Diusianya yang relatif muda, Bunga. harus dihadapkan pada pernikahan dengan sang majikannya yang lumpuh, atas permintaan dari istri pertama nya Bella. yang lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri dan Dunia modeling yang selama ini dia gelutinya.
Arya CEO Tampan Itu hanya bisa pasrah, ketika diminta untuk menikahi Bunga. yang selama ini begitu tulus merawat dan memberikan kasih sayang pada putra satu-satunya Cecilio.
Seiring berjalannya waktu, akankah cinta tumbuh diantara mereka? setelah Arya sembuh. mampukah penyesalan Bella untuk kembali merebut cinta Arya yang dulunya begitu besar kini sudah hilang. tergantikan dengan sosok Bunga yang jauh lebih muda, cantik dan enerjik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan pagi
Tangan Bunga, mulai berani menelusuri lekuk wajah Arya yang tampan.
kegelisahanya seketika hilang, berganti rasa bahagia dan nyaman.
“I love You mas.”
“Love You too kesayanganku..” balas Arya.
Melihat perubahan sikap Bunga yang menjadi manis kembali, Arya menjadi bergairah. Ciuman lembut kembali melayang wajah dan leher Bunga.
“ Geli mas.”
“Geli- geli tapi enakkan..?” goda Arya.
Bunga merasa tertantang, perlahan namun pasti dia membalas sentuhan dan merespon setiap cumbuan lembut suaminya. seolah-olah Bunga lupa jika area pribadi nya masih terasa perih.
Menang banyak bagi Arya sekarang, setelah sembuh. selain mendapatkan dua istri yang cantik-cantik, Arya juga bisa menikmati dan bercinta dengan mereka keduanya malam ini.
Arya dan Bunga berpelukan erat dalam balutan selimut tebal, rasa nya begitu indah dan hangat, Arya tidak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Bunga yang sudah tertidur begitu damainya.
“Sayang, wajah mu begitu cantik dan tenang. sehingga mampu menenangkan hatiku setiap kali menatap senyuman mu.”
masih menatap Bunga.
Arya juga menguap beberapa kali. setelah percintaan panas mereka barusan, tenaganya seolah-olah terkuras. Arya melirik jam dinding yang tergantung ditengah-tengah ruangan kamar, sudah menunjukkan pukul tiga dua puluh menit dini hari.
“Sudah subuh, aku harus segera balik ke kamar Bella.” Perlahan Arya bangkit, tidak lupa dia mencium sayang kedua belah pipi Bunga, sebelum beranjak. memperbaiki selimut Bunga.
Ceklek... membuka dan menutup pintu kamar Bunga secara perlahan-lahan, dan kembali melangkah menuju lantai dua kamar Bella. agar besok paginya tidak ada permasalahan yang timbul dari kedua istrinya nanti.
Mama Sinta sudah menjadi kebiasaannya, bangun malam untuk melaksanakan sholat malam. namun kali ini,bselesai sholat dia merasa haus dan berjalan menuju dapur. tiba-tiba matanya dikagetkan melihat anaknya Arya yang berjalan pelan-pelan.
“Semenjak Memiliki dua istri, ternyata anakku Arya sudah menjadi maling dirumahnya sendiri, sehingga sekarang dia mulai jago main kucing-kucingan.” Gumam Mama Sinta yang sempat melihat Arya keluar dari kamar Bunga menuju kamar nya dan Bella kembali.
Suara burung saling bersahutan, bertengger di pohon mangga yang tidak terlalu jauh dari posisi kamar Bella, sehingga terdengar jelas, membuat tidur nyenyak Bella langsung hilang. Di pagi yang cerah, secerah senyum Bella yang bangun mendapati suaminya Arya yang tertidur begitu pulas, hingga Arya tidak sadar jika mulutnya terbuka dengan dengkuran halusnya, bagaimana tidak. Dia bercinta dengan kedua istrinya dengan selisih waktu yang tidak begitu lama.
Lalu menjelang subuh dia baru pindah kembali Kekamar Bella, dan langsung bisa tidur dengan nyenyak karena tenaga yang sudah banyak terkuras.
“Mas Arya, aku mencintaimu mas.” Mencium kening Arya.
Bella beranjak Kekamar mandi, sambil bersenandung ria karena suasana hatinya begitu membaik.
“Ternyata mas Arya menemaniku tidur semalaman ini, dan sikap nya kembali lagi hangat. Aku harus mencari cara agar mas Arya selalu bersama ku sepanjang malam-malam berikutnya, dan tidak tergoda dengan Bunga.” Sambil tersenyum licik.
Bella terlihat cantik dengan pakaian ala ibu Rumah tangga biasanya, pagi ini dia ingin menjalankan peran nya sebagai seorang istri.
“Pagi ma,” menyapa Mama mertuanya yang sedang bersantai dengan teh hangat buatan Bunga.
