tidak menyerang karena lapar. Mereka sedang mengungsi. Apa yang bangkit di Hutan Pegunungan Hitam? Aura ini... terasa familiar.'
Seekor Kera Besi (Monster Tingkat 1 Puncak) berhasil memanjat tembok dan melompat ke arah prajurit muda yang ketakutan.
"Mati aku!" teriak prajurit itu.
Srrrt!
Sebuah kerikil melesat menembus kepala kera itu. Bruk. Kera itu mati seketika sebelum sempat mencakar.
Prajurit itu bingung, menoleh ke kiri dan kanan, tapi hanya melihat Tuan Muda Shi Hao yang sedang bersandar santai di dinding sambil memainkan kerikil.
"Fokus. Jangan mati konyol," ucap Shi Hao datar.
Pertempuran berlangsung selama satu jam. Mayat monster menumpuk setinggi bukit di depan gerbang. Manusia mulai kelelahan.
Tiba-tiba, suhu udara meningkat drastis.
Dari kedalaman hutan, pepohonan tumbang. Sebuah bayangan raksasa melata dengan cepat, menghancurkan segala yang dilewatinya.
HISSSSS!
Seekor ular piton raksasa sepanjang 30 meter muncul dari kegelapan. Sisiknya berwarna merah darah dan memancarkan hawa panas yang membuat rumput di sekitarnya layu.
"Itu... Raja Ular Api Merah (Scarlet Flame Python)!" teriak seorang tetua histeris. "Monster Tingkat 3! Setara dengan kultivator Core Formation Awal!"
Wajah Zhu Hao berubah kelabu. Kekuatan tertinggi di Kota Awan Putih hanyalah Foundation Establishment Puncak. Tidak ada seorang pun yang mencapai Core Formation. Perbedaan satu tingkat besar ini seperti perbedaan antara telur dan batu.
Ular raksasa itu mengangkat kepalanya setinggi tembok kota. Matanya yang kuning vertikal menatap manusia-manusia kecil di tembok dengan tatapan lapar.
Ia membuka mulutnya. Bola api raksasa mulai terbentuk di tenggorokannya.
"TAHAN!" Zhu Hao melompat ke depan, mengerahkan seluruh Qi-nya untuk membentuk perisai energi biru. "Semua Tetua! Salurkan Qi kalian padaku!"
Lima Tetua Klan Zhu dan bahkan Patriark Zhou Ba (yang terpaksa ikut) menyalurkan tenaga mereka ke punggung Zhu Hao.
BOOM!
Semburan api ular itu menghantam perisai energi.
Panasnya luar biasa. Tembok batu mulai meleleh. Zhu Hao muntah darah, kakinya bergetar hebat.
"Kita tidak akan kuat..." rintih Zhou Ba. "Kita semua akan mati!"
Di tengah keputusasaan itu, Shi Hao menyipitkan matanya.
'Ular itu... ada yang aneh. Perutnya menggembung tidak wajar. Dan ada luka cakar besar di sisik lehernya. Dia terluka parah sebelum sampai ke sini.'
Shi Hao menyadari sesuatu. Ular ini baru saja menelan sesuatu yang sangat kuat kemungkinan sebuah pusaka atau telur dari monster yang lebih kuat dan sekarang sedang dikejar oleh induknya. Ular ini mencoba menggunakan kota manusia sebagai perisai daging!
'Jika ular itu memuntahkan api sekali lagi, Ayah akan mati,' batin Shi Hao.
Ia tidak bisa lagi hanya menonton.
Shi Hao mengambil sebuah tombak besi biasa dari mayat prajurit di dekatnya.
"Ayah, bertahanlah 3 detik lagi," bisiknya.
Shi Hao menarik napas dalam. Qi Emas di dalam tubuhnya berputar, disalurkan ke lengan kanannya, lalu ke ujung tombak.
Teknik Kaisar Lemparan Penembus Langit.
Saat ular itu membuka mulutnya lagi untuk serangan kedua, titik lemah di dalam kerongkongannya terekspos.
Shi Hao melangkah maju, tubuhnya melengkung seperti busur panah yang ditarik maksimal.
"Mati!"
WUSH!
Tombak itu melesat. Bukan seperti lemparan biasa, tapi seperti kilat hitam. Tombak itu membelah udara, menciptakan ledakan sonik.
Tidak ada yang melihat siapa yang melemparnya. Mereka hanya melihat seberkas cahaya hitam menembus bola api yang sedang terbentuk di mulut ular, lalu...
JLEB!
Tombak itu masuk ke mulut ular, menembus otak, dan keluar dari belakang kepalanya, memaku ular raksasa itu ke tanah di luar tembok.
Bola api yang gagal dimuntahkan meledak di dalam tubuh ular itu.
BOOOM!
Kepala ular itu hancur berantakan. Tubuh raksasanya mengejang-ngejang sejenak, lalu diam. Mati.
Keheningan total melanda medan perang. Monster-monster lain yang melihat rajanya mati seketika, langsung kehilangan nyali dan lari terbirit-birit kembali ke hutan.
Zhu Hao jatuh berlutut, napasnya tersengal-sengal. Ia menatap bangkai ular raksasa itu dengan tatapan tak percaya.
"S-Siapa..." Zhu Hao menoleh ke belakang, mencari penyelamatnya. "Siapa ahli yang melempar tombak itu?!"
Para prajurit dan tetua saling pandang bingung. Tidak ada yang tahu.
Hanya Shi Hao yang sudah kembali berdiri di pojokan gelap, menyeka sedikit keringat di dahinya, dan berpura-pura terlihat ketakutan seperti anak kecil lainnya.
Namun, saat semua orang bersorak merayakan kemenangan, Shi Hao justru menatap ke arah hutan yang gelap dengan wajah serius.
'Ular itu mati. Tapi, apa yang melukainya di hutan masih ada di sana. Dan... aura itu memanggilku.'
Tiba-tiba, suara retakan terdengar lagi. Tapi kali ini bukan dari tanah, melainkan dari langit di atas hutan.
Cahaya ungu memancar dari reruntuhan kuno yang tersembunyi jauh di dalam pegunungan.
Gelombang Monster ini hanyalah pembuka. Sesuatu yang jauh lebih besar Reruntuhan Kuno telah terbuka lebih awal.
zhu
Zhau
dan Zhao
ini kadang saya lari lgi keatas ,untk mencari nama kepala klan🤣🤣🤣