Surga Di Bawah Telapak Kaki Suami

Seperti kemarin, Jingga tetap tidak boleh kemana-mana oleh Arkana, dia sendirian di rumah di hantui oleh rasa bosan yang membuatnya hanya bisa merenung di dalam kamar.

Jika biasanya sebelum dia menikah dengan Arkana, dirinya akan selalu menghabiskan waktu di butik untuk membuat desain atau menjahit baju. Tapi sekarang, dirinya seperti berada di dalam sangkar yang membuat dirinya tidak bisa melakukan banyak hal.

Sebelumnya bahkan Jingga meminta kepada Arkana untuk membawakan peralatannya di butik agar dia bisa membuatnya di rumah, namun sayangnya Arkana tidak menyetujui permintaan itu dan cenderung mengabaikannya.

“ Jingga?”

Suara yang tidak asing terdengar dari luar, Jingga mengenal suara itu dan langsung panik sebab saat ini dia berada di dalam kamarnya. Pelan-pelan Jingga membuka pintu kamar, kemudian dia keluar dengan cepat.

Sosok mama Widya berada di ruang tamu sekarang, dia terlihat kebingungan sampai pada akhirnya Jingga menghampiri mertuanya itu.

“ Mama? Kok nggak bilang ke aku kalau mau datang.?” Sahut Jingga terkejut melihat kedatangan mama Widya.

“ Mama hanya kebetulan singgah, mama pikir nggak ada orang di rumah ternyata ada kamu.” Lontarnya setelah menoleh ke arah Jingga.

“ Aku nggak kemana-mana kok ma, Cuma di rumah aja.” Jawab Jingga lirih.

“ Loh kenapa? memangnya nggak bosan ada di rumah? Kamu punya butik kan, kenapa nggak ke butik.?” Tanya mama Widya.

“ Soalnya” Jingga menggantung ucapannya ketika dia teringat ucapan Arkana yang melarangnya melaporkan segala sesuatu yang terjadi di rumah ini kepada mama Widya.

“ Aku mau di rumah aja ma, aku sekarang udah jadi seorang istri. Mungkin menghabiskan waktu di rumah adalah pilihan yang terbaik.” Balas Jingga pelan.

“ Jangan bohong, mama tahu kamu sangat suka dunia fashion. Butik yang kamu punya sekarang adalah hasil jerih payah kamu sendiri kan, mustahil kalau kamu melupakan semua itu setelah menjadi seorang istri.” Lontar mama Widya seakan mengerti dengan perasaan Jingga.

“ Lupain soal itu ma, gimana kalau aku buatin makanan sama minuman. Aku udah belajar masak loh ma.” Seru Jingga tak ingin membahasnya lebih lanjut.

“ Boleh, sekalian mama temanin kamu. Mama lihat rumah ini sangat sunyi, hanya ada satpam yang berjaga diluar.” Sahut mama Widya.

“ Mama tunggu di ruang santai aja, aku ke dapur sebentar buatin mama makanan sama minumannya ya.” Ucap Jingga langsung di patuhi oleh mama Widya.

**

Jingga menyiapkan pancake toping madu dan wipcream di atasnya dengan minuman lemon squash yang telah dia pelajari selama ini. Mama Widya yang melihatnya pun tersanjung, dia baru tahu kalau ternyata Jingga sangat pandai memasak.

“ Mama coba ya.” Mama Widya kemudian mencobanya perlahan, ekspresi senang ketika mencobanya membuat Jingga merasa begitu puas.

“ Enak banget, kamu hebat ya.” Puji mama Widya.

“ Terima kasih ma, aku senang mama Widya bilang masakan ku enak.” Lontar Jingga kegirangan.

“ Memangnya Arka nggak pernah puji masakan kamu enak.?” Tanya mama Widya meliriknya penasaran.

“ Mas Arka suka kok ma, dia selalu puji masakan buatan aku.” Balas Jingga lagi-lagi harus berbohong.

“ Makanan kesukaan Arka itu nasi goreng seafood, kamu suka masak buat dia.?”

“ Iya ma, setiap hari mas Arka nyuruh aku buat masak nasi goreng seafood.”

“ Kamu bohong lagi ya sama mama.”

Jingga diam membeku di tempatnya, dia menatap mama Widya dengan tatapan bingung.

“ Maksud mama apa ya? Aku nggak bohong kok.” Balas Jingga sekarang tak berani menatap wajah mama Widya.

“ Arkana alergi sama seafood, dia lebih suka nasi goreng biasa.” Jawab mama Widya sontak membuat Jingga merasa malu karena ketahuan berbohong.

