"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Mansion Mewah
Di luar mansion mewah itu. Ariana, dengan hati yang gelisah, mengumpulkan keberaniannya untuk menekan bel.
Setelah itu, ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Wajah yang di lukis Reva, benar-benar berbeda dari wajah aslinya. Dia yakin, pasti tidak akan ketahuan.
Ya, tenang, tenang ....
Tidak begitu lama, pintu pun terbuka, kepala pelayan itu menatapnya dari atas sampai bawah. Dan ketika ia melihat kotak medis yang di pegang oleh wanita itu, ia pun tertegun.
"Apakah anda dokter junius yang datang, untuk menemui Tuan muda?"
Ariana dengan cepat menganggukkan kepalanya lalu menjawab: "Iya!"
"Silahkan ikuti dengan ku, Tuan muda kami sudah menunggu mu."
Ariana masuk kedalam rumah mewah itu, mengikuti langkah kepala pelayan rumah tangga. Ariana dengan hati-hati mengamati interior rumah itu, sesuai dengan ekspektasinya, dekorasi rumah keluarga Mahesa ini penuh dengan dominasi kapasitas.
Di ruang tamu, Ariana melihat wajah dingin dan arogan Daniel, seketika tubuh Ariana merasa menggigil, serasa habis di siram dengan air es seperti tempo hari. Ia mengingat, bagaimana Daniel menyiramnya tanpa perasaan sama sekali.
"Kau adalah dokter Messa?"
Daniel menatapnya dengan mata elangnya yang tajam.
Wanita itu tampak berumur tiga puluh tahunan, dengan kulit yang agak gelap, tipe orang yang jika sudah berada di keramaian, ia akan sulit untuk di temukan.
"Ya!"
Ariana mengeratkan genggaman jemarinya, ia berusaha untuk tenang, saat menatap laki-laki itu.
Setelah beberapa saat, Daniel mempersilahkan Ariana untuk melakukan tugasnya.
"Baiklah, silahkan lakukan pengobatan."
Melihat bahwa Daniel tidak mengenalinya, ia merasa sangat lega.
"Dokter Messa, silahkan ikuti dengan saya," kata kepala pelayan itu.
Ariana mengikuti kepala pengurus rumah tangga itu menuju kamar tidur milik Tuan muda. Daniel juga, mengikuti mereka dari belakang.
Dekorasi kamar tidur Kenzie, tampak mewah dan elegan, juga terlihat segar dan nyaman, membuat sang empunya kamar, akan betah berlama-lama berada di kamar mewah itu. Ariana ikut senang melihatnya. Setidaknya, satu putranya hidup senang dan bergelimang harta, apa pun yang ia inginkan, pasti akan terpenuhi dengan sangat mudahnya. Tidak seperti dirinya dan ketiga anaknya.
Ariana menatap seorang bocah yang berbaring di tempat tidur, dengan wajahnya yang pucat, Ariana tampak sedih dan khawatir.
"Dokter Messa, ini Tuan muda kami, tolong cepat di periksa dokter."
Ariana mengangguk, kemudian dengan cepat menghampiri Kenzie. Ariana membungkuk dan menyentuh kepala kecil Kenzie. Rasanya ingin menangis melihat keadaan putranya ini, ia pun ingin sekali memeluknya, matanya berkaca-kaca, Sekuat tenaga Ariana menahan air matanya.
Jika ia sampai menangis di depan Kenzie, mereka tentu akan mencurigainya.
Kenzie membuka matanya, lalu menatap Ariana dengan mengerutkan keningnya.
Ibu dan anak ini saling pandang. Ariana merasa sangat bersalah sekali, sudah meninggalkan dan mengabaikan putranya, andaikan waktu bisa di putar kembali ..., ah sudahlah, yang terpenting untuk memeriksa keadaannya terlebih dahulu.
"Tuan muda, bagaimana keadaan mu? apakah merasa tidak enak badan?" Ariana tersenyum manis, suaranya yang lembut terdengar oleh Daniel, dia mencibir.
"Wanita iblis, pandai sekali berakting." Dalam hati Daniel bergumam.
"Siapa kau ...!"
Kenzie menatapnya dengan dua matanya yang jernih.
Paras wanita yang datang ke mansion ini, biasanya berdandan menor, tapi ..., tante ini hanya memakai riasan tipis di wajahnya.
Meski perempuan ini tidak cantik, namun Kenzie merasakan sesuatu yang berbeda dan aneh.
"Saya seorang dokter, kedatangan ku kesini untuk mengobati mu," bibir merah itu tersenyum dengan ramah, suaranya terdengar lembut sekali, sambil menyentuh nadinya, paras wajahnya pun terlihat murung.
Di usia yang masih sangat muda, imun body anak ini sangat lemah, masalah pencernaan tidak bagus, paru-paru juga kurang bagus.
"Dokter Messa, barusan Tuan muda kami memuntahkan darah kembali, ini kenapa ya?"
"Imun body nya lemah, penyebab dia memuntahkan darah adalah, saluran pencernaan dan saluran pernapasan tidak baik. Darah yang ia muntah tadi, di sebabkan oleh pencernaan. Dia harus di berikan diet khusus.
Pertama-tama, saya akan memberikannya akupuntur dan resep obat. Kemudian tolong di tebus obatnya di apotik dan harus di berikan sesuai anjuran yang saya berikan!"
"Baik."
Baru saja kepala pengurus rumah tangga itu mengiyakan, tiba-tiba Kenzie bersuara dengan kencang.
"Aku tidak mau di suntik! Aku tidak mau di tusuk jarum itu! Aku tidak sakit, suruh dokter itu pergi!"
Daniel yang sudah lama terdiam akhirnya berbicara.
"Ken, nurut yah."
Daniel berkata layaknya memerintah dengan tekanan yang cukup keras.
Ariana meliriknya, kemudian berjalan ke arah Kenzie dengan beberapa jarum perak yang tipis di genggaman tangannya.
Sebelum Ariana melakukan apapun, Kenzie sudah berteriak lagi dengan histeris.
"Aku tidak sakit! Aku tidak mau di suntik, aku tidak mau!"
"Kenzie! jangan membuat onar lagi!"
Daniel tiba-tiba menegur Kenzie dengan nada yang kesal. Kenzie yang sedang tidak enak badan itu mulai menangis dan berteriak dengan suara yang kencang.
"Wa ....., wa ....., aku mau Mama, aku mau mama ...!"
Mendengar Kenzie menyebutkan Mama, hati Ariana seperti di remas oleh tangan yang tak terlihat, dan wajahnya berubah menjadi sendu.
"Mama ..., Mama ..., aku mau mama ..."
Kenzie ku, Kenzie kecilku ...
Tangisan anak yang sangat menyayat hati, dan membuat Ariana mengulurkan tangannya ke arah Kenzie, berusaha ingin menenangkan Kenzie kecilnya. Akan tetapi, tiba-tiba tangannya di tepis oleh sebuah tangan yang cukup besar, Ariana menoleh dan terkejut.
"Sudah aku katakan mamamu sudah ...."
.
.
.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Ikuti terus kisahnya ya.
Jangan lupa untuk terus mendukung karya author ini, author sangat berharap dukungan dari para pembaca. tanpa kalian karyaku ini tidak akan berkembang.
Silahkan klik tap love. vote dan juga like ya
manteman.