Yasmine (26 tahun) Menikah dengan Evander Christophe (32 tahun) selama dua tahun.
Namun Yasmine tidak pernah diterima di keluarga Christophe karena latar belakangnya yang hanya merupakan anak yatim piatu.
Suatu ketika, sebuah insiden membuat Yasmine kehilangan calon anak pertamanya. Ia disalahkan, bahkan dianggap penyebab kematian calon anaknya sendiri.
Namun siapa sangka, usai ia memutuskan bercerai. Yasmine rupanya masih memiliki keluarga. Dia merupakan putri seorang konglomerat yang terkemuka dikota.
Dia tidak butuh lagi cinta dan Evander yang telah mencampakkannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.
Yasmine mempercepat langkahnya hingga mengikuti sampai parkiran mobil. Yasmine berseru memanggil. "Evand!"
Langkah pria itu terhenti dengan jantung yang berdegup cepat. Suara merdu yang begitu ia hafal tiba-tiba menyapa gendang telinganya.
Begitu Yasmine melangkah lagi usai melihat sosok pria yang ia yakini adalah Evand berhenti, tiba-tiba saja pria itu kembali berjalan bahkan melangkah dengan cepat.
"Evand!"
Yasmine memanggil lagi dengan langkah cepat. Namun tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.
"Yasmine!" Panggil dokter Nolan.
Yasmine menghentikan langkahnya tiba-tiba lalu menoleh kebelakang. Dokter Nolan berjalan cepat menghampiri Yasmine.
"Nolan? Kamu bekerja disini?" Tanya Yasmine.
"Ya, aku menjadi dokter dirumah sakit ini! Apa yang kamu lakukan disini, Yasmine?" Tanya Nolan.
Yasmine menolah kedepan lagi, bahkan mencari-cari sosok pria tinggi tadi, namun tidak terlihat lagi seolah tiba-tiba hilang.
"Apa tadi aku salah lihat? Pria tadi bukan Evand?" Gumam Yasmine.
Mendengar ucapan Yasmine yang sangat pelan membuat Nolan mengernyit. "Evand?"
Yasmine seketika menatap Nolan, tersenyum menyapa. "Oh ya, tadi kamu bertanya apa?"
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Nolan mengulangi pertanyaannya.
"Aku tadi mengantar ibuku untuk cek kesehatan. Beliau sudah pulang lebih dulu karena mampir kerumah temannya didekat sini!" Jawab Yasmine.
"Begitu rupanya! Sudah jam makan siang, mau makan siang bersama!" Tawar dokter Nolan.
Yasmine melihat jam, ternyata memang sudah waktunya jam makan siang. Yasmine mengangguk setuju.
.....
Evand berlari masuk kedalam mobilnya, bukan mobil yang biasa ia bawa, tapi mobilnya yang lain.
Pria itu duduk dikursi penumpang belakang sembari memperhatikan Yasmine yang nampak akrab dengan dokter Nolan.
Ya, pria yang Yasmine lihat seperti Evand dari belakang memang pria itu, mantan suaminya. Evand yang sama, tebakan Yasmine tidak salah.
Evand tidak ingin bertemu Yasmine yang membuat wanita itu bertanya-tanya kenapa ia berada dirumah sakit.
Dua tahun yang lalu. Evand divonis penyakit Liver, Sirosis hati. Dokter Memvonis, organ hatinya telah rusak parah dan bersifat permanen, jaringan parut, kerusakan hati yang tidak dapat kembali normal.
Selama ini, Evand bertahan diri dan menutupi ketahanan tubuhnya yang lemah dari semua orang, termasuk saat masih menjadi suaminya Yasmine.
.....
Hari yang ditunggu-tunggu Yasmine akhirnya tiba, ia sudah mempersiapkan beberapa perlengkapannya selama tinggal di New York.
"Yasmine, karena aku tidak boleh ikut, kamu jaga diri baik-baik!" Ucap Renald mengantar Yasmine sampai di boarding gate.
Renald menemani Yasmine menjalani pemeriksaan Boarding pass, sampai digerbang.
"Ya, selama aku tidak ada, kamu harus membantu ayah menangani perusahaan dengan baik! Dan YK!" Balas Yasmine.
Renald mengangkat tangannya, jari-jarinya membentuk huruf O dengan tiga jari berdiri sembari tersenyum menis.
"Sampai jumpa!" Pria itu melambaikan tangannya, Yasmine hanya tersenyum sembari melambaikan tangan lalu pergi.
Yasmine masuk kedalam pesawat, Renald rupanya telah memesan Suites Class. Yasmine bisa fokus bekerja sembari duduk santai menikmati fasilitas yang disediakan.
Ketika bangun, tidak lama pesawat yang Yasmine tumpangi akhirnya mendarat sempurna di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy.
Wanita itu keluar, begitu Yasmine membuka pintu, ia terkejut melihat sosok pria tinggi tegap dan tampan pun juga keluar dari kamar.
