Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan jejak luka
Nindia menyerahkan key card kamarnya pada petugas resepsionis kemudian berlalu meninggalkan hotel terkutuk itu. Sebenarnya bukan hotelnya yang salah tetapi orang itulah yang telah membuatnya membenci tempat yang bernama hotel itu.
Nindia melangkah pergi tanpa ada ke inginan menoleh lagi kebelakang. Prinsip baru hidupnya hanya akan mencintai dirinya sendiri tidak akan lagi lemah dengan rayuan mahluk bernama lelaki.
"Sekarang aku harus kemana ya, mau kembali ke desa tapi aku malu bertemua mbakyu. Aku harus bilang apa ke dia, aku juga nggak enak, terus-terusan nyusahin mbakyuku itu." Gumam Nindia seraya melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Saat ini wanita malang itu tengah menyusuri jalan trotoar dengan pikira yang kacau.
Entah kemana tujuan langkahnya saat ini. Ingin kembali ke desa namun malu. Terus menerus menyusahkan mbakyu nya. Rasanya setiap waktu kesusahannya mbakyunya lah yang selalu memeluk dan mengasihaininya.
Umurnya sudah cukup dewasa saat ini. Mungkin sudah saatnya berdiri di atas kaki sendiri. Menghadapi badai dan rintangan kehidupan seorang diri.
Mungkin kali ini kemalangan cukup dirinyalah yang menanggungnya. Sudah saatnya dirinya belajar mandiri tidak lagi menggantungkan hidupnya kepada Santi.
Nindia masih menyusuri jalan trotoar itu dengan sesekali memperbaiki topi hodienya agar tidak terlalu mencolok di lihat orang-orang. Perawakan seperti dirinya sudah pasti akan mengundang banyak mata untuk memperhatikannya apalagi dengan mata sembabnya. Pasti banyak yang menduga-duga tentang apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.
Setelah berjelan puluhan kilometer akhirnya Nindia memutuskan untuk mengisi perutnya saat rasa perih pada lambungnya mulai terasa.
Nindia memilih warung makan yang menjual nasi campur yang agak sepi. Tujuannya agar tidak terlalu di lihat orang dengan penampilan kacau seperti saat ini. Beruntung dirinya membawa sejumlah uang tabungannya saat pergi dari desa. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya saat ini.
Shaka tidak meninggalkan uang sepersen pun padanya. Hanya luka yang teramat dalam yang pria itu tinggalkan.
Nindia memesan satu porsi nasi campur dengan segelas es jeruk. Rasa lelah setelah berjalan jauh membuatnya ingin minum yang segar-segar.
Setelah menandaskan makanannya dan membayarnya. Nindia segera keluar dari marteg itu. Tujuannya saat ini sudah bulat jika dirinya tidak akan kembali ke Desa. Tetapi dirinya akan kembali ke Ibu kota tempat kelahirannya. Makam Ibunya juga ada di sana.
Ya, selama menyantap makanan nya tadi Nindia sudah merenung, jalan apa yang akan ia ambil dan kini mantab mengambil keputusan jika dirinya tidak lagi membebani makyu nya dengan masalah barunya. Kasihan Santu pasti ikut kepikiran jika tahu dirinya di buang begitu saja oleh pria yang telah menikahinya.
Belum lagi mulut-mulut tetangga yang terkadang suka menyebalkan. Cukup! Nindia merasa sudah cukup menyusahkan wanita baik hati itu. Sudah saatnya Santi bahagia dengan keluarganya tanpa harus memikirkan masalahnya saat ini.
🌻🌻🌻🌻🌻
Hari berganti.
Setelah melakukan perjalanan sehari semalam dengan mengunakan kereta Api. Akhirnya Nindia memijakkan kakinya lagi di kotak kelahirannya yang telah lama ia tinggalkan. Suasana stasiun itu begitu ramai oleh hiruk pikuk beragam manusia yang datang dari berbagai daerah. Kota metropolitan yang tiadak pernah tidur itu.
Angin yang berhembus menerbangkan helai-helai rambutnya yang indah. Wajah sembabnya masih kentara walaupun tidak sekacau kemarin.
Begitu kakinya telah kembali menapaki Ibukota tempat yang pertama Ia kunjungi adalah Makam Ibu nya yang telah lama tidak di sambanginya semenjak dirinya ikut Santi pulang ke desa. Selama itu pula makam Ibunya tidak lagi di kunjunginya Karena terhalang jarak yang lumayan jauh.