“ Sekarang kasih tahu mama, kamu sama Arkana baik-baik aja kan setelah kalian menikah.?” Tanya mama Widya terdengar sinis kali ini.

Jingga bingung harus memulainya dari mana, apa dia harus jujur atas perlakuan Arkana selama ini atau kembali menutupi semuanya demi kebaikan bersama.

**

Malam harinya, setelah Arkana kembali dari rumah sakit. Jingga menyambut suaminya seperti biasa di depan pintu masuk, dia memberitahu kepada Arkana kalau hari ini mama Widya datang ke rumah dan dia juga berhasil menjelaskan kepada mama Widya kalau selama ini mereka berdua hidup dengan baik.

“ Mas, kamu mau langsung mandi atau makan malam dulu.?”

Jingga terkejut ketika dia meraskan pelukan yang hangat dari belakang, Arkana memeluknya secara tiba-tiba. Jingga bingung dan meliriknya sambil bertanya akan sikap anehnya itu.

“ Maafin aku ya.” Ucap Arkana terdengar lirih.

“ Mas.?” Jingga benar-benar bingung sekarang, Arkana berbisik dengan nada yang lembut kali ini.

Arkana melepaskan pelukannya dari Jingga kemudian memutar tubuh istrinya sehingga mereka berdua bisa saling menatap satu sama lain.

“ Aku banyak buat kamu tertekan selama ini, padahal kita baru saja menikah tapi aku terlalu banyak ngatur kamu.” Ucap Arkana menatap kedua bola mata Jingga lurus.

“ Nggak apa-apa kok mas, kita belum saling mengenal satu sama lain aja makanya kaya gini.” Jawab Jingga begitu polos.

“ Besok, kamu boleh kembali ke butik kamu. Kamu boleh masak buat aku, semua yang kamu inginkan boleh kamu lakukan.” Ujar Arkana sukses membuat Jingga terkejut mendengarnya.

“ Kamu serius mas? Aku boleh melakukan semua yang aku inginkan sekarang.?” Kata Jingga seakan tak percaya atas ucapan Arkana barusan.

“ Iya, boleh. Sekali lagi aku minta maaf ya.” Arkana meraih tubuh Jingga dan memeluknya sebentar.

Meskipun hari itu Arkana bersikap lembut dan mengizinkan Jingga melakukan apapun yang dia inginkan, bukan berarti malam itu mereka kembali tidur di kamar yang sama. Semua tetap sama, Arkana berkata bahwa dia lebih suka tidur sendirian dan Jingga menuruti apa katanya untuk menghormati privasi suaminya tersebut.

**

Pagi ini Jingga menyiapkan sarapan untuk Arkana, dia membuat nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya. Kata mama Widya, Arkana sangat suka jika nasi gorengnya di tabur acar di atasnya dan sedikit saos karena Arkana tidak tahan dengan pedas.

Sekarang nasi goreng tersebut telah jadi dan di sajikan dengan sangat manis di atas piring berwarna putih, Jingga meletakkannya di atas meja beserta kopi dan air mineral di sampingnya.

Tak lama kemudian Arkana muncul dan duduk di atas kursi, dia menatap nasi goreng buatan Jingga sebentar dengan kedua mata yang terbelalak.

“ Kamu tahu dari mana aku suka nasi goreng kaya begini.?” Tanya Arkana menatapnya lurus.

“ Dari mama Widya.” Jawab Jingga pelan dan perlahan membuat ekspresi wajah Arkana berubah.

“ Mama nggak tahu soal ini, kamu pasti tahu dari Bi Ijah kan.” Lontar Arkana kemudian.

“ Kemarin waktu mama datang berkunjung dia bilang ke aku soal itu kok.” Jawab Jingga lagi.

“ Itu bohong.!” Arkana menggebrak meja dengan sangat kuat sehingga membuat Jingga terkejut di buatnya.

Arkana kemudian menyantap nasi goreng tersebut tanpa banyak bicara, Jingga pun tak ingin mengusik mood suaminya dan membiarkan Arkana menikmati sarapannya pagi ini.

Setelah mereka selesai sarapan, Arkana pun pamit namun sebelum itu Jingga kembali menanyakan ke Arkana apa dia benar-benar bisa keluar atau tidak.

“ Boleh, tapi kamu harus kembali sebelum aku pulang dari rumah sakit.” Jawab Arkana.

“ Terima kasih mas, aku akan kembali sebelum itu kok.” Seru Jingga penuh semangat.