NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 — Teman, Tapi Bukan Biasa

Jendral melirik kaca spion, pandangannya menangkap bayangan Alana yang duduk di jok belakang, memeluknya dari belakang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang—Jendral mengantar Alana ke rumah setelah makan malam bersama.

Alana tampak melamun, seperti tengah memikirkan sesuatu yang berat. Sejak melontarkan pertanyaan tentang perasaan Nisya terhadap Jendral—dan mendengar Nisya menyangkal—Alana terus diam. Wajahnya menyimpan sesuatu yang mengganjal, seperti ada pertarungan batin yang belum selesai.

"Apa Alana ngelamun karena masih kepikiran soal Nisya yang katanya suka sama gue?" tanya Jendral dalam hati. Ia tidak bertanya langsung karena takut pertanyaannya membebani Alana yang pikirannya sedang kacau.

Tidak lama, motor Jendral berhenti di depan rumah keluarga Astareyna. Alana langsung turun tanpa banyak bicara, dan Jendral ikut mematikan mesin serta turun dari motor.

“Mau gue anter sampe ke dalam?” tawarnya, suaranya terdengar hati-hati. Ia khawatir Alana akan dimarahi karena pulang agak malam.

“Orang tua gue nggak ada di rumah kok,” jawab Alana, seolah tahu persis kekhawatiran yang ada di kepala Jendral.

"Gue tinggal sendiri, orang tua gue pulang kalau lagi mau aja," Alana mencoba meyakinkan Jendral agar tidak mengkhawatirkannya.

"Lo pulang sana, pasti orang tua lo nyariin. Makasih ya buat hari ini," lanjutnya.

Jendral hanya diam memperhatikan wajah Alana. Ia tidak bisa tidak khawatir setelah melihat karakter ayah Alana tadi siang. Ayah Alana jelas sangat menyayangi Alana, tapi sikap kerasnya membuat Jendral khawatir.

"Jendral," Alana menepuk bahu Jendral karena Jendral masih belum bereaksi.

"Gue anter lo masuk dulu ke dalam, baru deh nanti gue pulang," ucap Jendral, masih tetap enggan pergi sebelum memastikan Alana sampai rumah tanpa masalah.

Alana menghela napas, merasa kesulitan meyakinkan Jendral bahwa dirinya tidak akan dimarahi siapa pun. Toh, selama ini ia tidak pernah benar-benar dipedulikan oleh orang tuanya. Mereka datang ke sekolah tadi pun rasanya hanya karena terpaksa, sebab yang terpenting bagi mereka selalu pekerjaan dan kebahagiaan mereka masing-masing.

Seolah langit ikut campur tangan, memberikan restu agar Jendral menemani Alana masuk ke dalam rumah, hujan tiba-tiba turun deras tanpa peringatan. Air mengguyur begitu cepat, membuat Alana refleks menarik tangan Jendral dan setengah menyeretnya menuju teras. Motor Jendral dibiarkan berdiri kehujanan di depan pagar, seakan jadi korban keadaan.

Jendral tersenyum kecil sambil memandangi punggung Alana, lalu melirik tangan mereka yang masih tergenggam erat. Perempuan yang dulu bahkan enggan sekadar menuntunnya ke ruang kepala sekolah, sekarang menggenggam tangannya dengan panik, takut ia basah kuyup. Ironisnya, mereka memang sudah keburu basah oleh hujan.

“Huh... kenapa tiba-tiba hujan, sih?” keluh Alana, berdiri di bawah atap teras, mencoba mengatur napas yang memburu akibat lari. Tangannya masih belum terlepas dari tangan Jendral.

Para asisten rumah tangga berhamburan keluar begitu satpam memberi tahu bahwa nona mereka sudah pulang—dalam keadaan basah kuyup, bersama seorang teman lelaki. Dua di antaranya ada yang membawa handuk, wajah mereka cemas namun tetap tertib.

“Nona, silakan keringkan tubuh Anda dengan ini,” ucap salah satu dari mereka, menyodorkan handuk kepada Alana. Dan yang satunya segera menyerahkan handuk kepada Jendral.

Ini adalah pertama kalinya Alana membawa seorang teman sekolah—selain Naresh—menginjakkan kaki di rumah keluarga Astareyna.

