NovelToon NovelToon
Hello! Miss Call...

Hello! Miss Call...

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:132.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: age nairie

“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.

Gawat, pelanggan denger makian gue!

***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 Hidung Minimalis

Disra memiringkan kepalanya. Ingin lebih jelas melihat wajah tersebut. Dia memicingkan matanya. Semakin dia menelisik, semakin merasa tidak asing sisi samping pria itu.

"Woi! Biasa aja liatnya!" seru Raska.

Disra menoleh pada Raska, sedikit kesal karena pria itu mengagetkannya. Semakin banyak orang yang datang ke rooftop. Semakin Disra tidak bisa melihat secara jelas wajah bosnya.

"Siapa nama bos kita, Kak?"

"Itu ...."

"Raska, lama tak jumpa," ujar seorang perempuan memotong ucapan Raska. Wanita itu duduk di meja Disra dan Raska duduk.

"Eh Devi. Udah lama nggak ke rooftop?" tanya Raska.

"Iya, gue sibuk. Padahal kita satu gedung ya, tapi jarang ketemu," ujar Devi.

Raska dan Devi berbincang sedikit. Devi adalah karyawan yang bekerja di perusahaan pialang. Kerja di gedung yang sama tak jarang akan ada perkenalan diantara para karyawan meskipun mereka bukan dari perusahaan yang sama. Setelah berbincang sebentar, Devi pamit.

"Kayanya cewe tadi suka sama Kakak," bisik Disra setelah kepergian Devi.

"Sok tahu! Udah belum? Kita harus kembali bekerja," ujar Raska.

"Aku habiskan dulu Kak." Disra langsung menyedot ice lemon tea miliknya.

Saat Disra dan Raska berdiri untuk kembali ke lantai 30. Sudah tidak ada Bagas di sana. Raska mulai mengajari Disra apa yang harus dilakukan. Dia menunjuk layar komputer di depannya.

"Klien kita, dia ingin sistem gajiannya secara online dan otomatis. Di sini ada blue color dan white color."

"Blue color dan white color di sini apa?" tanya Disra.

"Bisa dibilang pemisahan grade di perusahaan mereka."

"Oh."

Raska menjelaskan kembali pada Disra. "Mereka ingin membedakan sistem gaji dari golongan tersebut. Hanya saja, sistem perhitungan gaji mereka masih manual. Di sini kita buat sistem untuk penggajian karyawan perusahaan," papar Raska.

"Bukannya itu ada data analisis tersendiri dari perusahaan itu untuk menentukan besar gaji?"

"Dodol! Ya iyalah, tetap mereka yang melakukan perhitungan budgeting perusahaan mereka. Kita hanya diminta membuat sistem penggajian jika si golongan white color ini mendapatkan bonus 15% dari gaji dan yang blue color 20%. Nah kita buat sistem agar mereka bisa mengatur sendiri berapa persen kenaikannya. Namun, masih ada syarat-syarat yang dimasukan ke dalam sistem penggajian itu." Raska memberikan proposal pada Disra. "Lihat ini, ini ada IF kondisi nih, nanti akan ada redudansi di sini. Untuk yang golongan white color, tidak hanya bisa mendapatkan bonus 15% tapi ada penambahan jika performanya tinggi. Nanti yang mengisi mereka."

Disra menyimak dengan baik apa yang telah Raska paparkan. Bukan hal asing bagi Disra bahasa-bahasa pemrograman. Seperti sintax, IF, Select, Insert, Quit.

"Ini, kita hanya berdua mengerjakannya, Kak?" tanya Disra penasaran.

Dia pernah membuat program penjualan dengan Microsoft Visual Foxpro untuk tugas kuliahnya dan juga pernah membuat program penggajian dengan bahasa pemrograman visual basic untuk tugas akhir sebagai syarat kelulusan Diploma III. Namun, aplikasi yang dia buat masih sangat sederhana. Tidak seperti saat ini yang begitu rumit. Tak mungkin hanya dikerjakan oleh dua orang.

"Maksud loe satu orang?" tanya Raska.

"Ha?"

"Loe 'kan baru jadi asisten gua! Belum bisa dibilang programmer!" seru Raska menggoda.

Disra hanya mengendus. "Iya, iya."

Raska hanya terkekeh melihat Disra yang cemberut. "Enggak, loe ikut masuk kok ke project ini. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Besok Rozak, Juli dan Bambang datang ke kantor."

