NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SI PENOLONG

Pagi hari, kantor sudah dihebohkan dengan sebuah berita besar. Apalagi kalau bukan tentang Pak Bas yang tiba tiba dipindah tugaskan. Pria yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun dan sudah menduduki posisi yang lumayan tinggi itu, mendadak dipindahkan ke anak perusahaan yang ada di Kalimantan. Hal tersebut jelas menimbulkan pertanyaan besar, salah satunya, apa penyebabnya.

Reni yang mendengar kabar itu langsung memberitahu Mila. Dia merasa jika ini ada hubungannya dengan peristiwa kemarin.

"Menurut lo, ada hubungannya dengan kejadian kemarin gak sih?" Tanya Reni saat dia dan Mila sedang berdua di pantry.

"Gak tahu juga." Jawab Mila sambil mengedikkan bahu. Dalam hati, dia juga bertanya tanya, apakah ini karena dia? Apa Elgar yang melakukan ini?

Mendadak hati Mila berbunga bunga. Jika memang Elgar yang melakukan ini, artinya pria itu peduli padanya.

"Ish, malah senyum senyum sendiri." Cibir Reni sambil menepuk lengan Mila. "Segitu senengnya ya Pak Bas dipindahin?" Lanjutnya sambil bersedekap dan geleng geleng kepala.

"Banget." Jawab Mila sambil mencubit kedua pipi Reni dan tersenyum lebar.

"Ish, Mila." Seru Reni sambil menyelamatkan pipinya yang terasa panas. "Pipi gue makin cubi kalau lo tarikin mulu." Protesnya sambil melotot.

"Ulu ulu, biarpun cubby, tetep cantikkok." Goda Mila.

"Tetep cantikan lo. Buktinya, Dion gak pernah ngelirik gue. Ups." Sadar kalau udah keceplosan, Reni buru buru menutup mulutnya.

"Jangan bilang, kalau kamu..."

"Enggak." Potong Reni cepat.

"Iya juga gak papa kok." Goda Mila sambil menyenggol lengan Reni. Wajah Reni seketika memerah karena malu.

"Jangan bilang sama Dion ya Mil, please..." Pinta Reni dengan raut memohon. "Dion sukanya kan sama elo." Seketika, wajah yang biasanya ceria itu berubah mendung.

Mila tersenyum lalu merangkul bahu Reni. "Aku bakalan selalu support kamu Ren. Aku gak ada rasa sama sekali sama Dion. Aku cuma nganggep dia sahabat, gak lebih. Tenang aja, aku gak mungkin sama Dion."

"Gue tahu kok Mil. Lo kan sukanya sama Pak Elgar." Mila yang kaget buru buru membekap mulut Reni. Dia celingukan, berharap tak ada yang mendengar celetukan Reni. Dan untungnya, tak ada siapa siapa disana selain mereka berdua.

"Apaan sih Ren." Geram Mila sambil melepaskan bekapannya. "Gak usah ngadi ngadi deh."

Reni tersenyum lalu menyenggol bahu Mila. "Gak usah ngeles, gue tahulah. Gue bisa lihat gimana cara lo natap Pak Elgar. Dan gimanapun bad mood nya lo, kalau udah urusan ke ruangan pak Elgar, lo pasti langsung senyum senyum. Seolah bahagia lo itu, ada di Pak Elgar."

"Sotoy." Seru Mila sambil mendorong kebelakang kening Reni.

"Bukan sotoy, tapi e...."

"MILA.!" Teriakan seorang wanita seketika menghentikan ucapan Reni. Dia dan Mila langsung kompak melihat kearah sumber suara. Tampak Tari yang baru masuk menghampiri mereka dengan muka mirip angry bird.

"Kurang ajar lo Mila." Maki Tari yang sekarang sudah berdiri dihadapan Mila sambil berkacak pinggang. Nafas wanita itu sedikit memburu, khas orang yang sedang emosi jiwa.

"Mbak Tari ini punya sopan santun gak sih? Dateng dateng main teriak lalu maki maki orang. Gak pernah se_"

"DIAM LO!" Bentak Tari sambil memelototi Reni. Membuat Reni seketika kicep tapi tangannya mengepal kuat.

"Hei Mila, kurang ajar ya lo. Bisa bisanya lo nipu gue. Sengajakan, lo mau mempermalukan gue didepan Pak Elgar?" Maki Tari sambil setengah berteriak.

"Gak usah ngegas bisa gak?" Sahut Mila santai. Dia sama sekali tak tampak takut ataupun kesal. Dia malah menyeringai dan itu membuat Tari kian geram.

"Gue bakal bales perbuatan lo." Ancam Tari sambil menunjuk ke muka Mila.

"Bales? Emang saya salah apa?"

Reni sampai melongo melihat Mila yang tak ada takut takutnya.

"Salah apa lo bilang? Lo sengajakan bohongin gue tentang takaran kopi Pak Elgar?"

Mila mendadak ingin tertawa. Jadi usahanya mengerjai Tari kemarin berbuah manis. Wanita itu jatuh kedalam perangkapnya.