“Tuan, ini untuk Anda,” kata salah seorang asisten rumah tangga dengan sopan, menunduk sedikit saat menyodorkan handuk.

Genggaman tangan Alana dan Jendral terlepas seiring kehadiran mereka. Meski para pekerja rumah tangga itu bukan tipe yang suka menyebar cerita, Alana tetap tidak ingin ada kesan yang salah—apalagi gosip tentang dirinya dan Jendral.

“Terima kasih,” ujar Alana dan Jendral hampir bersamaan saat menerima handuk masing-masing. Mereka kemudian berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Alana sempat menarik sedikit bagian seragam Jendral yang basah, mengisyaratkan agar lelaki itu ikut masuk lebih cepat. Para asisten rumah tangga mengikuti di belakang mereka dengan langkah sigap.

“Mau saya siapkan air hangat? Atau mungkin minuman hangat?” tawar salah satu asisten dengan nada tulus penuh perhatian.

Jendral diam-diam merasa keliru. Ia sempat berpikir Alana akan menerima sambutan dingin karena pulang malam. Tapi nyatanya, ada orang-orang di rumah ini yang begitu peduli dan mengkhawatirkan Alana.

“Tidak usah, saya bisa sendiri,” jawab Alana singkat, lalu menoleh. “Tolong siapkan saja pakaian kering untuk teman saya.”

Ada yang terasa mengganjal di hati Jendral saat Alana menyebutnya teman. Memang benar, hubungan mereka belum lebih dari itu. Tapi entah kenapa, kata itu justru menimbulkan kegelisahan. Ia ingin segera memperjelas status di antara mereka, meskipun sadar risikonya—Alana mungkin akan menolaknya mentah-mentah.

“Baik, Nona,” ujar salah satu asisten rumah tangga, lalu segera pergi untuk menyiapkan pakaian seperti yang diminta.

Tanpa banyak bicara, Alana menggenggam tangan Jendral dan menariknya menuju kamarnya. Di tengah langkah cepat mereka, Alana memberi instruksi pada asisten rumah tangga lainnya.

“Kami akan bersih-bersih di kamar. Kalian lanjutkan saja pekerjaan atau aktivitas kalian,” ucapnya tegas namun tenang.

"Alana, serius?" tanya Jendral saat mereka benar-benar masuk ke dalam kamar Alana. Ia belum pernah masuk ke dalam kamar seorang gadis sebelumnya.

"Lo mandi duluan sana," ucap Alana tanpa menanggapi perkataan Jendral. Saat itu, pikirannya hanya tertuju pada satu hal—ia tidak ingin Jendral sampai masuk angin karena kehujanan.

"Terus lo? Lo mau nungguin di sini sampe masuk angin?" Jendral menolak untuk mandi duluan, karena ia merasa tidak mungkin membiarkan Alana kedinginan sementara dirinya mandi.

"Gue bisa mandi di kamar lain, gampang. Buruan sana masuk!" Alana terpaksa mendorong Jendral agar ia segera masuk ke dalam kamar mandi.

Lalu, tanpa menoleh lagi, ia membawa Jendral masuk ke dalam kamarnya.

Jendral ingin menolak lagi, tetapi Alana sudah lebih dulu menutup pintu kamar mandi. Mau tak mau, ia menyerah.

"Kenapa malah gue yang kelihatan dijagain sama Alana, sih?" keluh Jendral sambil mengusap rambutnya yang masih basah.

Sementara itu, Alana duduk di tepi ranjang, memeluk dirinya sendiri yang mulai menggigil. Ia bukan sekadar ingin menjaga Jendral agar tidak masuk angin—itu memang alasan utamanya. Namun, ada alasan lain yang tak bisa ia jelaskan dengan logika.

Alam bawah sadarnya menolak membiarkan Jendral terlalu lama berada di hadapan para asisten rumah tangga. Ia tidak ingin kejadian di masa lalu terulang—ketika ayahnya pernah tertarik pada salah satu asisten rumah tangga mereka. Meski terdengar konyol, rasa waspada itu begitu kuat menempel dalam dirinya.

"Gue tungguin aja sampe Jendral selesai mandi, baru gue mandi," gumam Alana pada dirinya sendiri, seolah melupakan ucapannya tadi bahwa ia akan mandi di kamar lain.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!