Dilarang Boom like !!!
Yuk hargai karya dari seorang penulis 🥰
Dia tidak menyangka kalau akan menjadi pemeran antagonis dalam kehidupan sahabatnya.
Viola Rinjani, seorang gadis muda berusia 23 tahun harus terpaksa menikah dengan seorang pria yang merupakan suami dari sahabatnya sendiri.
Awalnya, Viola menolak tawaran pernikahan itu. Namun, keadaan yang terus memburuk terasa mencekik leher Viola hingga membuatnya harus mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua.
Biduk rumah tangga pun dimulai, akankah Viola berhasil melewatinya ?
Atau terpuruk dengan segala siksaan dan hinaan yang dilayangkan oleh semua orang ?
Yuk ikuti kisahnya hanya di Noveltoon !
Follow IG Author ayu.andila 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11. Tetangga Jahanam
Pagi kembali datang untuk menyambut para penduduk bumi yang akan mengawali hari seperti mana biasanya.
Dirumah mewah keluarga Ganendra, terdengar Suara alarm ponsel yang tergeletak di atas meja dari salah satu kamar, mengganggu ketenangan tidur seorang wanita yang sedang menggeliatkan tubuhnya di bawah selimut. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel itu yang sejak tadi mencoba untuk membangunkannya.
Viola melihat ke layar ponsel untuk memastikan jam berapa saat ini, matanya menyipit silau karna terkena pantulan cahaya dari benda pipih itu.
"jam 5," gumamnya seraya mematikan alarm yang memekakkan telinga, kemudian Viola segera bangun dan merangkak untuk turun dari ranjang itu.
Viola berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, dia bersiap untuk pergi jogging karna memang sudah lama dia tidak melakukan aktivitas dipagi hari.
Setelah semua persiapan selesai, Viola segera keluar dari rumah dengan menggunakan kaos oversize berwarna hitam yang dipadukan dengan celana selutut yang sedikit tertutup karna kaos yang digunakannya.
Viola juga memakai sepatu sport berwarna putih pemberian Alea, pada saat menemani wanita itu belanja ke Mall.
Penjaga yang melihat Viola berjalan ke arah gerbang menghentikannya, dan bertanya ke mana dia pergi pagi-pagi buta seperti ini.
"aku mau joging Pak," seru Viola, kemudian pintu gerbang terbuka dan Viola segera tancap gas menuju taman yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Kawasan taman yang sangat teduh membuat hati Viola merasa tenang, dia berjalan menyusuri tempat itu sembari memperhatikan orang-orang yang juga sudah ada ditaman tersebut.
Setelah merasa lelah, Viola duduk disebuah bangku. Dia memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang untuk menjalankan aktivitas mereka masing-masing.
Viola melirik ke arah jam yang melingkar dipergelangan tangannya, dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7.
"kok tiba-tiba laper ya," gumam Viola, dia lalu beranjak bangun untuk kembali pulang kerumah.
Ditengah perjalanan, Viola melihat ke arah penjual bubur yang ada disebrang jalan. Dia melihat ke kanan dan ke kiri untuk menyebrang, dia ingin menikmati sarapan hari ini dengan semangkok bubur ayam.
"Pak, buburnya satu ya!" seru Viola saat sudah sampai ke tempat penjual itu, terlihat ada beberapa Ibu-Ibu yang juga sedang membeli bubur.
Viola tersenyum ke arah mereka yang saat itu tampak sedang berbisik-bisik, lalu mereka membalas senyuman Viola dengan melengos ke arah samping.
"jadi ini, sih pelakor itu!" seru Ibu bertubuh besar dengan otot yang menggumpal didaerah lipatan-lipatan tubuhnya, dia memperhatikan penampilan Viola dari atas sampai bawah.
"iya ini dia sih pelakor itu, gak punya malu banget kan," cibir Ibu yang lain, dia memandang Viola dengan jijik seakan-akan sedang melihat kotoran.
Viola yang merasa malas hanya diam mendengar segala cibiran dari mereka, dia memekakkan telinganya agar tidak semakin memancing keributan.
"cih, lihat saja gayanya itu. memang dasar gak punya malu, murahan!" tambah wanita lain sembari mendorong bahu Viola dengan tangannya.
"tolong ya, jaga sopan santun anda!" ketus Viola, dia mengusap bahunya yang tadi didorong oleh wanita itu.
