NovelToon NovelToon
HarBy Kelabu

HarBy Kelabu

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Anak Yatim Piatu / Murid Genius / MLBB / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Persahabatan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Amil Ma'nawi

"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"

"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"

"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"

~Erika Aura Yoana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lepas

"Dia hanya kecapean saja, dan dia juga boleh pupang sekarang, asalkan air infusannya habis" Juy menemui dokter untuk mengetahui kondisi Ruby. Juy pergi membawa Ruby tanpa ada seorang pun yang tahu, karena tadi teman-temannya sedang sibuk, jadi mungkin sekarang mereka sedang mencari keberadaannya.

"Baik, dok. Terimakasih" Saat Juy kembali masuk kedalam ruangan Ruby, dia melihat Ruby yang sudah siuman. Dan langsung menghampirinya. "Lo, udah baikan?" Namun Ruby benar-benar terkejut dengan kemunculan Juy di sampingnya.

"Hah? Kenapa ada kak Juy?" Kemudian Ruby menyentuh wajahnya yang sudah tidak tertutup. "Maskernya? Hah, kak Juy?" Ruby terlihat panik, karena kini, ia berhadapan dengan Juy tanpa penutup wajah. "Udah, lo jangan panik. Maaf, mungkin gw melanggar peraturan, tapi ini gak di sengaja, dokter yang lakuinnya, lonjangan khawatir"

Kemudian Ruby melihat tangannya yang terpasang jarum infus. "Aku harus pulang" Ruby berniat melepas infusannya, namun Juy segera menahannya. "Jangan By, gw bakal anterin lo pulang. Lo tenang dulu ya,,, bentar lagi aja, sampe cairan infusannya habis"

"Tapi-"

"Ruby,,," Akhirnya Ruby pun mengalah, dan tanpa ia sadari ternyata sedari tadi Alvan telah menelponnya, hanya saja handphonenya berada di dalam tasnya.

Lagi-lagi Ruby menyesali apa yang telah terjadi, karena akibatnya Juy pun jadi tau wajahnya. Ruby hanya menatap cairan infus yang hanya tinggal sedikit lagi. Ia ingin segera pulang, apa lagi hari sudah gelap, pasti oma dan Alvan sangat mengkhawatirkannya.

"Ruby, berarti gw gak salah lihat waktu itu" Ruby mengalihkan pandangannya pada Juy. "Lo yang waktu itu, di rumah sakit kan?" Ruby mengangkat alisnya, ia juga kesal kenapa Juy bisa mengingat momen di rumah sakit. Ruby hanya menunduk, ia tau kalau semakin ia berusaha menyembunyikan hal ini, maka semakin banyak juga orang yang akan mengetahuinya. 

"Jaga kesehatan ya, By. Recoil gak mau kehilangn lo, sebelum final MDL" Kemudian mata Juy beralih ke infusan Ruby yang sudah habis. "Bentar ya, kita panggil dulu dokter" Sepeninggalan Juy, Ruby menangis sambil menutup mulutnya karena takut isakannya terdengar.

***

Haura dan Juy telah tiba di rumah oma Haura, Haura langsung di bawa kedalam kamar oleh oma, agar bisa istirahat. Sementara Juy, dia tengah berbincang dengan Alvan.

"Bukannya, kamu kapten Recoil ya, kalo gak salah?" Juy mengangguk, namun Alvan merasa aneh, kenapa Juy bisa mengantarkan Haura sampai rumahnya.

"Lalu kenapa kamu, bisa antar Haura pulang? Kalian saling kenal?" Begitupun Juy, yang merasa aneh dengan pertanyaan Alvan, dan panggilan Alvan pada Ruby.

"Ya, kita saling kenal. Dia adalah teman satu tim di Recoil"  Alvan terlihat kebingungan, dan beberapa pertanyaan bermunculan di benaknya. "Teman satu tim? Siapa? Haura?"

"Tentu, dia adalah Ruby, dan aku tidak mengenal siapa itu Haura" Alvan menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi dan mengusap wajahnya. Alvan tidak menyangka kalau selama ini Haura adalah Ruby. Ini benar-benar membuat Alvan tidak menyangka, bahwa ternyata Haura adalah Ruby dan Ruby adalah Haura.

Pantes aja, dia punya jersey Recoil satu paket. Haura Haura, ternyata kamu si Ruby yang jagoan di Recoil itu,,, bisa-bisanya Alvan gak tau,,,

Setelah Juy pulang, Alvan pun ikut pamit untuk pulang ke rumahnya dan mungkin besok dia akan kembali lagi kesana. Sedangkan Haura, ia menangis sejadi-jadinya di dalam kamar. Haura memeluk bantal dan menyembunyikan wajahnya.