"Kalaupun saya bohong, apa masalahnya? Bukannya mbak Tari yang bilang kalau gak mau sampai sama takarannya? Jadi apa urusannya dengan takaran yang saya kasih. Oh...jangan jangan, mbak Tari ngikutin takaran saya?" Tanya Mila sambil menahan tawa.

"Kamu ya!" Tari kian emosi. Dia mengepalkan dua telapak tangannya kuat kuat sambil memelototi Mila. Tapi mendadak, wanita itu membuang nafas perlahan lalu tersenyum pada Mila. Dia mencondongkan tubuhnya kearah Mila lalu berbisik.

"Gue tahu lo suka sama Pak Elgar. Tapi lo bukan siapa siapa untuk bisa dapetin dia. Lo itu cuma office girl yang hanya dipandang sebelah mata olehnya. Daripada lo sakit hati, mending lo mundur teratur. Lo gak ada apa apanya jika dibandingin sama Salsa." Cibir Tari sambil menyeringai. Sebagai sekretaris Elgar, Tari tahu jika Mila sering terlalu lama diruangan Elgar. Sangat tidak sesuai dengan tugasnya yang hanya mengantar kopi.

Tari lalu membalikkan badan dan langsung pergi.

"Tunggu." Teriak Mila saat Tari berada diambang pintu. Mila menghampiri Tari dan berbisik di telinganya.

"Harusnya, nasehat tadi untuk diri kamu sendiri." Bisik Mila sambil mendorong dada Tari dengan telunjuknya.

"Apa maksud lo?" Tanya Tari sambil menoleh kearah Mila.

"Jangan dikira saya tidak tahu. Mbak Tari sering menggunakan cara menjijikan untuk menarik perhatian Pak Elgar. Mbak Tari sengaja pura pura jatuh agar ditolong. Sengaja menempelkan dada dilengan Pak Elgar, dan sering kali saya lihat mbak Tari sengaja menarik rok agar pahanya kelihatan." Setelah dipendam lama, akhirnya Mila berkesempatan juga menyampaikan kekesalannya pada Tari. Pada wanita yang selalu berusaha menggoda suaminya.

"Seberapa besarnyapun usaha kamu buat dapetin Pak Elgar, percuma. Karena Pak Elgar sudah ada yang memiliki." Tekan Mila lalu pergi meninggalkan Tari

Tari yang kesal langsung menedang tempat sampah didekatnya sebagai pelampiasan. Hingga tempat sampah itu terguling dan isinya tumpah.

...******...

Semalam Elgar tidak datang, membuat pagi ini, Mila bisa bangun lebih awal dan berbelanja kepasar. Dia membeli daging seperti request El. Pulang kerja nanti, dia mau memasak rendang untuk suaminya itu.

Jika tidak sedang terburu buru seperti ini, Mila biasa berjalan kaki ke kantor. Hitung hitung olahraga pagi, biar bentuk tubuhnya selalu langsing.

Mila berjalan sambil menikmati udara pagi. Ya, biarpun udaranya sudah tak sesegar udara dikampungnya. Sudah terlalu banyak polusi di Jakarta.

"Arghhh.." Teriak Mila saat tubuhnya tiba tiba oleng karena terserempet motor. Dia tersungkur, kaki dan lengannya tergores paving trotoar jalan.

Pengemudi motor itu langsung turun ke jalan raya dan kabur.

Mila meringis kesakitan saat kakinya terasa perih saat digerakkan. Rasanya sungguh aneh, bagaimana mungkin dia diserempet motor saat berjalan di trotoar.

"Mbaknya gak papa?"

Mila yang sedang menunduk sambil memperhatikan luka dikakinya langsung mendongak. Seorang pria tiba tiba berjongkok didepannya.

"Celananya sampai sobek gitu. Lengannya juga tergores. Saya antar ke klinik ya?" Tawar pria tersebut.

"Gak usah Pak, eh Mas." Mila bingung sendiri harus memanggil apa.

"Tapi mbaknya terluka loh. Bisa infeksi kalau gak diobati."

"Gak papa, nanti saya obati ditempat kerja saya saja." Mila tak mau buang buang uang untuk ke klinik. P3k di kantor lumayan lengkap, mending diobati disana.

Mila berusaha bangun sambil menahan perih dikakinya. Kantor sudah lumayan dekat, rasanya dia masih sanggup untuk berjalan.

"Mbak nya kerja dimana, biar saya antar?"

"Gak usah mas, gak usah." Tolak Mila sambil menggeleng. Dia tak mau merepotkan orang lain, apalagi yang tidak dia kenal sama sekali. Meskipun orang didepannya itu tampak seperti orang baik baik.

"Emang bisa jalan cepat dengan kaki seperti itu? Nanti malah telat sampai ditempat kerja."

Benar juga, batin Mila. Bisa bisa dia kena sp 3 dan langsung out jika telat lagi.

"Kerja dimana, biar saya antar. Saya orang baik baik kok mbak. Tapi kalau takut sama saya, saya pesankan taksi online saja." Ujar Pria itu sambil tersenyum manis. Senyuman yang mampu meluluhkan hati lawan jenis, terkecuali Mila.

"Kerja dimana?" Ulangnya lagi.