"Evand!" Yasmine berucap lirih.
Pria itu tiba-tiba menatap Yasmine, Evand pun tak kalah terkejutnya melihat Yasmine ada dihadapannya.
"Yasmine?"
Yasmine tau kalau Evand akan pergi ke New York, karena klien mereka satu orang yang sama.
Tapi Yasmine tidak menyangka kalau ia akan bertemu Evand didalam pesawat, Evand tidak pernah naik pesawat umum meskipun kelas internasional sekalipun. Evand selalu menggunakan jet pribadi.
Sedangkan Yasmine, meskipun sudah menjadi putri seorang Miliader, Yasmine tetap ingin naik pesawat seperti yang lainnya. Meskipun Alex selalu menawarkan padanya untuk menyewa jet, tapi Yasmine selalu menolak. Karena itu Renald memesankan ruangan terbaik untuknya.
"Kamu disini?" Tanya Yasmine.
"Ya. Kamu sendiri?" Balas Evand.
Yasmine menganggukkan kepala. Mereka berjalan bersama untuk keluar dari pesawat.
"Sepertinya kamu mulai berubah! Sejak kapan kamu naik pesawat?" Tanya Yasmine, mereka berjalan didalam bandara menuju pintu keluar, sembari menarik koper masing-masing.
"Bukankah semua orang bisa naik pesawat? Semua orang juga bisa merubah kebiasaannya menjadi yang tidak biasa ia lakukan, Yasmine!" Jawab Evand.
Sungguh Yasmine merasa Evand memang telah banyak berubah. Kebiasaannya, cara bicaranya, semuanya berubah.
Yasmine diam setelah Evand menjawab pertanyaan dengan jawaban seperti itu.
"Ya, kamu benar Evand!" Yasmine menyahut dengan senyum tipis.
Mereka berjalan keluar dari bandara, tanpa sadar berhenti ditepi jalan untuk mencari Taxi yang lewat.
Sebuah mobil Taxi berhenti, Baik Evand maupun Yasmine tidak ada yang maju untuk masuk. Mereka bingung siapa yang naik taxi tersebut.
"Kamu duluan saja, Yasmine!" Ucap Evand.
Seakan sadar kalau Yasmine pasti tidak mau semobil dengannya. Evand yang pemaksa dan beberapa waktu lalu mengganggu Yasmine, kini nampak semakin berbeda.
"Kamu yakin?" Balas Yasmine.
Evand mengangguk pelan dengan mantap, membiarkan Yasmine pergi lebih dulu.
Driver itu memasukkan koper Yasmine kedalam bagasi lalu kembali lagi. "Tuan, Nona. Kalau kalian searah, sebaiknya langsung bareng saja. Sebentar lagi akan turun hujan!" Ucap Driver.
Keduanya sontak menatap keatas, langit nampak mendung hampir merata. Sepertinya memang sebentar lagi akan turun hujan lebat.
Apakah Yasmine tega membiarkan Evand kehujanan?
"Cepatlah masuk Yasmine, sebelum hujan!" Kata Evand lagi.
Tidak perduli langit yang mulai menitikkan tetesan embun disiang hari, Evand tetap membiarkan Yasmine pergi sendiri, karena ia tidak mau membuat wanita itu merasa tidak nyaman.
"Evand, kurasa aku begitu egois kalau membiarkanmu kehujanan disini! Ayo kita masuk mobil bersama!" Balas Yasmine setelah berfikir beberapa saat, menurunkan egonya.
Evand tersentak mendengar ajakan Yasmine. Apakah Evand senang? Tentu saja ia senang kalau Yasmine yang mengajaknya semobil sendiri.
"Apa kamu yakin?" Tanya Evand memastikan.
Yasmine menganggukkan kepala, ia lalu masuk kedalam taxi lebih dulu, mengambil posisi diujung, Evand masuk dengan ragu, namun akhirnya ia tetap duduk dengan menjaga jarak dari Yasmine.
Sepanjang perjalanan mereka saling diam, meskipun saling mengenal, pernah saling mengisi kekosongan hati masing-masing, pernah berjanji akan sehidup semati bersama.
Meskipun Yasmine sudah bertekad melupakan Evand, ia ingin berdamai dan menerima takdir mereka yang tidak akan bersatu.
Ia tidak ingin memiliki dendam, baik ia dan Evand, hubungan mereka yang telah berlalu, tidak perlu diungkit dan menjadi boomerang dimasa depan. Yasmine ingin hidup tenang dan damai.
"Bagaimana pernikahan kamu dengan Shovia?" Yasmine tiba-tiba bertanya, memecah keheningan antara mereka.
Pernikahan seperti apa yang Yasmine tanyakan? Haruskah Evand menjawab kalau pernikahannya dengan Shovia hanyalah sebuah konspirasi?