S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. INGIN BERTEMU SIAPA?
"Pa, berapa lama lagi aku harus berada di rumah sakit ini?" Tanya Farzan. Bocah tampan itu tampak jenuh.
Hari ini sudah dua Minggu ia berada di rumah sakit. Ia sudah merasa bosan memakan makanan rumah sakit yang rasanya hambar, apalagi setiap hari harus bertemu dengan dokter dan suster ditambah aroma obat yang menyengat sudah membuatnya tidak tahan dan ingin segera pulang.
Farhan tak menjawab pertanyaan Farzan, ia hanya melirik putranya itu sekilas lalu tersenyum tipis.
"Pa, aku sedang bertanya kenapa Papa diam saja. Aku sudah bosan disini." Farzan menjadi kesal karena papanya tak menjawab dan malah hanya tersenyum.
Farhan pun terkekeh, ia lantas beranjak dari sofa lalu menghampiri putranya yang duduk bersila diatas ranjang dengan menekuk wajahnya.
"Kamu sudah bosan disini, atau karena sudah tidak sabar ingin segera bertemu dia, hum?" Tanyanya menggoda putranya itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
Farzan yang tadinya merasa kesal, seketika tersenyum malu-malu karena pertanyaan papanya itu. Ia memang sangat ingin bertemu dengan saudari sepupunya itu. Pasti akan sangat menyenangkan mempunyai seorang teman yang berasal dari keluarga papanya.
"Bertemu siapa?" Tanya Zana yang baru saja datang dari membeli sarapan untuknya dan Farhan. Ia meletakkan bungkusan yang dibawanya diatas meja lalu menghampiri ayah dan anak itu.
"Farzan, kamu ingin bertemu siapa?" Tanya Zana lagi. Ia menatap ayah dan anak itu bergantian dengan tatapan menyelidik.
Farzan menatap papanya, ia memberi kode dengan menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat agar papanya itu yang menjawab.
"Kau pemalu juga rupanya," Farhan terkekeh kemudian berpindah menatap Zana.
"Putramu itu ingin bertemu dengan saudari sepupunya. Dia ingin berteman katanya, tapi aku rasa Farzan sedang naksir padanya karena keponakanku itu sangat cantik." Ujar Farhan yang membuat Farzan seketika membulatkan kedua matanya lalu menutup wajahnya menggunakan bantal. Ia mengumpat papanya dalam hati karena berbicara yang bukan faktanya.
"Farzan, apa benar begitu?" Tanya Zana dengan nada yang terdengar sarkas, ia tidak ingin putranya itu melewati batasannya. Meskipun Farzan berhak mengenal keluarga dari papanya namun ia tidak akan membiarkan putranya terjerumus kejalan yang tidak seharusnya.
Perlahan Farzan menurunkan bantal yang ia gunakan menutup wajahnya, ia menatap mamanya dengan takut-takut terlebih melihat tatapannya mamanya yang sepertinya sedang marah.
"Sudah, jangan memarahinya. Aku hanya bercanda. Farzan hanya ingin bertemu dengan saudari sepupunya dan tidak naksir seperti yang aku katakan tadi." Ujar Farhan, iapun merasa horor melihat tatapan Zana pada putranya.
Zana pun menghela nafas lega. Bukannya ia tidak setuju jika putranya suatu saat nanti akan menjalin hubungan dengan saudari sepupunya itu. Tetapi karena status sosial mereka yang tidak sepadan terlebih Farzan hanyalah seorang anak yang terlahir tanpa ikatan pernikahan, membuatnya merasa khawatir akan menjadi boomerang dikemudian hari bagi putranya.
"Tapi Zana, aku rasa itu tidak masalah. Saudara sepupu kan boleh menikah." Ujar Farhan lagi yang membuat Zana langsung menatapnya dengan tajam.
"Tidak!" Ucap Zana menegaskan.
Farhan pun terdiam. Ia hanya menyarankan namun jika Zana tidak menyetujui maka ia tidak bisa menentang karena Zana lah yang lebih berhak atas Farzan.
"Oh ya Farzan, sebenarnya Kamu masih satu Minggu harus dirawat. Tapi akan Papa usahakan agar kamu bisa pulang besok, Papa sudah menyiapkan rumah baru untukmu dan mamamu. Papa juga sudah melengkapi semua kebutuhanmu di sana, tapi jika ada yang kurang kau tinggal bilang saja pada Papa." Ujar Farhan setelah beberapa saat terdiam.
Seketika Farzan bersorak senang. Inilah yang ditunggunya, meninggalkan ranjang rumah sakit yang sangat membosankan karena tidak mendapat pelukan dari sang mama seperti biasanya ketika akan tidur dan ia berharap tidak akan kembali tidur di ranjang itu lagi.
Melihat putranya senang, Farhan pun merasa bahagia. Seandainya saja ia berada di samping putranya itu sejak masih bayi, melihat setiap proses pertumbuhan Farzan yang sangat menggemaskan pasti akan sangat menyenangkan. Namun, sayangnya ia adalah seorang ayah yang kurang beruntung bahkan ia tidak melihat anaknya sendiri lahir ke dunia. Tetapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menebus masa-masa yang tidak pernah ia lewati itu dengan mengusahakan akan selalu ada kapanpun Farzan membutuhkannya.
Beberapa saat kemudian setelah menghabiskan sarapannya, Farhan pun berpamitan pergi ke ruangan dokter untuk meminta agar Farzan dipulangkan besok. Satu Minggu lagi pernikahannya dengan Keyla akan diadakan, dan itulah alasannya untuk membawa putranya keluar dari rumah sakit karena nanti ia akan sudah disibukkan dengan beberapa keperluan persiapan pernikahan seperti fitting baju pengantin, foto prewedding dan membeli cincin pernikahan.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