"Dirgantara grup."

"Astaga, gak nyangka jika tujuan kita sama. Saya juga mau kesana." Sahut pria tersebut. "Ya sudah, ayo." Pria itu menunjuk mobilnya lalu berjalan lebih dulu untuk membukakan pintu buat Mila.

Mila tak pernah melihat orang itu dikantor. Mungkin bukan diarea tempat Mila kerja. Karena area kerja ob dibagi menjadi beberapa bagian. Dan Mila tak mungkin mengenal satu persatu orang yang bekerja di kantor pusat dirgantara grup.

"Sepertinya, yang menyerempet mbak tadi kayak disengaja. Mbak ada musuh?" Tanya pria itu saat mobil yang dikendarainya mulai melaju menuju kantor. Dia tadi melihat dengan jelas, bagaimana pengguna motor tiba tiba naik ke trotoar dan sengaja menyerempet pengguna jalan lalu kabur.

"Gak ada."

Sebenarnya, Mila juga merasa aneh. Bagaimana mungkin mengguna motor tiba tiba naik ke trotoar saat jalanan tak terlalu macet. Tapi jika itu disengaja, siapa yang melakukannya? Rasanya, dia tak punya musuh.

"Semoga saja tadi bukan kesengajaan, cuma lagi apes saja." Lanjut Mila.

Tak butuh waktu lama, mobil yang mereka kendarai sampai di depan gedung Dirgantara grup. Pria itu menghentikan mobil tepat didepan lobi, bukan ditempat parkir. Membuat Mila mendadak nerves mau turun. Seumur hidup, ini pertama kalinya, dia turun dari mobil tepat didepan lobi kantor.

Mila keluar bersamaan dengan pria disebelahnya juga keluar. Tapi rasanya aneh, kenapa semua orang memperhatikannya dengan tatatapan menyelidik.

"Selamat pagi pak." Sapa dua orang sekurity pada pria tersebut.

"Pagi. Tolong parkirkan mobil saya." Titahnya sambil menyerahkan kunci pada salah satu sekurity.

"Baik Pak." Jawabnya sambil menunduk hormat. Sedangkan sekurity yang satunya. Memperhatikan Mila dengan tatapan yang aneh.

"Terimaksih atas tumpangannya. Saya masuk dulu." Pamit Mila.

"Silakan." Jawab pria tersebut sambil tersenyum ramah.

Mila menunduk hormat lalu berjalan menuju pintu masuk.Tapi tiba tiba pria tersebut memangginya.

"Tunggu." Teriak pria itu sambil berjalan cepat kearah Mila.

"Jangan lupa lukanya segera diobati." Pesan pria itu.

"Iya mas, eh pak." Jawab Mila sambil tersenyum kikuk. Mendengar sekurity memanggil pria itu pak, Mila jadi tak enak hati mau memanggil mas.

Lagi lagi, Mila merasa menjadi pusat perhatian. Rasanya, hampir semua yang yang lewat menatap mereka. Apakah ini hanya perasaannya saja? Atau memang benar jika dia menjadi pusat perhatian saat ini. Jika itu benar, apa alasannya? Apa karena pria didepannya ini? Siapakan pria ini sebenarnya?

**Jangan lupa like, komen, vote dan kasih hadiah buat otor.

Terimakasih**

1
Hatiyatul Aini
Luar biasa
Hatiyatul Aini
Lumayan
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
baca untuk kedua kalinya dan entah kenapa ngerasa kayak kisahnya FF & RK, pisah karena dipaksa keadaan selalu ga pernah mudah, sedih bgt 🥺😭
fujichen
ingat Mila yg sebelah berani pintar
fujichen
cerei ajh
ᥫ᭡fa: kak coba baca cerita ku yuk "Introspeksi" dan menurut kk gimana ceritanya yuk yuk ditunggu ya
total 1 replies
hafizzul iqrom
nyesek bgt😭😭😭
Novia Azzam Laqif
agak kecewa sama Elgar, tidak bisa menghargai perasaan mila 🥲
Syahrini Cacha
Luar biasa
fujichen
baru kali ini ada calon CEO kere
Fazira Aisyah: awalnya mahu mampir, klo dah ada komenan kyk gini, jadi wurung
yutantia 10: Kenapa sih, pada salfok sama cerita ini. Udah disebutkan jika Elgar itu anak CEO, bukan CEO. Dan dia sedang berusaha untuk mendapatkan jabatan sebagai CEO
total 2 replies
Runik Runma
/Sob//Sob//Sob/
Runik Runma
kasihan
Obby Satrio
Luar biasa
Yus Anwar
/Grin//Grin//Grin/ sigap sekali si Reni
Nora Jay
terbaik. congratz author. /Smile/
Titin Pangestuti
cerita jahat banget Thor 😭AQ nangis sampe kejer😭😭😭
Titin Pangestuti
Luar biasa
Mei Saroha
ngga ada yg rela Mila dg Elgar 😆😄
Qillah julyan
otw thor
Qillah julyan
whattt..????knp tdk bisa cerita el...apa km kira mila itu batu??
Qillah julyan
pasti itu si pak bas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!