Ya Allah, Haura selalu meminta 8ngin sembuh, bukan semua orang yang Hayra sayangi mengetahui hal ini. Haura mau sembuh,,, itulah yang Haura katakan dalam hatinya. Haura hanya meminta satu pada tuhannya, yaitu kesembuhan.

Di luar rumah, gemuruh hujan sangatlah berisik, kilatan cahaya sering muncul, petir juga tidak sungkan untuk memunculkan suaranya, yang membuat malam itu semakin mencekam.

Hati yang sedang gundah dan jiwa yang tidak tenang, seakan malam ini mengiringi perasaan Haura yang sedang sedih. Malam memang gelap, namun akankah terlihat indah jika bulan dan bintang tertutup awan hitam?

Terkadang manusia itu hanya terpesona oleh bulan yang bersinar dan bintang yang bertabur, dan ia tidak akan peduli jika mereka tertutup sesuatu yang tebal.

Hujan, kilat dan petir di benci oleh sebagian orang, tetapi terkadang manusia menyukai hujan tanpa kilat dan petir, namun adakah manusia yang menyukai petir? Terkadang petir membuat manusia takut, dan kilat membuat manusia pusing yang kilatan cahaya muncul di kegelapan malam.

Menangis tanpa suara memang sakit, tapi lakukanlah jika itu membuatmu tenang. Tenanglah dengan versimu,,, anak baik.

***

Sekarang sudah pukul sembilan pagi, seharusnya Haura pergi ke sekolah, tetapi saat pukul setengah tujuh, Haura belum keluar dari kamarnya bahkan sampai sekarang pun, oma, Alvan dan Hani masih memanggil manggil namanya di depan pintu kamarnya.

Tadi sempat ada Erika yang biasa menjemput Haura, namun Alvan menyuruhnya untuk pergi duluan karena kasihan bila nanti ia terlambat. "Haura,,, nak? Buka pintunya sayang" Hani mencoba untuk kesekian kalinya, saat Alvan dan oma terduduk di kursi.

Awalnya tidak ada suara dari kamar Haura, namun akhirnya ada suara Haura dari dalam, namun sangat pelan. Sehingga Hani tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kamu baik-baik aja kan, nak? Buka pintunya ya, kamu belum sarapan loh"

"Nanti aja ya tante, Haura belum mau,,," Kini suara Haura terdengar lebih jelas, karena sepertinya, ia berbicara tepat di balik pintu kamarnya. "Loh, kok gitu sayang? Ini udah jam berapa,,, buka pintunya ya, mau tante suapi?" Setelah itu, tak ada jawaban lagi dari Haura, tidak ada yang tau apa yang terjadi dengan Haura, karena dia tiba-tiba seperti itu.

Pada akhirnya, Hani pun ikut duduk bersama ibu dan putranya. "Dia makin kurus loh, ma. Berat badannya pasti turun drastis" Hani mengusap paha Alvan dan menggenggam tangannya. "Gak kurus gimana coba, Haura lagi gak sehat, mau secara rohani atau jasmaninya. Yang penting, kita gak boleh berhenti buat support dia, selalu bahagiain dia, dan yang terpenting misi kamu sama papa kamu hampir terwujud, tinggal menunggu beberapa hari lagi kan, untuk mempertemukan Haura sama mama papanya?"

Mendengar hal itu, oma pun ikut berbicara. "Apa gak masalah, kalo Haura di pertemukan sama orang tuanya? Kalo ada apa-apa gimana?"

"Ibu tenang aja, gak akan terjadi sesuatu kan Van?"

"Oma cuma takut, nanti mereka cuma nemuin Haura aja, terus habis itu pergi lagi" Alvan tau, pasti omanya mengkhawatirkan hal itu, tapi dia yalin kalau itu tidak akan terjadi, karena mengenai perjanjian yang sudah di lakukan oleh orang tua Haura dan papa Alvan.

Bersambung,,,

1
Mukmini Salasiyanti
Balqis????
Mukmini Salasiyanti
gpp acak acakan, thor..
yg penting bersatu kan?

wkwkwk
Mukmini Salasiyanti
Erika ni cowok ato cewek ya??!
Mukmini Salasiyanti
memperbaiki punggung??
mksdnya, thor????
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken, Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!