”Ibu, apa kabar? Lama tidak bertemu!. Ibu, aku menuruti nasehatmu dengan tetap melanjutkan hidupku. Aku kembali Bu. Dulu aku pergi dengan hati terluka, dan aku kembalipun dengan hati terluka. Bahkan lukaku kali ini lebih dalam, sehingga begitu sulit untuk hanya bernafas. Aku merindukanmu Bu. Maafkan Nindi ya, baru kembali mengunjungimu setelah sekian tahun meninggalkan Ibu sendiri disini.” Ucap Nindia sembari mengguntingi rumput-rumput liar yang tumbuh memenuhi makam Ibunya itu.
Dengan meminjam gunting rumput penjaga makam Nindia membersihkan makam Ibunya yang telah lama ia tinggalkan. Makam itu sudah tidak terawat sama sekali. Tidak ada yang mengunjungi makam sang Ibu selain dirinya. Beruntung makam itu masih bisa ia kenali karena saat itu Ayahnya membayar orang untuk memasangkan rumah yang bagus untuk tempat peristirahatan terakhir Ibunya.
"Mulai sekarang Nindi akan sering-sering kesini lagi Bu. Pokoknya setiap kali Nindi kangen, aku akan kesini.” Nindia masih berbicara dengan makam Ibunya seraya mengguntingi rumput liar itu
"Nah, selesai! Sekarang rumah Ibu sudah bersih lagi dari rumput. Rumah Ibu sudah cantik lagi. " Ucap Nindia seraya mengusap-usap Batu Nisan sang Ibu penuh sayang.
"Usai membersihkan makan Ibunya Nindia pun mendoakan Almarhumah Ibunya itu, setelahnya wanita itu pamit pulang.
"Nindi pamit pulang ya Bu! Tadi setibanya di kota ini Aku langsung ngunjungin Ibu. Aku belum cari tempat tinggal Bu, aku pamit ya! mau cari kost-kostan takut kemalaman entar gak keburu. Dahh Ibu!"
Nindia keluar dari TPU itu dengan tujuan ingin mencari kost-kostan untuk tempat tinggalnya. berencana akan mencari kost yang dekat dengan TPU tempat Ibunya di makamkan. Supaya bisa berkunjung jika dirinya sewaktu-waktu rindu pada Ibunya.
Menyusuri memukiman padat warga mencari kost-kostan yang sesuai dengan keuangannya. Ya, keuangan yang sangat minim bagi seorang Aruna.
Hari semakin sore langit sudah berpayung senja. Nindia masih berkeliling mencari dari kost satu ke kost yang lain. Namun belum ada yang cocok dengan kantongnya.
Setelah beberapa kali berpindah tempat akhirnya Nindia menemukan juga yang cocok dengan isi kantongnya walaupun ya keadaan tempatnya sesuai dengan sewanya yang lebih murah di banding yang lain.
Bagi Nindia jelek tempatnya tidak masalah yang penting bisa di tempati dan tidak kehujanan. Kamar kostnya sangat kecil hanya satu ruangan saja tidak ada kamar mandi dan dapur di dalamnya. Kamar mandi dan dapur umum ada di luar kamar.
Kamar kost itu terdiri dari 10 kamar saling berhadapan. Di ujung deretan kamar itu ada satu ruangan yang lumayan besar disana lah letak dapur umum dan juga kamar mandi. Beruntungnya kost-kostan itu hanya di khususkan bagi perempuan saja jadi aman.
Nindia membersihkan kamar kostnya terlebih dahulu dengan sapu yang di berikan sang pemilik kost. Tidak ada apa-apa di dalam kamar kost itu hanya ruangan kosong saja dengan selembar ambal tipis sebagai alas lantai semen yang dingin itu.
Setelah membersihkan seluruh ruangan dan juga ambalnya Nindia segera membaringkan dirinya di atas ambal tipis itu. Tanpa bantal, tanpa kasur. Hanya koper mininya yang ia jadikan sebagai bantalnya.
Untuk malam ini Nindia memilih untuk cepat beristirahat. Agar hari esok bangun dengan keadaan fress dan siap menghadapi dunia baru yang pastinya penuh liku dan kerikil.
Sebelum terlelap sekelebat bayangan wajah pria yang telah menyakitinya begitu dalam tanpa tahu sebab dan musababnya dirinya di campakkan begitu saja menari di ingatannya. Nindia segera memejamkan kedua matanya seiring buliran bening itu keluar tanpa bisa di cegah. Nindia sudah berjanji pada diri sendiri jika tidak akan lagi menangisi perlakuan pria bajingan itu. Namun apa daya hati masih terasa ngilu dan perih. Bibir bisa lancar berucap, tetapi hati tidak bisa berbohong.
Next…..