"Katanya boleh kerja di rumah?"

"Emang! Tapi, kan ada loe sebagai anggota baru. Jadi, loe juga harus kenal sama mereka dan mereka bersedia datang untuk kenal loe!"

"Wah, aku jadi terhura," ujar Disra sumringah. Jadi hanya tim kita aja ya yang anggotanya lima orang?"

"Ya."

Masih hal-hal dasar yang diterangkan Raska pada Disra. Mereka bekerja hingga akhirnya matahari sudah menurunkan tingkat panasnya.

"Udah jam 4, kita pulang," ujar Raska.

"Bukannya jam 5?"

"Udah nggak pa-pa yang penting dah beres. Kita udah ngirim codingan kita. Biar Juli yang periksa."

"Wah asik juga ya Ka kerjanya," gumam Disra.

"Enak di waktu kerja tapi jangan lupa, coding bikin pusing!"

"Iya benar, aku agak kaget tadi Kakak bisa buat codingan seperti itu. Ternyata Kakak hebat juga."

Raska tidak jumawa atas pujian Disra. "Ya udah, ayo pulang."

"Iya, Ka."

"Pulang ke mana?" tanya Raska saat mereka keluar ruangan.

"Aku mau ke kampus dulu."

"Masuk hari ini?" tanya Raska memainkan kunci mobil di tangannya.

"Iya, Kak."

"Kampusnya daerah mana?"

"Daerah pusat."

"Wah deket rumah gua tuh. Searah kita."

"Kakak sekarang mau ke rumah?"

"Ya iyalah. Mau ke mana lagi. BTW loe naek apa?"

Wah modus nih! Jangan-jangan mau nganter gua lagi!

"Naek kendaraan umum," terang Disra.

"Oh ya udah. Hati-hati dech," ujar Raska setelah itu berjalan melalui Disra.

Disra hanya mengigit bibirnya pelan. Dirinya terlalu percaya diri. Tidak disangka Raska melewatinya begitu saja dan tak menawarinya tumpangan.

Disra ke kampus dengan kendaraan umum. Belum ada teman sekelasnya yang datang. Dia sempatkan diri terlebih dahulu membeli somay untuk cemilannya. Tidak lama Felix menghampirinya.

"Makan sendirian aja!" seru Felix seraya mengambil somay Disra yang menggunakan plastik bening sebagi wadah somay tersebut.

"Nggak telat! Tumben?"

"Iye," jawab Felix sembari memasukan somay ke dalam mulutnya. "Gimana, enak nggak kantor baru loe?"

"Lumayan. Nggak bnyak peraturan. Tapi, baru hari pertama kerja aja udah bikin pusing!" seru Disra.

"Ya iyalah, namanya juga programmer. Hati-hati aja kepala loe jadi botak kebanyakan mikir!" dengus Felix masih terus memakan somay Disra.

"Apa karena pressure pekerjaan yang tinggi ya mangkannya peraturan di perusahaan itu nggak ketat. Pakaian bebas asalkan sopan, rambut, jam kerja, tempat kerja. Itu semua tak dipermasalahkan, yang penting pekerjaan beres," jelas Disra.

"Iya mungkin." Felix memasukan somay terakhir ke mulutnya. "Ini buat loh." Felix memberikan bungkus plastik somay pada Disra.

"Minta apa rampok ini, sisa bumbunya doang!" keluh Disra.

"Tadi gue makan siang cuma dikit. Niatnya cuma mau icip somay loe, eh ternyata enak. Jadi keterusan deh," ujar Felix menyeringai.

"Itu sih namanya doyan!" dengus Disra. Dia melihat Suci datang. "Udah ya, gua masuk kelas dulu. Loe masuk kelas loe deh."

Mereka bangkit dari duduknya. "Pulang mau bareng nggak?" tawar Felix.

"Gua dua mata kuliah. Pulang 20:45."

"Kalau mau gua tunggu, gua cuma sampe 20:30 beda 15 menit doang."

"Ya udah mau bareng, mau menghemat gua sebelum gajian."

"Pokoknya, gajian loe wajib traktir gue!"

"Sip!"

Mereka terpisah dan masuk ke kelas masing-masing. Disra menghampiri Suci. "Ci!"

Suci menoleh. "Loe dah dateng dari tadi?"

"Iya, tidur dulu malah gua di sini."

