Pertemuan yang tidak di sengaja antara Rahman dan Citra, yang membawa ke dalam sebuah pernikahan.
Hingga suatu ketika mereka mempersiapkan pernikahan sampai perjalanan rumah tangga mereka, tiba-tiba ada seorang dari masa lalu Rahman yang datang dan membuat semuanya jadi rumit.
wanita yang dulu pernah menolak Rahman, dan kini mau kembali dan tentu saja itu menjadi hal yang tak mungkin.
Bagaimana sikap Rahman selanjutnya, dan akankah cinta Rahman dan Citra akan goyah dengan kedatangan orang ketiga.
Ikuti ya cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Pasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Minta Kesempatan
" Maaf Resti aku tak mau menyakiti siapapun, cobalah untuk kembali pada calon kamu yang dulu itu, yang di gadang- gadang sama keluarga mu, aku yakin pasti kalian serasi." balasku santai.
" Mas kasih aku kesempatan untuk buktikan aku dan keluargaku serius Mas, aku akan menjadi pendamping Mas yang baik dan setia," ujarnya yang tak berhenti mengalah.
" Maaf bila kamu sudah selesai, silahkan pulang saja Res, kami masih banyak acara di sini, " ujarku.
" aku ga mau pulang Mas, sebelum Mas mau menikahi ku setelah Citra," tuturnya lagi.
" Hah... gila kamu Resti, jangan ngimpi ya," seruku sambil berdiri. Kuletakkan piring di atas meja dan ku panggil Lukman untuk mendekat pada ku.
" Lukman, tolong aku bawa keluarga kamu semua angkat kaki dari sini, aku sudah tak tahan lagi dengan rajukannya, aku ga peduli bagaimana caranya, yang jelas aku ga mau acaraku di ganggu keluarga besar kamu, bila kamu tak mampu, ku pastikan kamu besuk harus sudah angkat kaki dari perusahaanku, kau mengerti?!" seruku berapi-api. sambil ku tunjuk jariku ke dadanya, aku sudah tak peduli lagi aku benar-benar marah untuk saat ini.
" I..iia Pak akan saya bawa pulang mereka semuanya, saya janji dan tolong jangan pecat saya pak,"balasnya dengan gugup sekali.
" Dan satu lagi jangan pernah kasih cerita urusan pribadi ku pada keluarga besarmu, selama kamu kerja sama saya, bila itu terjadi aku bisa melempar jabatanmu jadi staf, tolong kerja secara profesional, aku sama Resti hanyalah masa lalu jadi jangan harap aku akan kembali, kamu lihat aku akan melangsungkan pernikahanku, kamu jangan ikut-ikutan menuruti hawa nafsu keluarga besarmu. " tuturku panjang lebar
" Ia pak siap saya akan membawa pulang mereka dan maafkan saya dan keluarga besar saya Pak Rahman, tapi sekali lagi jangan pecat saya Pak."ujarnya dengan wajah ketakutan.
" Oke, sementara aku percaya sama kamu, tapi awas bila mereka menganggu Citra aku pastikan aku tak akan diam, ingat itu kamu tahu siapa saya Lukman" ujarku penuh dengan ketegasan.
" Mas udah Mas," rengek Citra yang memegangi lenganku dan berusaha meredam emosiku.
Sementara keluarga Resti yang lain mereka memperhatikan perdebatan kami.
" Maaf nak Rahman ada apa ini?" tanya Pak Baroto padaku
" Om kita pulang dulu saja ya, mungkin lain waktu kita silaturahmi lagi ke sini, Pak Rahman lagi banyak pekerjaan sepertinya"Ucap Lukman.
" O... ya sudah lain kali kami akan ke sini, Nak Rahman atau kalau tidak Bapak main ke kantor Nak Rahman saja ya,? biar tahu tempat kerjanya kaya apa," seru Pak Baroto padaku.
" Maaf Pak saya hanya terima tamu di kantor kalau ada urusan bisnis saja" elakku padanya.
" Ya ... kalau gitu ke rumah kos kali ya Nak, kebetulan Resti sepertinya butuh tempat kos Nak" ujarnya lagi dengan memaksa.
" Lukman!" seruku tanpa aku menjawab lagi pertanyaan Pak Baroto, rasanya aku sudah muak dengan keluarga Resti ini, kenapa semua keluarganya tak tahu malu sih, geramku.
" I...iia Pak , Om sudah nanti saja kita pulang dulu," ajak Lukman kepada Pak Baroto sembari menarik tangannya agar menjauh dariku.
Dan akhirnya di ikuti dengan tamu yang lain, mereka satu persatu menyalami kami sekeluarga, tatapan sinis dan tak suka di tunjukan keluarga Resti pada Citra kontan saja membuat aku tak terima, bayangkan semua di salamin kecuali Citra.
" Dek, sabar ya Adek jangan pernah berniat untuk tinggalin Mas, Mas ga akan melepaskan Adek dan Mas pastikan mereka ga akan ganggu Adek" Bisikku di dekat telinga Citra.
" Iya Mas, terimakasih banyak " balasnya sambil tersenyum canggung.
Menjang sore tamu dari Keluarga Resti dan Lukman akhirnya pulang, lega rasanya melihat mereka berlalu di hadapanku. benar- benar toksin keluarga Resti itu, Mama sampai geleng-geleng kepala menghadapi kekerasan kepalanya mereka.