“Pagi Bell,” jawab Mama Sinta singkat sambil kembali fokus dengan tanaman hias dihadapannya.
Diliriknya Bunga juga sibuk membantu mengambilkan dan menemani Cecilio, sarapan dan meminum susu coklat kesukaan nya.
“Aku selalu keduluan oleh wanita ini sekarang, yang seolah-olah ingin merebut perhatian dan kasih sayang semua anggota keluarga dirumah ini.” Gumam Bella menatap kesal kearah Bunga.
“Pagi kesayangan Mami.” Bella duduk disebelah Cecilio dan mengabaikan Bunga yang menyapa dan tersenyum kearahnya.
"Pagi juga Mami." balas Cecilio.
“Oya mana sarapanku?” ucap Bella tanpa menoleh kearah Bunga.
“Sebentar mbak saya siapkan.” Bunga berdiri dan mengambil roti yang biasa Bella makan untuk sarapan.
“Aku mau susu coklat, tapi jangan terlalu panas. karena hatiku masih panas.” Bella kesal sendiri, rasanya dia begitu malas menatap Bunga.
Bunga yang paham, karena cuma mereka bertiga dimeja makan. tentunya Bella memberikan perintah pada dirinya, segera berjalan menuju dapur dan membuat kan susu.
“Bunga, ngapain didapur?” bi Ratna langsung menghampiri Bunga yang lagi mengambil susu coklat.
“Mbak Bella minta dibuatkan susu coklat, bi.”
“Astaga, biar bibi saja yang buatin. Karena itu tugas nak.”
“Ngak papa kok bu, Cuma bikin susu doang.” Tolak Bunga.
Arya yang sudah rapi berjalan kebawah menatap perubahan dimeja makan. biasanya Mama, Cecilio dan Bunga sudah menunggu dia untuk sarapan bersama. namun kali ini sangat beda. Cuma ada Bella dan Cecilio.
“Pagi ma, tumben ngak sarapan.” menyapa Mama Sinta.
“Sudah, Mama duluan sarapannya. karena nunggu kamu kelamaan. tumben bangun paginya telat, habis begadang dan kerja kerasnya ya?” goda mama karena Arya biasanya bangun pagi sekali, yang sudah menjadi kebiasaannya.
“”Ketiduran ma.” Balas Arya singkat sambil berjalan menuju meja makan, untuk sarapan
“Pagi mas.” Sapa Bella semanis mungkin begitu Arya ikut bergabung dimeja makan.
Bella langsung membatu menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“Oya Bunga mana?” Arya mengedarkan pandangannya.
“Bunga didapur mas, buatin susu coklat kesukaan ku. tadi aku sudah suruh bi Ratna yang ngerjain. tapi Bunga ngeyel minta dia saja yang ngerjain , jadi ya udah aku terpaksa diam dari pada Bunga merasa ngak enak gitu nanti nya.” Ucap Bella membalikkan fakta.
“Tapi untuk seterusnya, aku tidak ingin hal ini terjadi lagi. Bunga istriku, bukan pelayan.” Ucap Arya.
Arya berjalan kedapur, nampak Bunga tengah mengaduk susu dengan air panas, dia memeluk hangat dari belakang, istri kedua yang selalu membuat nya rindu dan tidak pernah puas jika berada disamping gadis cantik itu.
“Mas, ngak enak jika nanti kelihatan kak Bella.” Tolak Bunga risih.
“Biar saja, toh kamu juga istri mas. dan suami itu harus adil ya kan.” Tersenyum manis menatap wajah Bunga yang selalu merah merona jika digoda oleh Arya.
“Iya mas, aku ngerti kok.” Balas Bunga membalikkan badannya, sehingga posisi mereka sekarang saling berhadapan.
“Kamu istri ku sekarang, dan bukan pelayan dirumah ini lagi. Jadi mulai sekarang dan seterusnya aku tidak ingin kamu melakukan hal ini. Cukup layani aku suamimu saja. Mengerti.” Ucap Arya mengelus dagu Bunga dengan tatapan mesra mereka pun saling berciuman bibir sesaat.
Bella berdiri di balik tirai penghubung dapur dan Rumah utama, merasa perih dihatinya bibir tipisnya yang selalu tersenyum kini harus berusa bersandiwara untuk menyembunyikan perasaan nya saat ini.
“Aku salah, salah memilih gadis seperti mu Bunga untuk menjadi maduku, aku kira Kamu madu yang begitu manis, tapi ternyata Kamu madu yang beracun. Kamu tidak sepolos yang aku pikirkan.” Bella perang batin dengan hati dan perasaan nya yang sangat terluka saat ini.
“Udah...udah mas, nanti telat datang kekantor nya.” Meregangkan pelukan Arya, Bunga dan Arya berjalan kembali kemeja makan dengan santai.
“Ini mbak susu coklat panasnya.”