"Ngaco loh!"

Disra hanya terkekeh. "Gua 'kan udah nggak kerja jadi call center lagi."

Suci melebarkan matanya. "Serius? Loe dah dapet kerjaan baru?"

"Iye. Software house," jelas Disra.

"Wah manteb! Ilmu kuliah loe kepake banget! Jadi Programmer?"

"Masih asisten," ujarnya.

"Gajinya berapa?" tanya Suci berbisik.

"Lumayan empat kali lipat dari gaji gua sebelumnya."

"Gila! Itu sih gede banget!"

"Iya, pusingnya juga gede banget!" seru Disra.

Suci mengeluarkan kaca mata dari dalam tasnya dan mulai memakainya. Kaca mata dengan bingkai hitam.

"Loe sekarang pake kaca mata, Ci? Emang minus?" tanya Disra.

"Oh, bukan. Ini kaca mata radiasi. Bukan kaca mata minus. Loe beli deh Dis, kerjaan loe sekarang ini 'kan selalu berhadapan dengan komputer. Kasian mata loe kena radiasinya, mencegah mata jadi minus juga," jelas Suci.

"Pusing nggak?"

"Enggak, nggak kaya make kaca mata malah."

"Berapa tuh harganya?" tanya Disra

"Lima ratus ribu."

"Lumayan ya. Coba gua pinjem bentar. Kalau enak gua beli."

Suci memberikan kaca matanya pada Disra. Disra mulai memaki kaca mata itu. Karena tidak pas dipakai, kaca mata itu melorot dan hampir terjatuh. Beruntung Disra bisa menangkap kaca mata itu.

Suci tertawa melihat kaca mata yang dipakai Disra melorot. "Hidung elo sih minimalis, jadi melorot tuh kaca mata!" serunya sembari terkekeh.

"Si*l!" maki Disra mengembalikan kaca mata Suci. "Nggak jadi beli gua!"

Suci menerima kaca matanya. "Elo ke pantai pasti nggak pernah pake kaca mata hitam ya?"

"Nggak pernah! Puas loh!" rajuk Disra berpura-pura. Dia sudah kebal dengan ejekan orang sekitarnya yang mengatakan hidungnya minimalis, pesek atau hidung minta karena hidungnya tak mancung.

Suci terkekeh, Disra masih merajuk, dia menyikut Disra. "Udah ada dosen," bisiknya.

1
Ika Maimunah
Baguuis cerita smuany.. Toooppp
Age Nairie: Makasih, Kak 🥰
total 1 replies
Dwi Laras Anggreni
Luar biasa
Age Nairie: Terima kasih 🙏🥰
total 1 replies
D_wiwied
SAH juga akhirnya ya Vin /Joyful/
D_wiwied
coba kamu ceritakan sj kejadian penculikan itu ke Disra, Vin.. biar tau klo kamu udah suka sm dia sejaj lama
D_wiwied
nahloo.. ketahuan kan
D_wiwied
ooh i see.. jd gitu awal mulanya, mung krn wkt itu Disra msh kecil dan polos jd dia melupakan kejadian itu ya
D_wiwied
ga usah bikin aturan kek gitulah pak, ntar di balik loh, situ kan jg pacaran ma Disra 😆🤪
D_wiwied
masih penasaran sama awal mula pertemuan pertama mereka, kalo Melvin bisa ingat ma Disra kenapa Disra enggak.. apakah ada sesuatu di masa lalu 🤔
D_wiwied
aah.. jd keinget lagunya Rossa, nada-nada cinta 🎶
D_wiwied
ampun dah pak Melvin, jangan terlalu overthinking lagian kalian tu blm jadian kan jangan smpe disra makin ilfil ke kamu
D_wiwied
turuti aja dulu dis, ntar melvin ngreog bisa bahaya kamu 😆
jen
masa sih Melvin secupu itu /Facepalm/
jen
tp kan IT pasti kaitan internet. edukasi gtuan banyak kan
jen
belah duren Thor /Determined/
jen
segitu peseknya apa yaaa
jen
asik dapat undangan nih....

dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/
jen
manis bgt sih Marvin
jen
sedihhhh pasti nih... ada gag Malvin yaaa sesungguhnya /Cry/
jen
malu" mau... siapa yg bisa nolak dih.... jgn jual mahal sih... /Facepalm/
jen
owh itu rahasianya /Grimace//Cry/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!