"hey, pelakor! sopan santun kau bilang? cih, wanita perusak sepertimu tidak pantas untuk diberi sopan santun. Kau itu pantasnya diberi burung!" balas mereka lain sembari tertawa dengan nada mengejek pada Viola.
Bapak penjual bubur mendekati Viola untuk memberikan pesanannya, kemudian Viola mengambil uang untuk diberikan pada Bapak tersebut.
"jangan mau Pak nerima uangnya, itu semua dari hasil goyangannya sama suami orang!" seru mereka, sepertinya mereka ingin membabat habis Viola pagi ini.
"hus, gak baik ah Buk ngomong gitu!" seru Bapak penjual bubur, dia lalu mengambil uang Viola dan memasukkannya ke dalam tas.
"hati-hati loh jeng sama suami kalian, awas dimakan sama pelakor itu!"
Viola yang sudah selesai menerima pesanannya memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu sebelum kesabarannya habis, dia mengepalkan tangannya dengan kuat untuk menahan segala emosi yang melanda hatinya.
"gimana gak jadi pelakor, orangtuanya aja udah mati dan gak pernah ngedidik dia-"
"sekali lagi kalian menyebut orangtuaku, aku pastikan kalau tanganku ini akan merobek mulut kalian!"
Viola yang tadianya sudah berbalik dan melangkahkan kakinya mendadak kembali berhenti saat mendengar ucapan mereka, hatinya yang memang sudah panas semakin terbakar saat mendengar orangtuanya dibawa-bawa.
"heh, dasar pelakor murahan! sok berani kamu ya, jangan kamu pikir mentang-mentang sudah menikah dengan orang kaya jadi sok hebat. Dasar tidak punya harga diri!"
Semakin diladeni semakin menjadi, itulah yang saat ini sedang dialami oleh Viola. Namun, kali ini dia tidak akan tinggal diam lagi. Dia akan membungkam mulut mereka agar tidak sembarangan memaki orang lain.
"terus, kalian mau apa?" tantang Viola, dimeletakkan kedua tangannya bersedekap dada.
"memang kalau pelakor seperti mu itu tidak punya malu! dasar wanita rendahan!"
"ya ya terserah kalian saja, katakan apa yang mau kalian katakan. Tapi kalau dilihat-lihat, kalian ini tidak ada apa-apanya denganku," ejek Viola sembari mengibaskan rambutnya seperti sedang iklan shampo.
"walaupun aku menjadi istri kedua, tapi aku mendapatkan lelaki yang kaya dan tampan sedangkan kalian? apa kalian pikir bisa mendapatkan lelaki dengan gumpalan lemak ditubuh kalian?" balas Viola tak kalah kejam dari mereka.
"apa? beraninya kau menghina kami! p*lac*r-"
"kenapa kalian marah? aku hanya mengatakan yang sebenarnya," potong Viola, dia maju selangkah untuk lebih dekat dengan mereka.
"dan satu lagi, walau aku seorang pelakor sekalipun. Aku tidak akan mau dengan suami-suami kalian, walau kalian membayarku!"
Viola segera berbalik dan meninggalkan tempat itu tanpa melihat ke belakang, dia masih bisa mendengar cacian yang keluar dari mulut mereka membuatnya semakin melajukan langkah kakinya.
Tanpa Viola sadari, ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan pertempuran sengit antara dirinya dan sekumpulan Ibu-Ibu itu.
Raja yang akan pergi ke kantor menghentikan laju mobilnya saat melihat Viola sedang bertengkar dengan Ibu-Ibu yang ada disekitar kompleks perumahannya. Dia terus menunton pertunjukan yang mereka suguhkan dengan bertopang tangan di dalam mobilnya.
Senyum tipis terbit saat Raja mendengar segala umpatan yang dilayangkan para Ibu-Ibu itu pada Viola, dia merasa senang saat melihat amarah yang tergambar jelas diwajah Viola saat itu.
Namun, dia sedikit terkejut saat melihat perlawanan gadis itu. Dia lalu kembali menarik sudut bibirnya karna merasa tertarik untuk lebih menyiksa wanita itu, agar dia menderita dan pergi jauh dari kehidupannya.
"kau lihat saja j*lang, aku akan membuat hidupmu lebih menderita daripada apa yang sedang kau rasakan saat ini!"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