" Adek jangan pikirkan apa yang mereka ucapkan ya" ujarku.
" Adek mikirin Mas saja ya" rayuku lagi agar Citra tak tertekan dengan ucapan dan sikap keluarga Resti, ada ketakutan dalam hatiku bila Citra yang berubah, dia masih labil dan mudah sekali di pengaruhi.
Aku takut Citra akan mengalah untuk Resti, bisa bahaya kalau begitu, aku akan berunding sama Mama, untuk membuat Citra jadi yakin sama aku, dan tak terpengaruh sama keluarga Resti.
menjelang pernikahan kenapa banyak masalah ini seruku dalam hati.
" Ma... Rahman minta tolong Mama nasehati Dek Citra supaya dia tak terpengaruh sama keluarga Resti Mah, Dek Citra itu lemah Mah dalam hal hati, bisa-bisa nanti saya yang di minta menikah Resti dan Citra mengalah," ujarku, bagaimana aku sudah tahu sikap Citra yang selalu mengalah untuk orang lain.
" Tak akan Mama bisarkan itu terjadi lee, Kamu pikir Mama mau jadi besan sama mereka, setelah tahu wataknya gimana, bisa-bisa Mama darah tinggi tiap hari." seru Mama dengan nada meninggi.
" Ya sudah kalau Mama mengerti keinginan Rahman" balasku.
***
POV.Citra
Pagi menjelang aku seperti biasa sholat di dalam kamar, selesai sholat suara notifikasi ponselku berbunyi.
ternyata semalam banyak sekali pesan masuk dari Mbak Resti, aku tak mendengarnya mungkin karena aku kelelahan jadi aku tak terbangun mendengar nya.
Mbak Resti "Citra aku sama mas Rahman sama - sama saling mencintai, tolong kamu sebagai orang ketiga bersikaplah lebih dewasa jangan kaya anak kecil yang egois, kamu tahu perjuangan cinta kami begitu berliku-liku, aku mohon dengan sangat mundurlah, biarkan kami bahagia Citra, jangan hidup dengan orang yang tidak mencintai kamu, temukanlah kebahagiaan kamu sendiri, jangan berdiri di antara kami karena itu sangat menganggu.
Kamu cantik Citra tentu saja banyak laki-laki pastinya menyukai kamu, contoh sepupuku Lukman itu sebenarnya menaruh hati sama kamu, kamu bisa jadian kok sama dia aku akan bantu mempertemukan kamu sama dia Citra, asal kamu sekarang pergi dari rumah Mas Rahman, pergilah yang jauh, hari ini aku akan membatu kamu pergi bila kamu kesulitan, gimana Citra tolong jangan hancur impian kami untuk menikah.
Ingat Mas Rahman masih sangat mencintaiku. Kabari aku bila sudah siap aku akan menjemputmu kita ketemu di mana? waktunya tidak lama Citra."
Air mata ku berurai mendengar kenyataan yang ada ini aku benar-benar sangat tertekan' apa benar Mas Rahman masih sangat mencintai Mbak Resti', aku ragu dengan semuanya. haruskah aku mengalah untuk semuanya, tapi kenapa Mas Rahman bersikap dingin sama mbak Resti bila dia masih saling mencintainya.
Apa yang harus aku lakukan ya Allah, pernikahan ku tinggal dua hari lagi, aku sudah terlanjur mencintai Mas Rahman, dan ku gantungkan hidupku dengannya. Haruslah aku pergi untuk mengalah untuk mereka berdua.
Aku keluar kamar ku lihat Mama bantuin simbok di dapur, aku seperti biasa ikut-ikutan bantu yang aku bisa lakukan.
"Sudah bangun?"sapa Mama
" ia Mah..." balasku singkat.
" Udah sana ajak jalan- jalan Mas mu saja."Ujar Mama.
" Enggah ah Mah...mau bantuin buat sarapan aja"balasku.
" Ya udah, sini kita cuma bikin nasi goreng aja kok, bentar lagi jadi" imbuh Mama.
" Mama ga mau lihat Citra sedih, kalau ada masalah, Mama mau Citra cerita sama Mama. Mama sudah bilangkan apapun keadaanya m6ama akan tetap menyayangimu." ujar mama lagi.
" Iya Mah, nanti aja ya Mah" balasku seraya melirik yang lain karena di sana ada Zahra dan Tika juga, aku ga mau semua tahu masalah dan keadaanku.
" Aduh sarapan apa pagi ini Mah?" tiba-tiba Mas Rahman sudah nongol di dekatku.
" Nasi goreng aja kok" balas Mama
" Pagi Dek," seru Mas Rahman di dekat telingaku.
Kontan aku cubit lengannya, karena membuat aku kaget saja.
" Mas aku lagi ga mau bercanda ah" seruku sambil ku moyongkan bibirku.
" Haduhh ada apa ini" balas Mas Rahman.
" Mas aku mau bicara nanti habis sarapan" ujarku kemudian, setelah itu aku diam saja dan yang lainpun ikut menatapku dengan sejuta pertanyaan dengan apa yang aku ucapkan tadi.
Mas Rahman yang biasanya santai kini terlihat serius menatapku.
" Dengan senang hati Dek." Ujarnya sembari menatapku penuh dengan cinta, aku yang di tatapnya jadi grogi sendiri. Oh sanggupkah aku hidup tanpanya ya Tuhan.